46. Gone

377 46 26
                                    

Hilang kendali bukan salahku. Salahkan dirimu yang membuatku begini!

Author Pov

­Desas – desus kabar wakil kapten kebanggaan tim basket sekolah mereka yang mendapat musibah mulai menyebar.

Beragam stigma mulai tergiring dan menimbulkan prasangka.

Shania yang terpaksa harus menghadiri kelasnya hari ini masih belum bisa berbuat apa – apa. Kantong matanya terlihat tebal. Gadis jangkung itu memang tidak akan bisa tidur nyenyak semalaman. Apalagi, dirinya mengetahui bahwa adik bungsu kesayangannya itu memutuskan untuk tidak pulang kerumah selama tiga hari ini.

"Geb!" pekiknya begitu melihat sosok sahabat yang menurutnya selalu apa adanya itu berlalu dihadapannya.

Meskipun setelah kesadaranya tiga hari lalu, Beby berusaha menjelaskan kepada orang – orang bahwa apa yang menimpanya adalah murni kecelakaan, Geby masih sulit untuk percaya.

Gadis yang menurut teman – temannya itu agak ceroboh tapi selalu jujur dalam berucap, entah kenapa merasa Beby sengaja menutupi sesuatu.

Menurutnya, insiden itu tidaklah wajar. Raut wajah Beby juga tak tampak sekalipun cemas, hanya lelah. Seolah dirinya pasrah dengan hal yang telah menimpanya. Atau lebih tepatnya, seolah dia sudah tahu bahwa dirinya akan celaka?

"Geby" Panggil Shania sekali lagi. Namun, yang empunya nama masih enggan untuk menoleh.

Shania merasa ragu. Bimbang akan keputusanya untuk berlari mengejar temannya itu atau membiarkannya begitu saja.

"Maaf.." lirihnya yang entah karna apa.

Lain halnya dengan kakaknya, adiknya Shania saat ini sedang asyik bergelut manja dengan Gracia.

Nabilah cukup merasa berbunga hatinya ketika Gracia mau menuruti permintaanya untuk menginap dirumah Shani, terlepas dari tatapan tajam gadis berinisial S itu, yang tampak tak suka karna waktu berduaanya dengan sang adik terganggu.

"Udah jam berapa ini.. ayuk siap – siap. Masa cucu pemilik sekolah mbolosan ih! Katanya pengen ngilangin isu yang itu?" ucap Gracia lembut ketika Nabilah lebih memilih memeluk kakaknya itu dari belakang, back hug.

"Males ah! Kalo mereka masih nyinyir, tabok aja mulutnya pake duit. Pasti diem." Jawab Nabilah ngasal.

"Ndasmu!"

Plak!

"Adaw!"

Datang dari arah belakang, kepala Nabilah yang akhirnya ditabok Shani.

"Nggak kurang kenceng buk? gapapa sini. Biar sekalian masuk UGD." Sewot Nabilah. Sementara Shani malah menghendikan bahunya tak peduli.

"Hush, lagi pe em es keknya. Jangan digangguin." Bisik Gracia bercanda membuat sosok adik dibelakangnya tekekeh geli.

"Heeh! Napa bisik – bisik? Buruan!!!" Auman Shani menggelegar seisi apartemen.

"Siap bos yang nggak pernah salaah!"

.

.

.

Sesuai rencana, Nabilah berangkat ke sekolah tanpa diantar Shani atau Gracia. Anak bungsu Laksmana itu, memutuskan untuk membawa Lexus hitam miliknya. Lumayan dispoiler sih anaknya emang sama si Shani itu.

Setelah mobil bernopol B 00 CIL itu memasuki parkiran sekolah, menghembuskan napasnya kasar, Nabilah menatap sayu loby sekolah yang sudah mengisi dua tahunnya belakangan ini.

How ImportantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang