36. (Cuman) Firasat

639 59 20
                                    

Enggak ada satu orangpun yang menyangka, kalau hal berharga yang selalu kita jaga, akan hancur disaat lengah.

.KN.

Author Pov

Cit cit stt!

"Back back back! Denay! Awas crossing!"

Game kuarter 4 penentuan untuk menuju kebabak final antara tim sekolah Shania Vs tim sekolah Shani sedang berlangsung.

Dua sekolah yang sama – sama memiliki anggota basket dengan skill yang mumpuni, saling beradu dalam turnamen yang diselenggarakan oleh NG Unversity, salah satu universitas swasta, binaan Natio Group yang baru berdiri pada tahun 2011 lalu.

"Yak! Kampret. Ketek lu bau.." Desis seorang gadis bernomor punggung 05 kepada seseorang yang menjaganya.

"Gausah dipepet napa. Ngintil mulu kayak anak ilang." Cerewet gadis itu sekali lagi sambil berlari mencari celah untuk mendapatkan umpan passing.

"Bawel! Napas lu yang bau!" kali ini gadis yang sedang diposisi defense mencoba untuk membalas omongan rival sekaligus kakaknya itu.

"Ih, Dek.. Noh liat Gracia noh.." Ucap Shani yang mencoba mengelabui Nabilah. Namun sekali lagi, adiknya satu itu, enggak peduli dengan bualan kadalnya.

"Crossing, crossing!"

"Screen screen screen.... WOY!"

"Awas!"

Kurang lebih begitulah suasana genting detik – detik terakhir di arena berukuran 28 x 15 meter dalam gedung olahraga elite milik NG University. Agak riweh sih. Tapi ya memang begitu adanya. Apalagi, sosok rivalmu adalah orang yang kenal dekat denganmu

FIX! Pasti bakal cekcok, adu mulut enggak jelas.

"Block! Block!"

"Shooting!!!"

IN!

Pritt Pritt Prittt....

Bersamaan dengan peluit panjang, pertandingan antara tim Shania dan Shani pun selesai dan kemenangan diperoleh oleh tim Shani tentunya.

Tim Shania Vs Tim Shani : 34 Vs 38

"Aaarrghh...."

Point yang cukup tipis sebenarnya. Tapi sukses membuat Nabilah berteriak ditengah lapangan untuk melepaskan semua emosinya.

"So-sorii, andai gue lebih bagus mainnya. Mungkin, kita bisa menang tadi. Sori gaes.." Cicit seorang gadis yang paling tinggi diantara mereka, Desy.

Yaps, sedari awal, dari semua anak tim, Desy yang paling menunjukan rasa pesimisnya. Bahkan, kerap kali dia berkata bahwa tim mereka tidak akan menang sejak persiapan dan latihan mereka.

"Lain kali, kalo kalian emang pengen menang, mindset kalian diubah dulu!" Ungkap Nabilah penuh kekesalan kepada semua rekannya tanpa mempedulikan ucapan Desy. Dirinya seperti enggak peduli dengan cacian dan sindirian yang akan diterimanya nanti.

"Main itu enggak cuman good skill, tapi mental juga perlu! Sebagus apapun skill kalian, bakal gak guna kalao mental kalian ancur!" Terangnya sekali lagi. Sepertinya, kapten kece SM itu, agak sedikit lupa dengan poisisinya dia sekarang.

"..." Tak ada balasan.

Entahlah, mungkin seluruh anak tim sedang membenarkan ucapan player termuda diantara mereka itu, tak terkecuali Desy.

Jauh sebelum turnamen mereka dimulai, sebenarnya Nabilah sudah melakukan assessment terhadap beberap tipe permainan dan skill lawannya. Dari penilaiannya itu, dirinya cukup yakin bahwa tim basket sekolahnya akan memasuki babak final dan setidaknya bisa membawa pulang juara 2. Namun, dia melupakan satu hal,

How ImportantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang