54. just friend

608 83 7
                                    

Hina tengah sibuk mengerjakan tugas kuliah di meja makan rumah Depok. Menjelang tengah semester biasanya tugas kuliah akan menumpuk seperti saat ini.

Sesekali gadis itu memijit pelipisnya atau kalau tidak mengurut pangkal hidungnya karena terlalu lama mengenakan kacamata.

Padahal ini malam minggu, tapi Hina malah berkutat dengan tugas. Maunya sih pulang ke rumah terus jalan sama kak Yuta atau kak Yoongi, tapi takut tugasnya keteteran.

"Buset Hin! Ini napa meja makan jadi berantakan gini sih!" pekik Heejin yang baru saja datang dari luar sembari membawa satu plastik besar berisi sepuluh kotak dari Bakmi GM. Sepertinya pangsit mie ayam yang Heejin beli untuk orang rumah.

Heejin letakkan bawaannya di ujung meja yang masih bersih, lalu membantu Hina membersihkan meja makan yang dipenuhi oleh bekas bungkusan McDonald, dua cup Kopi Kenangan yang isinya kandas, dan snack-snack lainnya.

Netra Heejin tak sengaja menangkap sebuah barang seperti pulpen, tapi ia tahu kalau barang itu digunakan untuk menulis. Terletak di atas tumpukan kertas milik Hina.

"Lo nge-vape Hin?" tanya Heejin, sedikit ngegas karena dia ga pernah tahu kalau temannya itu pemakai rokok elektrik.

"Ah ini! Kadang aja sih, kalau stress kayak gini," balas Hina santai. Toh mengonsumsi vape bukanlah sebuah dosa, hanya berefek kematian kalau Hina kecanduan.

"Oh baru tahu gue! Jangan sering-sering ya Hin," nasihat Heejin yang merupakan mahasiswa kedokteran.

"Iya, makasih ya Jin," balas Hina tulus.

Hina sebenarnya pingin mengesampingkan stress-nya dengan cara lain, tapi entah untuk setahun terakhir ini vape menjadi pelarian saat pikiran berat dan aneh-aneh menghantuinya.

"Makan dulu yuk Hin!" seru Heejin sembari menyodorkan satu kotak pada Hina.

"Boleh deh, gue juga lapar banget nih," balas Hina, menerima kotak pemberian Heejin.

Hina menggeser laptop dan menumpuk kertas-kertas di atasnya, baru menggesernya ke samping. Ia lalu mengambil mangkuk yang Heejin bawakan dari dapur, menuangkan isi dari kotak, dan menambahkan sambal dan kuah sebelum akhirnya menyuapkan mie ke mulutnya.

Tiba-tiba saja pintu depan terbuka. Ada Jaemin yang dengan cengiran khas-nya muncul di hadapan Heejin dan Hina. Lelaki itu dengan santai langsung menutup pintu.

"Weh ada bakmi GM! Minta dong!" seru Jaemin.

"Ambil aja," balas Heejin yang sibuk makan.

Jadi walaupun yang tinggal di rumah Depok cuma enam orang, tapi anak-anak perumahan yang lain bisa masuk karena sudah dikasih passcode pagar dan pintu depan secara sukarela oleh Renjun. Kecuali Nakyung kali ya, soalnya gadis itu emang ga akrab sama yang lain.

Makanya Jaemin santai saja datang ke rumah tersebut. Ia langsung mendudukkan pantatnya di kursi samping Hina setelah mengambil satu kotak pangsit mie ayam.

"Ga ada mangkuk nih?" tanya Jaemin pada kedua betina yang tengah sibuk mengunyah dan menelan.

"Ambil sendiri napa Jaem," balas Heejin.

Jaemin terpaksa bangun lagi, pergi menuju dapur dan kembali dengan lima buah mangkuk. Ia taruh di meja, terus ambil satu di tumpukan paling atas.

"Biar yang mau makan ga ribet ke dapur," terang Jaemin saat menyadari tatapan bingung Heejin dan Hina padanya yang membawa banyak mangkuk sekaligus.

"By the way neng Heejin gimana sama kak Aming?" goda Jaemin.

"Sialan lo ngatain pacar gue! Namanya kak Mingyu ya!" protes Heejin.

my page | renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang