13. Bukti

924 67 15
                                    

Author Pov

Weekend ini Melody dan adik - adiknya tidak seperti biasa menghabiskanya dengan jalan - jalan. Meskipun begitu, mereka semua terlihat sangat bahagia.

Semenjak Icha mau menimpali candaan Shania tadi pagi, semua perasaan para wanita cantik itu menghangat. Seperti, ruang kosong dipojok rumah sudah terisi dengan hiasan yang indah.

"Kenapa? Gak bisa bobok hem??" Tanya Melody karena Icha sedari tadi cuman merem melek - merem melek dan tak kunjung terlelap.

"Mau Kakak temenin?" Tanyanya lagi.

Sementara yang ditanya tampak bingung mau menjawab apa. Icha pun merasa ragu dengan permintaan hatinya. Entah kenapa melihat Melody rebahan disofa membuatnya susah untuk memejamkan mata.

"Bilang dong dari tadi, yaudah yuk sini bobok.. udah malem." Kata Melody yang langsung tiduran tanpa menunggu jawaban dari Icha.

"Am..."

Puk - puk, puk - puk..

"Udah yok bobok.. biar bisa cepet pulang." Potong Melody dengan nada lembut dan tangan kirinya sudah berada dipunggung Icha. Akibatnya, tak butuh waktu lama, tepukan tangan Melody yang terasa sangat nyaman itu berhasil membuat Icha masuk jauh kealam mimpi.

Menyadari gadis muda didepannya sudah terlelap, akhirnya Melody meloloskan helaan napas panjangnya. Huft..

Lagi - lagi sikap Icha mirip denganya. Selama seharian bersama Icha, rasanya banyak sekali kemiripan yang Melody peroleh. Kebetulan aja kah? batinnya bertanya.

Tes

Finally, jatuh juga air mata yang selalu ditahannya dari tadi. "Kakak sayang kamu dek.." Gumamnya sambil mengeratkan pelukannya ke sosok remaja didepanya itu. 

Jika ditanya air mata apa itu? Tentu Melody juga tidak bisa menjawab. Perasaanya bimbang. Ada perasaan bahagia, sedih, haru, dan takut menjadi satu.

Iya, Melody merasa takut apabila pikirannya hanyalah bualan semata.

Melody enggak bakal siap kalau harus tertampar kenyataan bahwa adik kecilnya itu sudah tiada untuk kedua kalinya. Cukup 8 tahun lalu dia dan semua saudarinya terpuruk. Bahkan kala itu, Shania sampai harus tinggal kelas karena merasa depresi akibat kehilangan adik kesayangannya.

Oh Tuhan.. andai Kau beri kesempatan kedua. Aku janji gak bakal sia - siain itu.
Ucap wanita cantik itu dalam do'a malamnya.

The next morning, Icha masih saja telat bangun pagi. Entah memang karena dia merasa nyaman dan terlanjur nyaman dengan pelukan Melody atau apa, hanya Icha seorang yang tahu.

"Ehm iya ya, kakak gak kemana - mana." Ujar Melody begitu mandapati protes dari Icha ketika hendak melepas pelukan dan tangan gadis itu dipinggangnya. Entah beneran bisa mendengarnya atau enggak, yang pasti setelah Melody berkata demikian, Icha kembali anteng ditidurnya.

"Kamu gak mau bangun hem?" 

Hari memang masih pagi. Tetapi untuk ukuran seorang Melody, pukul setengah delapan itu sudah sangat siang. Jadi wajar aja dong ya, kalau wanita dewasa itu menginginkan 'murid istimewanya' segera bangun dan memulai sarapannya?

"Udah mau jam sarapan lohh dek.. Nanti susternya keburu dateng." Bujuk Melody sambil mengusap lembut dahi Icha dan sesekali menyibakan rambut muridnya itu kebelakang telinga.

"Ehm." Tetapi lagi - lagi,  hanya erangan dan duselan kepala yang Melody dapat. 

Susah deh kalo kayak gini.. Batin Melody dan pikirannya kembali menerawang kemasa lalu.

How ImportantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang