27. Latihan dan Rahasia 1

794 54 26
                                    

Author Pov

Ada banyak rahasia yang Shania rasa, dirinya tidak ketahui tentang adik semata wayangnya itu.

Hari ini adalah hari Rabu. Tepatnya masih setengah hari semenjak adiknya satu itu keluar dari gerbang rumah sakit.

Semalam, Dedek Bilbilnya itu merengek habis - habisan kepada Mama dan Papa untuk segera pulang. Si Dedek juga mulai berani merajuk ke Mama dengan bibir moyongnya dan entah kenapa rasanya, Shania merasa bahwa adiknya satu itu sedang menunjukan sisinya yang lain.

Semenjak Papa memberitahunya hasil tes DNA dimalam sebelumnya, Icha memang menjadi lebih rileks dengan kehadiran keluarganya. Tetapi, yang membuat Shania lagi - lagi berpikir adiknya itu memiliki sejuta rahasia adalah kedekatan Icha dengan Prasetya bersaudara - Naomi dan Sinka. Itupun belum dengan cerita Kak Ve-nya yang mengisahkan tentang kehidupan masa lalu Dedeknya itu.

Kemarin, setelah acara suap - suapan Shania dengan Icha, Naomi dan Sinka datang membawa kejutan untuk mereka berdua. Icha yang terkejut karena kehadiran Naomi, sedangkan Shania hampir tak menyangkan dengan perilaku Naomi yang sangat memanjakan Icha. Bahkan, untuk sekedar memakan sebungkus cokelat, Naomi sampai rela mengotori tanganya hanya untuk memilah kismis kecil - kecil didalam bulatan cokelat itu supaya tidak tertelan oleh Icha, yang ternyata Shania baru tahu, jika adik bungsunya satu itu tidak suka dengan rasa asem buah kismis.

Wow, mengesankan bukan? Belum lagi adegan diawal ketika Naomi berusaha membujuk Si Dedek karena rajukanya, ataupun ketika Icha tiba - tiba menguap karena merasa kantuk. Baik Naomi maupun Sinka, keduanya begitu sigap meng-comfort gadis kecil itu untuk segera terlelap.

Terlihat dengan jelas dimata Shania waktu itu, bagaimana Naomi membiarkan jas putihnya dipeluk Icha sampai kusut dan Sinka yang langsung mengelus pucuk kepala adiknya itu.

Sebenernya, sedeket apasih kalian dulu?

Mengapa Dedek bisa begitu disayangi oleh keduanya?

Kurang lebih itulah misteri yang harus Shania pecahkan.

Lain halnya dengan sikap 'manja' Icha, lain pula dengan sorot rindu adiknya Shania itu ketika mendribble bola basket. Masih bisa Shania ingat, bagaimana adiknya itu dengan sengaja memasang mata kucingnya dan merengek sampai memeluk kakinya hanya - supaya - dirinya diajak untuk ikut eksul basket setelah Shania mendapat telepon dari Beby. Si adek Shania itu juga enggak tanggung - tanggung, dengan akting pronya, si adekternyata tidak merasa sungkan untuk mengeluarkan air mata buayanya. Hemm, emang totalitas kan?

"Dedek!!! Gak Usah lari - lari!!" Teriak Shania mulai was - was. Khawatir dengan kondisi adiknya yang belum sepenuhnya fit dan juga ketar - ketir dengan dirinya yang bakal diamuk Kak Mel dan Mama syupersyantiknya ketika pulang nanti.

Heleh.. nasib Shan.. nasib. Siap - siap dah lu entar dipares sama duo nyonya besar. Eluhnya ketika teriaknya barusan hanya seperti angin lalu ditelinga Si Dedek.

Prit! Prit!

Akhirnya, pemanasan yang - tidak - sepenuhnya Shania ikuti selesai.

Berbeda dengan kakaknya yang terlihat loyo, Icha tampak kontras dengan semangat membara.
Gadis itu, benar - benar 'tega' mau membunuh Shania sewaktu dirumah nanti.

"Dek... puueeelliissss deh. Nurut ya sama kakak. Kamu emangnya mau Kak Shania dicincang Mama, Kak Mel, Kak Ve, Kak Frieska, hemm?" Shania Junianatha mulai mendrama. Lengkap dengan pergerakan tanganya yang berlagak mencekik dirinya sendiri.

"Tapi Kak..."

"No!! Sekali enggak, ya enggak yaa." Ngegas Shania.

Rasanya, kepalanya sudah seperti panci presto yang apabila sudah mateng, ngiung - ngiungg ngepul asapnya. Bayangannya tiba - tiba terlintas akan diamuk macem apa dirinya nanti. Beruntung sekarang, Melody sedang tidak ada di sekolah. Kalau iya? Wuss, beneran dicekik itu leher mulusnya.

How ImportantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang