19. Adek Nyebelin!

793 51 12
                                    

Melody Pov

Tut tut...

Nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi.

"Aishh, kemana sihh."

Tut tut..

Tut tut..

Kan nggak nyambung lagi.

Sebenernya dedek kemana sih? Bisa - bisanya bikin khawatir begini. Pake acara enggak diangkat pula teleponnya.

"Sekali lagi Mel, coba sekali lagi." Bolak balik aku medial nomor adikku satu itu, tetapi selalu aja sama, cuman suara operator yang ngejawab.

Pusing?

Jelaslah.

Ya gimana enggak coba? Dedek yang awalnya tadi pagi pamit ke kita - kita kalau ada urusan janji atau apalah itu dengan temannya, tau - taunya sekarang lagi ada di Bogor kata Pak Anto.

Dan parahnya lagi, dia enggak bilang ke Pak Anto mau kemana. Cuman minta diturunin disupermarket, trus udah, Pak Antonya disuruh pergi. Apa enggak asem itu namanya?!

Maksudnya ya, kenapa gitu enggak ngomong aja kalau urusannya itu ada di Bogor? Atau seenggaknya pamit ke Pak Anto mau kemana. Kan kita bakal enggak kepikiran sampe kayak gini. Apalagi, aku tadi sempet liat ada sosok yang mirip dedek sedang lari - lari dijalanan kompleks perumahan sekitar sini. Berarti kan, dia harusnya ada disekitar sini, iya kan?

"Huft Dek.. kemana sihh. Ishhh" Gerutuku yang kelewat sebal.

Nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi.

Ampunn, lagi - lagi enggak nyambung. Bisa - bisanya, berulang kali ditelfon enggak ada satupun yang diangkat? Jangan bilang, dedek kenapa - napa lagi? Duh..

Semenjak laporan dari Pak Anto tentang adik bungsuku satu itu, yang sudah terhitung hampir satu jam - an yang lalu, sudah puluhan kali aku mencoba menelponnya. Ada mungkin kalau 30 kali. Bahkan sampe lobat nih Hp. Itu pun belum termasuk dari panggilan tak terjawab dari Veranda, Frieska, dan Shania loh ya.. yang mungkin kalau dijumlahkan, ada kali tuh puluhan missed call dihpnya.

"Udah kak.. sabaarr. Jangan keliatan panik gitu ah, nanti papa mama curiga gimana?" kata Frieska yang tampak tak panik sedikitpun.

Heh? Memang sih adikku satu ini paling bisa ngatur mimiknya disaat begini. Ahlinya malah. Tapi yaa gimana?! Pikiranku udah enggak bisa sinkron lagi. Masa iya, baru aja ketemu setelah bertahun - tahun, ngerasain ngumpul lagi, aku harus kehilangan dedek lagi sih?

Enggak.. enggak mau! batinku menolak kemungkinan buruk itu. Rasanya, bentar lagi kepalaku bakal pecah. Duarr!! Dan itu salah dedek. Titik.

"Duhh kemana sih anak ini. Dedek.... Uh!" Dan kayaknya habis ini aku harus beli hp baru deh. Layarnya mulai retak soalnya.

Lebay?

Enggak tau deh. Biar kalian nilai sendiri. Gimana rasanya takut kehilangan sosok yang kalian sayangi tetapi orang itu enggak ada kabar apapun. Hilang. Enggak tau kemana dan bagaimana keadaannya.

Perasaan ini, perasaanku tepatnya. Selain was was, rasanya ada nylekit - nylekitnya gitu.

Ada suatu hal yang entah bagaimana sanggup membuat dada ini sulit bernapas. Sesak dan sakit. Tapi lebih ke enggak leluasa bernapas dan cemas, takut kalau setelah ini enggak bisa ketemu dedek lagi.

Heh, mungkin kedengerannya konyol atau parno. Tapi memang begitu yang aku rasakan. Sakit seperti ditusuk - tusuk. Mungkin, untuk mereka yang tak tau bagaimana keterpurukan kami - aku dimasa lalu, hanya akan tertawa remeh dengan sikapku ini. Tapi sungguh, aku sedang sangat teramat khawatir untuk ditinggal dedek untuk kedua kalinya.

How ImportantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang