Bella sudah ada di parkiran menunggu Arsa. Tadi pagi Bella diantar oleh supir ke sekolah karena mobilnya sedang di servis. Namun, ketika sedang menunggu, tiba tiba Rakha dkk datang. Haduh, pengganggu lagi.
"Kenapa?" tanya Bella to the point.
"Tahu aja lo," balas Rakha terkekeh.
"Udah ketebak aja."
Bella mendengus. Kapan Bella tidak bertemu dengan makhluk pengganggu ini.
"Mau gue anter nggak nih? Jarang jarang loh gue mau nganterin orang," tawar Rakha.
"Nggak, makasih."
Bella langsung berbalik arah. Tidak ada untung nya meladeni bocah macam Rakha.
"Daripada nungguin jemputan sendirian disini."
"Gue nggak nungguin jemputan," ketus Bella.
"Terus?" tanya Hendrik ikut nimbrung.
"Nungguin orang lah."
"Siapa?" titah Alif.
"A- eh, kok kalian malah nanya-nanya, sih." baru saja Bella akan keceplosan.
"A? A siapa?" tanya Wahyu.
"Dih, kalian kepo banget. Udah sana pulang, ntar dicariin mami."
Bukan niat mengusir, hanya saja Bella tidak ingin mereka melihat Arsa sekarang. Sudah pasti mereka belum pernah melihat nya.
Arsa selalu berada di dalam kelas bersama Naufal a.k.a pacar Putri dan kawan kawan nya.
"Beneran, nih? Ditinggalin gapapa?" tanya Very memastikan.
"Iya, kalian duluan aja."
"Yaudah, kalo gitu kita duluan, bye," pamit Wahyu mewakili.
Akhirnya, Bella menunggu nya di lapangan basket outdoor karena tadi Arsa bilang ada latihan sebentar. Terlihat Putri juga berada di sana.
Menyemangati pacar, lah. Siapa lagi. Bella hanya melihat dari jauh, Bella juga tidak terlalu kenal dengan kelas IPS-3.
---
Rakha sedang gelisah. Bella pulang dengan siapa? A? A siapa?
Banyak pikiran memenuhi otak nya. Kadang raka bingung, siapa sih yang sebenarnya Rakha cinta?
Cinta memang kadang membingungkan. Tapi jangan salah, kadang cinta yang bisa membuat kita bahagia.
Tok..tok..tok..
Kamar Rakha ada yang mengetuk, rakha langsung menyuruh orang tersebut untuk masuk saja.
"Masuk aja."
Datanglah cinta pertama nya, siapa lagi kalau bukan Luna. Mama kandung yang sudah merawat dan membesarkan dia hingga seperti sekarang.
"Ada apa, ma?" tanya Rakha.
"Dari tadi kamu di kamar, ngapain? Kok nggak makan malam?" tanya Luna.
"Nggak ma. Aku cuma lagi banyak pikiran aja."
"Dih, anak kecil udah banyak pikiran aja. Cerita dong ke mama."
Luna bukan lah pendengar yang buruk. Jadi apa salah nya?
"Eh sebelum itu, gimana sama orang yang kamu ceritain waktu itu?" tanya Luna.
Setelah mendengar cerita putra bungsu nya, Luna sudah tidak lagi mendengar tentang perkembangan hubungan anak nya itu.
"Ya gitu deh, ma."
Luna mengerutkan dahi nya. Gitu gimana? Kenapa jadi ambigu begitu?
"Kamu kayak cewe aja. Cerita sama mama, siapa tahu bisa kasih kamu saran lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rakha (END)
Teen Fiction[PART LENGKAP] [40 BAB] Seorang pria yang malu untuk menyatakan perasaan nya sendiri. Memilih untuk memendam perasaan nya sendiri selama satu tahunan. Dengan dorongan sahabat nya, ia mampu menyatakan perasaan nya itu. Mampukah, seorang Rakha Akbar...