31. Masih Bi(a)sa

622 61 12
                                    

"Kekecewaan yang terbesar adalah ketidak percayaan orang - orang terdekat."

Author Pov

"Dekk, harus banget apa ya berangkat ke Bogornya?"

"Iya, ini udah malem loh. Nggak bisa besok pagi aja?"

Bujuk kedua kakak tertua Icha sekali lagi.

Saat ini, tepatnya dihari sabtu sore pukul 19.00 WIB, seharusnya kelima saudari itu menghabiskan malam minggunya dengan maraton film dan esoknya pergi jalan – jalan seharian. Namun sayang, setelah 3 minggu kesempatan ini tiba, Icha mendadak mendapat kabar bahwa dia harus bergegas menuju Bogor dan mungkin, seluruh rencana yang telah mereka susun akan batal.

"Iya kak, aku harus otw sekarang. Udah ditunggu temen aku." Jawab Icha sambil menyiapkan beberapa keperluan kedalam tas ransel miliknya.

"Tapi kan, kita udah janjian mau quality time ntar malem. " Kata Shania yang lebih mirip seperti gerutuan anak kecil.

Ruangan untuk tempat tidur itupun, seketika terasa 'sesak' karena hampir semua kakak – kakak Icha berada disana untuk menemani, ehm bukan, lebih tepatnya untuk membujuk adik bungsunya itu untuk menunda niatnya. Beruntung Frieska lebih memilih untuk mengobrol bersama para nenek ketimbang ikutan nimbrung bersama saudarainya yang lain. Kalau enggak? Hem, mungkin akan lain cerita. Lebih parah maksudnya.

"Aku usahain besok sebelum makan malam udah pulang kak, jadi kita masih bisa nonton film. Soalnya, ini urgent banget. Maaf ya, aku beneran harus pergi." Ucap Icha merasa bersalah.

Mata cokelat terang itupun menatap dalam milik gadis jangkung berchocochips didepannya. Sebenarnya, Icha juga enggak ingin ini terjadi. Tetapi mau bagaimana lagi? Gracia jauh lebih membutuhkan keberadaanya sekarang.

"Heem.. emang temen kamu tuh gak ada temen lain apa? Tega bener nyuruh kamu otw dari Jakarta sore – sore begini." Ngedumel Shania sekali lagi. Walaupun kedengaranya agak kurang sopan, nyatanya Melody dan Veranda juga menyetujui pemikiran adiknya tersebut.

"Mungkin ada. Tapi akunya yang gak bisa biarin dia sendiri. Lagian, aku gak bisa jadi orang yang gak tau diri. Dulu selama aku susah, dia selalu ada buat aku."

Entah sadar atau enggak, pernyataan anak bungsu keluarga Laksmana itu sedikit 'agak menyinggung' hati kakak – kakaknya. Apalagi kesannya, Icha memberikan penekanan diakhir kalimatnya.

"Hem iya deh, awas nyesel aja besok gak jadi ikut. Besok ada banyak promo loo didufan.." Ungkap Shania yang niatnya hanya untuk membujuk adik kesayangannya itu sekali lagi. Tetapi sepertinya, lain halnya dengan yang ditangkap oleh Icha.

"Maaf Kak. Bagi aku, temen aku yang terpenting sekarang."

Nyes!

Seperti tertusuk jarum namun tak ada darahnya. Sedikit, tapi nylekit untuk didengar. Walaupun pada kenyataannya, kalimat itu dilontarkan tanpa ada unsur menyakiti sedikitpun. Hanya sedikit ungkapan, bahwa prioritas adik bungsu Laksmana saat ini adalah temanya, bukan pergi bersama kakak- kakaknya.

Tanpa mempedulikan respon kakak – kakaknya lagi, Icha segera beranjak keluar dari kamarnya dan turun kebawah. Dirinya harus bergegas pergi sekarang. Hanya tersisa satu jam untuk sampai ditempat janjianya dengan Shani. Tak banyak waktu, sebab keselamatan Gracia berada ditangannya.

"Nek, Oma. Icha berangkat dulu ya. Kak Mpris, Icha pergi dulu." Pamitnya kepada tiga orang perempuan yang tampak sedang berdiskusi diruang tengah.

"Ah Iya dek."

"Hati – hati ya Cha."

Teriak mereka yang mungkin sudah tidak dapat didengar karena Icha sudah berlari menuju mobil.

How ImportantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang