Gak ada kapoknya gue ya, padahal udah di hukum terus.
Aina Faj'ri
"Na?"
"Ha?"
"Kemarin yang di grup kelas, yang katanya Pak Ilham minta alamat lo buat apa?"
Gimana nih? Harus gue ceritain gak ya, ceritain aja lah ya.
"Nanti ikut gue ke taman ya, gue ceritain di sana. Di sini banyak orang." Dani mengangguk setuju.
Setelah itu guru mapel pertama datang, tidak ada yang berbicara selain guru di depan. Jika ada yang berbicara, akan mendapatkan hukuman. Gurunya killer emang.
"Na, jangan tidur. Ntar di hukum mampus lo."
"Halah!" bah ini nih jeleknya Aina, kalo di kasih tau ngeyel. Nanti kalo udah terlanjur kejadian marah-marah.
"Ya udah gue gak ikutan ya kalo lo di hukum."
Aina tidak menjawab, dia memilih untuk tidur. Semalam dia tidak bisa tidur, insomnia nya kambuh.
Flashback On
Pukul 22.00 WIB
"Ini kenapa mata gue gak mau nutup sih! Besok gue sekolah anjir," ucap Aina entah dengan siapa.
Tiba-tiba pipi Aina bersemu merah, dia tidak bisa melupakan kejadian tadi sore bersama Ilham. Oh, astaga! Ilham itu guru, dan Aina itu siswinya. Apa kata warga sekolahan kalo dirinya dan Ilham dekat.
Ahhh!
"Kenapa juga Pak Ilham bisa suka sama gue astaga! Ini beneran gak sih, tapi kalo emang bercanda kok Pak Ilham sampe berani ketemu sama Ayah Bunda?" kampret, ah.
Ya Allah kenapa gue gak tidur-tidur, kenapa insomnia gue kumat sih.
Pukul 01.10 WIB
Ini beneran gue gak bakalan tidur semaleman? Ya Allah apa kabar besok gue di sekolahan? Huaaa
Perut gue kenapa laper malem-malem gini?
Kenapa gue pengen ke dapur tapi gak berani?
Kenapa harus malem ini?
Pukul 03.00 WIB
Ok fiks gue gak tidur malem ini. Serah besok gue di hukum gara-gara ketiduran bodo amat. Siapa yang mau di salahin coba? Gue? Gak lah! Gue udah coba buat mejamin mata tapi tetep aja gak bisa.
Au' ah gelap.
Pukul 06.00 WIB
Karena udah jam 6, gue berniat buat mandi aja biar agak segeran. Mata gue ngantuk banget anjir, tapi kalo gue tidur bisa keblabasan nyampe jam 10 yang ada.
Gue ke dapur, niat buat nyari makanan. Mentok-mentok ada roti selai lah. Sumpah dari semalem gue laper, tapi gak berani keluar kamar. Jadi gue cuma bisa nahan lapernya sampe pagi gini.
"Loh udah siap, Na?"
"Udah, Bun."
"Kok kayak panda? Gak tidur?"
"Insomnia Aina kumat semalem, jadi Aina nggak tidur."
"Itu matanya gak mau di kompres pake es? Biar mendingan."
"Nggak usah, Bun. Males, nanti pulang sekolah aja."
"Ya udah ini nasi gorengnya di makan, habisin lho." Aina mengangguk.
Oh, ya tentang ayah, gue udah gak marahan lagi sama ayah. Semalem kita juga udah ngobrol bareng, ayah minta maaf ke gue kalo posesif banget ngelarang ini itu. Dan di situ gue ngerasa jadi orang yang paling egois.
Ayah ngelarang gue karena suatu alasan, buat keselamatan gue. Tapi gue malah marah-marah gak jelas kayak gitu. Selesai ngobrol sama ayah, gue langsung nangis sambil meluk ayah.
Flashback Off
"Na?"
"Euhh, apaan si, Dan?"
"Udah istirahat, dan lo di suruh Miss Anna ke ruangannya."
"Lah? Gue ngapain?"
"Biasa."
"Ooo..."
Dani bingung dengan sikap Aina yang terlampaui santai. Di suruh menghadap guru karena buat kesalahan bukan nya kaget, sedih, eh, malah ber oh ria. Kampret emang!
Aina berjalan ke ruangan miss Anna. Aina sebenarnya malas berurusan dengan miss Anna, tapi mau bagaimana lagi? Dengan malas Aina mengetuk pintu ruangan miss killer.
Setelah ada instruksi, baru Aina masuk.
"Permisi, Miss."
"Duduk, Aina Faj'ri." astaga merinding gue.
"Kamu tau kesalahan kamu?"
"Ya, Miss. Saya minta maaf."
"Kamu mau hukuman yang seperti apa?"
Ide jail gue muncul tiba-tiba.
"Yang saya bisa aja, Miss."
Terlihat miss Anna menaikan sebelah alisnya.
"Apa yang kamu bisa?"
"Mungkin semacam tiduran beberapa jam," ucap gue tanpa basa-basi. Kali aja kalo gue ngomong gitu, bakal beneran di bolehin tidur.
"Kamu suka tidur?"
"Yes, Miss."
"Bersihin sekitar tiang bendera, kalo ada daun kering di ambil lalu masukin ke kantong plastik."
"Sekarang, Miss?"
"Tahun depan, Aina."
"Alhamdulillah. Makasih, Miss."
"SEKARANG AINA FAJ'RI!"
"Ck! Katanya tahun depan, gimana sih," gumam Aina seraya bangkit dari tempat duduknya. Sebelum keluar ruangan miss Anna, dia berpamitan dulu.
Wahh, masih sepi - batin Aina.
Tadi sebelum ke halaman depan sekolah, maksudnya sekitar tiang bendera, atau lebih tepatnya di lapangan. Gue minta plastik sama ibu-ibu kantin, gue bilang aja yang nyuruh miss Anna.
Ini gue mungutin daunnya satu-satu gitu? Yang bener? Gak ada sapu lidi gitu? Anjirrr emang.
Akhirnya gue ambilin itu daun pake tangan, sambil jongkok.
Ahh, kurang setengah lagi, dan apa? Gue lihat pak kebun bawa sapu lidi. Azekkkkk
"Pak... Sini!"
"Kenapa neng?"
"Ihh, nama saya Aina, bukan neng. Gini, saya dapet amanah dari Miss Anna buat bantuin bapak bersihin daun-daun di sini. Berhubung saya capek jongkok, saya pinjem sapunya ya, Pak?"
"Atuh si eneng, bilang wae lagi di hukum. Pake segala bilang di kasih amanah. Sok atuh ini sapunya."
Yee, si bapak ini bisa aja.
"Makasih ya, Pak. Nanti saya kembaliin kalo udah beres."
"Siap, neng." bapak kebun itu pergi, mungkin melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
To Be Continue!
KAMU SEDANG MEMBACA
AINA FAJ'RI ✓
Teen FictionAina Faj'ri, seorang perempuan yang gemar sekali tertidur di kelas. Karena hobinya itu dia kerap kali dihukum oleh gurunya namun, itu tak membuatnya kapok. Hingga semua dimulai saat ia bertemu dengan seorang guru saat hendak membeli barang. Dari sit...
