33. You(th)

645 54 20
                                    

Pernah ngerasain jatuh cinta sayang?

Itu lo.. yang katanya anak muda bisa bikin hati berbunga – bunga dan berasa ada kupu – kupu diperut?

Tapi gak heran deh, kamu kan gak punya empati.


Pain. But, I won't let it turn into.
Hate. No, I won't let it change me
You cant take my youth away.
The soul of mine will never break.
As long as I wake up today, You can't take my youth away..
(Youth - Shawn Mendes.)



Author Pov

Seperti yang sudah kalian duga, suasana sarapan pada pagi hari ini lagi – lagi dipenuhi keheningan. Tak ada yang berani memulai obrolan, termasuk Shania yang memang dari awal belum mengetahui apa – apa menjadi agak kesusahan ketika hendak memulai percakapan diantara mereka.

Ting! Lagi – lagi hanya dentingan sendok, garpu, dan piring. Jelas sekali jika ketujuh orang dimeja makan itu, minus nenek dan oma yang sedang liburan, sama – sama merasa canggung. Apalagi, sosok Papa dan putri bungsunya itu.

Tidak dapat dipungkiri hingga saat ini Papa masih memikirkan ucapan Frieska. Berulang kali Papa menghembuskan napasnya kasar karena dirinya merasa bingung harus memulai darimana. Lidahnya terasa kelu, sulit rasanya untuk sekedar mengucapkan satu kata yang sedari tadi terngiang – ngiang dibenaknya. Maaf.

"Lelaki paling cupu adalah lelaki yang paling gengsi untuk meminta maaf."

Akhirnya, satu frasa penuh tekanan keluar dari mulut manis Frieska. Sudah dibilangkan kalau Frieska itu anggota tersadis omongannya dikeluarga itu. Sampai – sampai Veranda si kalem, hampir tersedak makananya sendiri.

Behh frontal banget nih bocah..

Ni anak emang kagak punya ati banget sih.

Anak gue gini amat ya..

Gumam beberapa orang yang menyadari maksud anak ketiga keluarga Laksmana itu.

"Why? Bener kan?" Ucap Frieska santai ketika dipelototi oleh kakak tertuanya.

"Yaa emang bener sih.." sahut Shania dengan polosnya yang sukses membuat Veranda menepuk jidatnya pelan. Dia cukup merutuki sifat adiknya satu itu yang sekarang agak konslet untuk bersikap peka dengan kondisi sekitar.

Astaga Shan.. gumam Veranda. Sedikit banyak, Veranda memang sudah mendengar cerita dari kakaknya tentang kejadian beberapa jam yang lalu. Responnya hampir sama dengan Frieska, namun bedanya, dia tidak senekat dan sesadis adik pertamanya itu.

"See?" Ungkap tersirat Frieska kepada Papanya setelah merasa mendapat dukungan dari saudarinya. Tatapan perempuan 20 tahun itupun begitu tajam setengah meledek, lengkap dengan senyuman evilnya untuk terus memojokan si Papa.

Menyadari hal itu, Mama berusaha untuk mengalihkan suasana. "Eh iya. Gimana Dek? Sup ayamnya enak? Mau nambah lagi sayang?" Sela Mama supaya efek aura anak ketiganya itu, yang apabila sedang berada dimood kurang baik, tidak sampai membuat orang – orang dimeja makan bergidik ngeri.

"Heem, udah Ma. Supnya enak kok." Balas yang dipanggil 'Dek' dengan santainya. Tak lupa, senyuman tulus juga si Adek berikan untuk merespon sikap mamanya.

Bocah remaja satu itu, seperti tampak sama sekali tak terpengaruh sedikitpun dengan suasana yang sedang terjadi. Hanya sesekali dia sedikit curi – curi pandang kearah Papanya yang masih saja sok asyik dengan sarapan paginya. Padahal aslinya, Laksmana sedang berpikir keras bagaimana memulai permohonan maafnya kepada sang Anak.

How ImportantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang