20. A diary : Alice in Wonderland

587 47 8
                                    

Alice in wonderland

Judul sebuah buku yang umum didongengkan oleh banyak orang. Imagination book yang mungkin baru pertama kali dibaca oleh seorang gadis kecil yang sedikit ompong giginya. Adiku..

My diary,

Setelah seharian ini kulewati, aku baru sadar jika selama ini aku adalah kakak yang egois.
Aku terlalu sibuk menyalahkan mama dan papa yang selalu menuntutku ini itu. Sampai – sampai, aku secara nggak sadar melampiaskan semua frustasiku ke adikku satu – satunya.

Sedari kecil, mama dan papa memang selalu mendidikku dengan keras.
Mungkin karena mereka berpikir aku adalah anak pertama dan juga seorang perempuan.
Tapi jujur, aku selalu iri ketika adiku bisa leluasa memilih apa yang dia mau. Sedangkan aku, untuk sekedar menjalankan hobiku saja, aku enggak bisa.

Ya, tapi syukurlah ada hari ini.

Hari yang memberikanku kesempatan untuk memperbaiki presepsi, sikap, dan perhatianku.
Aku baru sadar, jika selama ini adik perempuanku itu hanya ingin sebuah perhatian kecil dariku.
Aku juga baru menyadari, jika tingkahnya selama ini yang selalu membuatku kesal, hanyalah sebuah bentuk dukungan darinya.
Hemm, bodohnya ya aku.

My diary,

Hari ini aku seneng banget. Akhirnya aku bisa deket sama adiku.
Rasanya beneran seneng pake banget aku bisa menghabiskan waktu luangku untuk bercanda gurau dengannya.
Aku nyesel sekarang, kenapa enggak dari dulu aja aku mau sedekat ini sama dia.
Hem.. pasti bakal bahagia ya hidupku.

Hari ini, kami berdua dan satu orang lagi, memainkan sebuah pentas drama kecil – kecilan diruang keluarga.
Aku berperan sebagai Ratu Merah, adiku menjadi Alice, dan satu lagi adik kecil berperan sebagai si Rabbit.
Pentas drama kecil – kecilan kali ini memang mengambil tema ‘Alice in wonderland’, tetapi ya begitu, enggak sedikitpun pentas tadi bercerita tentang sosok Alice di dunia imaginasi itu.

Ya mungkin karena dudut, panggilan baruku ke adiku, belum bisa menghafal skenario yang telah kubuat.
Apalagi, gadis kecil yang akhir – akhir ini selalu bersamanya itu.
Dia hanya ikut loncat sana loncat sini menirukan tingkah kostum yang sedang dia pakai, kelinci.
Haha.. tapi lucu tau.

Dua orang adik itu benar – benar sukses membuat mama, papa, dan Bi Ayu ketawa.
Akupun sampai enggak tega kalau harus memarahi mereka berdua yang seenaknya merubah jalan cerita dan bertingkah absurd.
Apalagi, setelah aku melihat antusiasme mereka yang asyik mendeskripsikan dunia mereka sendiri.

Astaga, mungkinkah ini yang dinamakan cobaan seorang kakak? Kalau iya, kuatkanlah aku..

My diary,

Dari situ juga aku baru sadar, bahwa mama dan papa tidaklah seburuk yang kukira.

Awalnya aku berprasangka kalau mama dan papa adalah orang yang kaku.
Orang yang sekedar untuk berkumpul dan menonton tv bersama aja enggak mau.
Tapi ternyata, justru mereka sangat mendukung ideku untuk menampilkan pentas itu.

Aku juga baru tahu, kalau selama ini mereka menahan diri untuk enggak memakai ruang keluarga saat sore tiba, karena mereka enggak mau mengusiku yang sedang belajar.
Padahal, dudut selalu ingin menonton tv bersama keluarganya.
Hem, maafin cece ya dut.

My diary,

Sebenarnya, selama tiga bulan kemaren, aku merasa kehilangan dengan sosok dudut yang tiba – tiba jarang mengusiliku.
Makanya aku iya – iya aja pas dudut memintaku untuk bercerita tentang buku Alice in Wonderland yang baru dia beli.
Sampai - sampai hampir setiap malam, dudut dan gadis kecil anak Bi Ayu itu selalu datang kekamarku.

How ImportantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang