18. Liburan

691 57 25
                                    

Author Pov

Hening!

Hanya dentingan piring - sendok - garpu yang terdengar oleh telinga Shania. Sebenarnya suasana seperti ini, sangat tidak disukai oleh gadis jakung bermata sipit itu. Tapi, ya mau bagaimana lagi? Gadis yang terkenal biang berisik itu, saat ini juga tidak bisa berbuat apa - apa.

Sarapan pagi ini menyajikan menu kesukaan si Dedek bungsu semasa kecil. Semuanya adalah ide Melody. Awalnya, Melody hanya berniat untuk mengenang masa kecil mereka. Namun siapa sangka, jika ternyata, Dedek Bilbilnya itu masih sangat menyukai olahan kentang dan sayuran yang ditambahkan kedalam sop ayam resep otentik milik keluarga.

"Ehm, Dek Icha gak mau nambah lagi, nak?" Tanya seseorang memecah keheningan.

Akhirnya, meskipun dengan suara sedikit tercekat, wanita berusia 40an itu berani bertanya setelah sedari tadi dia hanya mampu mengamati gadis remaja yang duduk diantara Melody dan ibunya itu.

"Hem? Oh, ndak tante. Makasihh." Jawab Icha dengan nada kikuk.

"Lohh kenapa? Masakannya Kak Mel nggak enak ya?" Masih ingin mendengar suara gadis didepanya lagi, si mama kembali bertanya dengan nada yang sedikit heboh.

Brrb.. Uhuk uhuk.

Kaget karena pertanyaan yang enggak dia duga, Icha sedikit tersedak dan bingung mau menjawab bagaimana.

Hem, enak sih.. tapi ada yang aneh. batinnya.

Rasanya memang lebih enak dari bikinan Bunda. Tapi kenapa dadaku agak kerasa sesek ya?

"Hush, pelan - pelan dong dek." Kata Melody sambil menyerahkan segelas air dari Shania. "Mama ih, nggak liat - liat dulu nanyanya." 

Ikut terkesiap - panik melihat anak perempuan didepannya terbatuk karena ulahnya, Mama tanpa pikir panjang langsung mengambil tisu disebelahnya dan hendak beranjak dari tempat duduknya.

Deg

Namun, baru dirinya akan berdiri, tubuhnya mematung seketika. Bingung dengan refleks tubuhnya sendiri, mama kembali duduk dan berusaha menenangkan diri.

Semenjak sosok anak perempuan itu ditemuinya pagi tadi, mama merasakan gejolak rindu yang tidak biasa. Ada tuntutan batin seorang ibu yang mengisyaratkan untuk memberikan perhatian lebih ke anak gadis didepannya itu. Tetapi sama halnya juga dengan yang lain, semuanya tiba - tiba meragu ketika iris mata mereka bertemu.

"Engh, enggak tante.. enak kok masakan Kak Mel. Paling enak malah. Cuman saya terbiasa makan segini." Jawab Icha setelah dia tidak tersedak lagi, lengkap dengan diiringi senyum manisnya.

"Icha memang makannya dikit ma.. nggak kayak si gembot ini." Sahut Frieska.

"Apaansi. Nyaut aja." Sewot Shania yang langsung mendapatkan tatapan sengit dari Frieska.

Berusaha memaklumi kondisi Icha, mama melanjutkan obrolannya. Sepertinya, mamanya Laksmana's sister itu masih belum rela jika perbincanganya dengan Icha selesai begitu saja. "Oh, tapi Icha suka sama masakan ini? Kapan - kapan tante yang masakin mau?" tanya si mama lebih antusias. Meskipun, dirinya sendiri merasa sedikit aneh ketika membahasakan 'tante' ke anak berpipi chuby itu.

Tanpa diduga oleh Frieska dan yang lain, Icha refleks mengangguk senang. Mungkin, sosok adik itu sedang terhipnotis oleh sosok ibu didepannya. Sehingga, tanpa sadar, Icha langsung mengiyakan tawaran perempuan yang baru dijumpainya hari ini dan Icha juga seakan lupa tentang kejadian pagi tadi.

Selain Frieska yang sedari tadi memasang mata dan telinganya, ternyata interaksi dimeja makan antara saudari dan mamanya itu tidak luput dari pengamatan sang Papa.

How ImportantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang