"Nongkrok yuk! Udah lama nggak nongkrong nih," ajak Wahyu.
"Boleh lah. Bosen juga di rumah terus," jawab Alif.
Mereka sama sama ngangguk. Sudah beberapa hari ini mereka tidak kumpul bareng. "Nanti di cafe biasa, ya." kata Hendrik.
Mereka mulai menaiki motor masing masing dan pulang ke rumah nya.
Bella sedang bersama kedua sahabat nya. Mereka memutuskan untuk jalan jalan ke mall.
"Kita nanti ganti baju di pom dulu aja. Nggak mungkin dong kita ke mall pake seragam," usul Rahma.
"Iya juga. Nanti kalau ada pom gue berhenti deh," balas Putri.
Memang Putri lah yang menyetir. Mereka juga menggunakan mobil Putri. "Bell, lo nggak peka apa gimana, sih?" tanya Rahma.
"Maksudnya?" heran Bella.
Peka apa yang mereka maksud? Mengapa banyak orang yang bilang bahwa dirinya tidak peka?
"Ish lo emang ya, gue aneh deh sama lo."
"Ish gue juga sebel sama kalian semua. Bilangin gue nggak peka mulu. Kenawhy sih?" kesal Bella.
"Nanti lo bakal tau sendiri lah. Capek juga kita ngomong itu mulu," balas Putri.
"Yaudah, mending kita bahas yang lain aja," usul Bella.
"Eh kata lo waktu itu Arsa pergi, kan?" Bella mengangguk. "Emang sedeket apa sih kalian kok sampe sampe dia pergi lo yang nganterin. Emang keluarga atau sahabat nya kemana?" cerocos Putri.
Naufal tidak bilang padanya kalau ingin mengantar Arsa pulang. Bahkan kemarin seharian Naufal bersama dengan nya.
"Gue juga nggak tau sih kalau soal itu. Intinya mah gue cuma mau nganter doang," jujur Bella.
"Oh gitu," jawab Rahma.
Rahma dan Putri tersenyum jail. Ada ide untuk mengerjai Bella kali ini.
Bella tidak melihat senyuman itu karena Bella duduk di belakang sendiri. Dan juga Bella lagi fokus pada ponsel nya.
Ketika keadaan sedang hening, tiba tiba ponsel Bella berdering. Ada panggilan dari Arsa.
"Hallo"
"Baik, kok. Lo gimana di sana?"
"Enak aja nggak ya."
"Bodo amat lah. Lo mah gitu."
"Gue kesel sama lo. Pokok nya balik bawa oleh oleh spesial buat gue ya hehe."
"Yaudah deh. Nggak ada lagi kan?"
"Gue lagi mau jalan jalan sama sahabat gue lah."
"Bye."
Tutt..
"Siapa?" tanya Putri.
"Arsa."
"Acieeeh udah kabar kabaran nih," goda Rahma.
"Dih."
---
"Lama lo," ujar Wahyu.
"Macet," balas Very.
"Alesan. Apartemen lo lebih deket dari sini, " sarkas Hendrik. "Hehe ketiduran bentar tadi," ucap Very cengengesan.
"Udah udah. Ngapain bahas gitu an sih?" kata Alif.
Mereka memakan makanan mereka karena baru saja makanan datang. Very juga sudah dipesankan oleh sahabat nya.
Mereka makan dengan sesekali bercanda. Kemudian mereka membahas tentang rencana Rakha selanjutnya dan juga mengenai pertandingan basket yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rakha (END)
Ficção Adolescente[PART LENGKAP] [40 BAB] Seorang pria yang malu untuk menyatakan perasaan nya sendiri. Memilih untuk memendam perasaan nya sendiri selama satu tahunan. Dengan dorongan sahabat nya, ia mampu menyatakan perasaan nya itu. Mampukah, seorang Rakha Akbar...