Rakha sudah siap dengan seragam nya. Rakha langsung turun ke bawah untuk sarapan terlebih dahulu. Awali hari dengan sarapan bukan harapan.
"Pagi ma, pa," sapa Rakha.
"Pagi, sayang. Sini duduk," ujar Luna a.k.a mama Rakha.
"Iya, ma." Rakha duduk di samping mama nya.
Mereka memakan makanan dengan hening, itulah peraturan ketika makan di rumah ini. Bukan hanya rumah itu sih. Semua nya pasti dilarang bicara kalo lagi makan.
"Aku berangkat dulu ya ma, pa." Rakha menyalami kedua orang tuanya.
"Hati hati, jangan ngebut!" ingat Yuda a.k.a papa rakha.
Rakha mengangguk dan pergi ke bagasi mengambil motor sport merah kesukaan nya. Rakha sendiri lebih suka menggunakan motor daripada mobil.
Katanya lebih cepat dan praktis motor. Kalau naik mobil sendirian rasanya kayak gimana gitu.
Motor rakha membelah jalanan ibu kota menuju SMA kebanggan nya. Apa lagi kalau bukan SMA ANGKASA. Tempat dimana ia akan menuntut ilmu selama tiga tahun.
"What's up bro," sapa Hendrik ketika Rakha baru saja turun dari motor nya.
"Kalian nggak masuk?" tanya Rakha.
"Nungguin lo elah! Sampe jamuran nih." balas Very.
"Udah yuk masuk!" ajak Rakha.
Kelima mostwanted ini berjalan menelusuri koridor menuju kelas. Banyak pekikan yang terdengar.
Very dan Wahyu tentu tebar pesona. Sementara Rakha, Hendrik, dan Alif hanya diam memperhatikan kedua sohib nya itu.
Setibanya di kelas, sudah ada Bella dkk. Mereka sedang duduk di bangku Bella dan Putri.
Rahma duduk bersebelahan dengan Aurel. Dan bella tentu dengan Putri.
"Selamat pagi," sapa Wahyu pada ketiga cewe tersebut.
"Pagi juga," balas mereka bertiga.
"Nyariin Rahma ya, Kha?" goda Bella.
"Bisa aja lo." Bukan Rakha yang menjawab tetapi Alif. Sedangkan Rakha langsung duduk di bangku nya.
Bangku mereka hanya berbeda dua tempat saja. Jadi mereka memang melewati bangku Bella dkk.
"Cie, pagi pagi udah ketemu doi aja," goda Wahyu
"Sarapan yang baik nih," tambah Hendrik.
"Berisik."
Rakha sendiri bingung. Apa dia harus berjuang? Sementara dia sendiri tidak yakin akan cinta pandangan pertama.
Tapi Rakha mengingat nasihat dari mama nya semalam.
Flashback
Rakha sedang duduk di kursi balkon. Seperti biasa, Luna selalu membawakan segelas susu untuk putra bungsu nya itu.
Luna melihat rakha yang sedang melamun memandang langit, penuh bintang, bertaburan. Luna menghampiri nya. Mungkin sedang ada problem.
"Kha?" panggil Luna.
"Kenapa ma?"
Rakha tersadar dari lamunan karena tepukan di bahu nya. Untung Rakha tidak memelintir tangan mama nya seperti memelintir tangan Hendrik.
"Kamu kenapa?"
"Nggak kok, ma. Cuma mau lihat bintang aja."
"Jangan bohong, deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rakha (END)
Ficção Adolescente[PART LENGKAP] [40 BAB] Seorang pria yang malu untuk menyatakan perasaan nya sendiri. Memilih untuk memendam perasaan nya sendiri selama satu tahunan. Dengan dorongan sahabat nya, ia mampu menyatakan perasaan nya itu. Mampukah, seorang Rakha Akbar...