10. Keinginan

816 64 16
                                    

Flashback

"Kak danda lagi ngapain?" Tanya seorang gadis kecil kepada gadis remaja didepanya.

"Hem... baca buku adek.." Jawab Sang kakak sambil sesekali melirik kearah Adiknya.

"Adek, boleh nemenin?" Tanya Si Adek lagi dan seperti biasa sudah ada sebuah buku dipelukanya.

"Boleh... sini duduk disamping kakak." Kata Sang Kakak lembut sambil menepuk – nepuk sisi sofa disebelahnya.

Tanpa diminta untuk kedua kalinyapun, begitu Si Adek mendengar jawaban kakaknya, dia langsung buru – buru naik. Ya walaupun, Si Adek agak kesusahan karena badanya masih terlalu kecil.

"Bisa?" Kali Kakaknya yang bertanya.

"Hemm.." Jawab Si Adek yang terlihat sedang berusaha untuk bisa segera naik.

Akhirnya, setelah beberapa kali mencoba sendiri, Si Adik yang baru berusia 3 tahun itu pun berhasil.

"Yeyy bica.." Katanya yang sedikit cadel.

"Hore.... Dek bilbil udah besar ya.."


Flashback off


Veranda Pov

Hari ini, masih sama seperti hari – hari sebelumnya. Perjalanan pulang kali ini pun juga masih sama.

Termasuk dengan renungan itu.

Seperti biasa, aku enggak terlalu ingin mempercepat laju mobilku, meskipun jam katalog mobil sudah menunjukan pukul 5 sore. Entah, mungkin karna melihat anak – anak kecil djalanan, aku jadi enggan untuk segera sampai dirumah.

I miss her.

"Makasih kakak cantik.." Begitulah ucapan salah seorang diantara mereka yang abis aku kasih uang receh seharga seribu rupiah. Namun, sekilas ucapan itu mirip dengan seseorang.

Makasih Kak danda cantik.

Membuatku tersenyum lalu membalasnya, "Iya.. sama – sama ya dek.."

Terkadang, aku merasa bahwa hidupku saat ini sudah sangat bahagia (seharusnya), walaupun perasaan sedih itu enggak akan  pernah bisa dihilangkan.

Tes..

Ahh, selalu aja seperti ini.

Adek, sayang kak Danda.

Setiap orang didunia ini pasti pernah merasa menyesal kan? Entah karena enggak bisa melakukan sesuatu yang diinginkan atau sekedar mewujudkan harapan seseorang. Apalagi, ketika kita tau bahwa mustahil mewujudkan harapan itu karena orang itu sudah tiada.

Hah.. Senja adalah bagian hari yang selalu membuatku nyaman untuk mengingat kenangan lama. Setidaknya itulah menurutku. Kadangkala, karena terlalu nyamannya begini, rasanya aku enggan untuk menghapusnya.

"Hah.. It's oke Veranda.. She is oke. She is happy now." Monologku.

Selalu akan seperti ini ketika mobilku hendak memasuki area perumahanku. Rasanya, cukup sakit jika aku teringat bahwa mereka yang menungguku tidak lagi sama. Apalagi, kepergiannya adalah salahku.

But, I have to be strong for my other sisters, don't I?

Mereka sudah cukup terpuruk beberapa tahun lalu. Aku harus kuat kan? Supaya mereka baik – baik aja. Iya kan?

Kuarahkan perlahan mobilku memasuki gerbang sebuah rumah yang sudah aku dan saudariku tempati sejak kami masih kecil. Sekarang, hanya ada aku dan tiga saudariku. Orang tua kami? Entahlah mereka selalu sibuk berpergian untuk mengembangkan bisnis keluarga kami.

"Loh, nenek, oma??" Ucapku sedikit berteriak ketika melihat dua orang wanita tua turun dari mobil dibelakangku.

"Halo Ve.. apa kabar?" Tanya salah satu dari mereka.

"Widih.. tambah bening aja nih cucu nenek." Sahut wanita satunya.

"Hehe.. Baik oma. Woiya dong.. cucunya sapa dulu niihh." Jawabku dan langsung memeluk mereka berdua.

How ImportantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang