36. kerja kelompok

560 92 6
                                    

Saeron memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah lantai 3. Setelah mematikan mesin, Saeron turun bersama Gowon yang kebetulan satu kosan dengannya dan memutuskan untuk nebeng ketimbang bawa kendaraan sendiri.

"Ini bener rumahnya Won?" Tanya Saeron memastikan.

"Bener kok. Sesuai sama map yang Renjun share," balas Gowon.

Tak lama, muncul Sanha dari balik pagar.

"Langsung naik aja yaaa," ucap Sanha berasa tuan rumah, lalu kembali berlari menaiki anak tangga.

Saeron dan Gowon masuk ke dalam. Baru lihat bentukan lantai 1 yang cuma parkiran kendaraan aja mereka udah takjub.

Lebin takjub lagi waktu masuk ke rumah yang berada di lantai 2. Berasa kayak di villa pribadi.

Saeron yang merupakan anak pejabat Pertamina aja ga sampai dibeliin rumah begini walaupun kuliah yang jaraknya jauh dari rumahnya di daerah Priok. Orang tuanya hanya mencarikan kos-kosan yang harga juga lumayan dikantong, asal Saeron nyaman saja.

"Eh halo Ron, Won! Duduk di sini aja ya," sapa Renjun yang tengah mabar pubg dengan Chani dan Sanha di meja makan.

"Kalian ga usah sungkan ya nanti kalau ada temen-temen gue yang lain. Di sini ada 5 orang soalnya, termasuk gue. Kalau mau nge-charge, charge aja tuh di meja. Banyak stop kontak kok. Terus kalau mau pake wifi juga boleh, usernamenya Millenials, pass 12345678," terang Renjun dengan mata masih terfokus pada layar handphone.

Saeron dan Gowon hanya mengangguk, lalu mulai membuka laptop masing-masing. Gowon sibuk mengedit desain ppt serta cover, header, dan footer laporan, sementara Saeron tengah merapikan draft laporan. Semua sudah mengirim bagiannya ke Saeron, sehingga gadis itu hanya perlu mengkompilasi, dan merapikan margin, gutter, dan tetek bengeknya agar laporan kelompok mereka terlihat rapi.

"Yes! Gue menang!" Teriak Sanha heboh, sementara Chani dan Renjun mendengus sebal.

"Sanha!!! Jangan teriak-teriak, berisik!!!" Teriak Hina dari lantai atas.

Tentunya menarik atensi Saeron dan Gowon yang baru pertama kali bertandang ke rumah Renjun.

"Maaf Hina-chan!" Balas Sanha dengan senyum manisnya, mengharap pengampunan dari Hina.

Hina yang berdiri dari teralis lantai 3 hanya bisa menggeleng, lalu beralih menuju kamarnya.

"Lo sih ribut! Udah dibilangin cewek-cewek di rumah ini kayak maung semua," tegur Renjun pada Sanha.

'Cewek-cewek?' Batin Saeron.

Saeron dan Gowon saling bertatapan, sepertinya otak mereka memikirkan hal yang sama. Namun kalau Saeron hanya bisa bertanya dalam otak, Gowon justru dengan gamblang bertanya.

"Cewek-cewek?"

"Eh iya, gue lupa jelasin. Jadi rumah ini tuh ga pure punya keluarga gue. Jadi ortu gue sama ortu empat temen gue beli rumah ini karena kita semua keterima di UI. Untuk sekarang sih cowoknya ada dua, cewek tiga. Dipisah kok, cowok di bawah, cewek di atas," terang Renjun sebelum timbul kesalahpahaman.

Soalnya waktu Chani sama Sanha ke sini pertama kali, mereka pernah salah paham. Apalagi waktu mereka nugas bertiga, tiba-tiba muncul Yireon yang gelendotan ke Renjun. Otomatis curiga dong kalau Renjun nyimpen cewek di rumah itu. Padahal Yireon sama Renjun murni cuma sahabatan doang. Ya kali mereka ada hubungan romantis, bisa digeplak Renjun sama Chenle.

"Oh! Kirain cewek lo Jun," ucap Gowon.

Sementara Saeron tanpa sadar menghela napas lega. Gatau kenapa, gadis itu sempat sangsi dengan kehadiran Hina. Padahal Saeron kan bukan pacar Renjun.

my page | renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang