4. Pertemuan

1K 77 1
                                    

Author Pov

Kring.. kring..

Suara dering bel berbunyi. Seluruh siswa dan siswi mulai berlarian di koridor sekolah bergegas menuju kantin.

Meski tidak banyak, tetapi istirahat pertama selalu ramai oleh siswa siswi yang tak sabar mejajankan uang sakunya.

Kantin sekolah tidaklah besar. Namun cukup sempurna menyajikan beragam jenis makanan. Ada yang jualan siomay, pempek, soto kudus, roti bakar, bakso, dan beragam makanan lain  yang tergolong ke kategori camilan. Setidaknya, begitulah menurut gadis kawai yang bernama Yupi.

"Cha, jadi Lo belum mutusin buat ikut eskul apa gitu?" Tanya si Yupi.

"Ya kalo boleh sih, aku gak mau ambil eskul. Soalnya, aku harus sering - sering ke bogor untuk cek toko roti bundaku." Jawab gadis yang dipanggil Cha tadi.

Dilihat sekilas, siapapun pasti mengira kalau gadis yang memiliki panggilan Icha itu adalah anak yang lugu. Dandanannya sederhana. Enggak terlalu mencolok walaupun ada beberapa aksesoris miliknya yang bermerk. Belum lagi, bahasa aku - kamu yang dia gunakan membuatnya terkesan seperti bukan anak muda yang suka bergaul.

Tapi ya memang bener sih, sejauh perjalanan hidupnya, Icha enggak pernah neko - neko, semacam pergi kemana gitu. Paling poll, Icha diajak Shani atau anak - anak tim SM untuk jalan bareng. Selebihnya, dia selalu bersama Bundanya. Daily style nya juga enggak yang biasa banget. Always simple but elegan. Jadi, untuk penampilan sekolahnya kali ini, hemm mungkin itu memang kesengajaan.

"Ya.. sayangnya disekolah ini harus ada satu minimal yang diikutin. Emang Lo gak dibilangi sama si Andri?" sahut Vanka yang sudah menjadi sosok teman sebangku Icha selama satu bulanan ini.

Vanka itu gadis yang ramah. Selama sebulan ini, dia banyak membantu Icha untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Meksipun begitu, Icha masih kurang nyaman jika harus mengobrol banyak dengannya.

"Dibilangin sih.. kemaren." Alhasil, hanya balasan singkat yang sanggup Icha berikan. Bukannya bermaksud acuh tak acuh, Icha hanya belum terbiasa dengan kehidupan barunya yang sangat bertolak belakang dengan tahun - tahun sebelumnya.

"Nah kalo gitu, gabung klub musik aja. Latihanya gak ribet kok. Lo cuman wajib datang sekali dalam seminggu." Ajak Yupi.

"Iya.. nanti kita bikin band. Pasti seru tuh kalo kita bisa manggung."

"Ato ikut gue aja klub jurnalis. Kegiatanya gak banyak kok.." tambah seorang lagi yang bernama Michelle.

Kalau dihitung - hitung, siswa - siswi yang mau berteman dengan Icha sebenarnya lumayan banyak. Sekarang aja yang hampir tiap harinya nongkrong bareng dengannya dikantin, selalu ada 3 orang. Tapi ya begitu, belum nyaman. 

Maklum sih, Icha itu belum terbiasa dengan suasana sekolah. Karena sebelumnya, Icha itu hanya fokus dalam pekerjaanya sebagai seorang atlit basket, sekolahpun dia homeschooling. Tepatnya, hanya ikut ujian paket kesetaraan tingkat SMP. Jadi, mau gimana lagi kan?!

"Behh darimana anak jurnalis santuy. Kakak gue sibuk mulu tuh kerjaan. Yang report ini lah itu lah. Dokumentasiin kesini - kesitu dibilang gak banyak. Jangan ah Cha, gak setuju gue!"

Kali ini Yupi kembali bersuara. Sebenarnya, teman - teman baru Icha ini cukup humble. Tapi lagi - lagi, yang namanya sungkan - belum nyaman - butuh penyesuaian, ya pasti susah kan diajak ngobrol banyak?

"Ntar deh, aku pikir - pikir dulu."

Baru setelah beberapa lama mereka berdebat, akhirnya Icha memutuskan untuk ikut klub olimpiade Biologi. Lumayan menurutnya, dia bisa sekaligus belajar dan mendalami materi kesukaanya itu.

How ImportantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang