25. Papa

766 55 14
                                    

Perasaan jatuh cinta pertama kali seorang putri adalah kepada ayahnya

Author Pov

Esok paginya, Icha terbangun lebih cepat.

04.45

Sebenarnya masih terlalu pagi untuk membuka mata. Bahkan, adzan subuh saja baru selesai berkumandang. Tetapi Icha, sudah tidak bisa lagi memejamkan matanya. Pikirannya masih kalut karena percakapan yang ia dengar semalam.

Klik

Suara pintu kamar inapnya terbuka dari luar. Disusul sosok seorang pria dengan sarung dipundaknya yang masuk kedalam.

Berjalan sedikit berjinjit takut membuat suara gaduh, pria paruh baya itu mendekati sosok yang mengaku sebagai kakak kandungnya semalam.

"Kak.. ayo bangun.. udah subuh sekalian siap - siap gih pulang kerumah." katanya. Namun yang dibangunkan masih saja betah dengan tidur manisnya. Padahal, mereka hanya beralaskan sandaran sofa dan saling berdempet.

Bisa tidur kah? batin Icha.

Beralih dari satu anaknya yang satu ke yang lain, pria paruh baya yang katanya adalah papa kandungnya itu, dengan telaten membujuk para perempuan diruangan sana.

Mata Icha tidak hentinya menatap interaksi papa dan para putrinya.

Sesekali, bibirnya tertarik keatas ketika melihat tingkah kakak yang juga sebagai salah satu senior basketnya itu hanya menggeliat dan ngedumel akibat godaan dari papanya.

"Paa.. Shania masih ngantuk. satu jam lagi ya.." Shania melenguh sambil merubah posisi tidurnya.

Aish, Minta dispen kok sampai sejam. Ish ish ish.. Batin sosok pria dan gadis diranjang pasien bersamaan.

"Bangun incesnya papa.. Ayok Mel, Ve, adik – adiknya dibangunin. Terus diajak pulang buat siap – siap sekolah. Nanti siang baru kesini lagi." Ujar pria yang diketahui bernama Laksmana itu.

"Hem.. Nia nggak masuk aja deh Pah.. guru – guru pada rapat." Masih dengan posisi pewe nya, Shania membuat alasan. 

Sepertinya dia lupa, kalau si Bu Kepsek sekolahnya adalah kakak kandungnya sendiri yang sedang mengumpulkan nyawa disampingnya.

"Heh.. ayok, gak usah banyak alasan." Kali ini Melody mau nggak mau membuka suara.

"Ngantuk kak.. kak Mel liburin aja deh sekolahnya." Dengan entengnya si adek gembotnya Frieska berkata demikian. 

Dia pun juga kembali merebahkan seluruh tubuhnya diatas sofa yang saat ini dihuni dirinya seorang.

"Aish, gendutt.. ayok deh, buruan. Ntar tidur lagi dimobil." Seret Frieska dengan tangan kirinya ditelinga Shania.

"Iiyaa, no bolos – bolos ya incesnya papa." Sambung si papa dengan kekehanya.

"Awhh kak.." Shania dengan terpaksa berdiri tapi masih dengan mata terpejamnya.

Konyol!

Sebuah kata yang tiba – tiba terlintas dipikiran Icha saat ini.

Kadang, dirinya akan merasa terhibur dengan sikap Shania dan kakak – kakaknya itu. Apalagi, kalau sudah melibatkan Shania dan Frieska. Perdebatan mereka, lebih keren dari tom and jerry, menurutnya.

"Ya udah pa, kami pamit pulang dulu, nanti kesini lagi." Pamit Melody dan mulai berjalan kearah ranjang Icha.

Icha yang mengetahui sosok kakaknya itu berjalan mendekat, dengan segera dia berpura - pura tidur. Rupanya, Icha kembali merasa canggung dengan mereka semua, walaupun ciuman dipipi dan dahi sudah sering dia dapatkan.

How ImportantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang