Berteman dengan banyak orang ternyata seru, pokoknya kalian harus coba!
Aina Faj'ri
"Na! Tendang ke sini!"
Saat ini mereka sedang memanfaatkan jam kosong untuk bermain sepak bola. Ya, hanya perempuan yang bermain, sedangkan laki-laki yang bertugas meramaikan suasana.
Aina mengoper bola ke arah Clarissa.
Clarissa dengan semangat menendang bola mendekati gawang.
Lewat isyarat mata, perempuan itu mengode Anna. Dia mengoper bola tersebut kepada Anna, dengan secepat kilat bola itu masuk ke dalam gawang.
Kipper lawan mainnya benar-benar bodoh.
"GOLLLLL!!!"
"WUHUU GOLLL!!"
"2-0 HUUUU!!!"
"CIWI-CIWI GUE EMANG PALING THE BEST!"
"COVER GITU LHO!"
Aina tersenyum, ia menuruti saran Dani untuk melupakan Ilham beserta masalahnya secara perlahan. Dia selalu menggunakan waktunya dengan baik sehingga dia tak memiliki waktu untuk sekedar memikirkan laki-laki itu.
Hari ini sekolah free, selain karena waktu penyegaran setelah UAS, sekolahan Aina juga kedatangan tamu penting dari luar hingga membuat semua guru mendadak sibuk.
"Aina keren!" puji Disya sambil memberikan minuman dan diterima Aina dengan baik.
"Makasih, minumannya juga makasih hehe..." Disya mengangguk sebagai jawaban.
"Wihh yang semangat banget mainnya!" goda Dani. Aina terkekeh kecil.
Aina merangkul Disya, menatap dia dan Dani secara bergantian sambil bibirnya tertarik ke atas.
Dia sangat bahagia bisa memiliki sahabat seperti mereka. Dani, Disya, Clarissa, Anna, Dahlia, dan Anggia. Mereka adalah sahabat terbaik bagi Aina, mengapa? Karena mereka ada disaat dirinya sedang bersedih.
Mereka berusaha membuat Aina kembali seperti Aina yang dulu. Yang anti galau terhadap virus cinta.
"Woh, ada apa ini?" tanya Clarissa dengan suara yang sedikit cempreng.
"Teletubbies oi! Berpelukan!!" Anna berlari mendekati Aina, tangannya terentang hendak memeluk Aina juga.
Tak hanya Anna, Dahlia, Anggia, dan Clarissa pun ikut bergabung, saling berpelukan erat.
Hanya Dani yang tidak bergabung.
"BERPELUKAN!!"
"HAHAHA!!" sekarang mereka tengah membangun sebuah kebahagiaan kecil mereka sendiri. Satu hal yang mereka junjung, jika sahabat kita bersedih, berarti sekaranglah tugasmu dimulai.
Tugas mereka yaitu membuat seseorang tersebut menjadi bahagia, entah sereceh apapun tetap harus mereka lakukan untuk mendapatkan poin, sebuah senyuman kecil dari orang yang bersedih.
"Kalian emang yang terbaik!" bisik Aina, mereka mendengar dan tersenyum.
Clarissa melepaskan pelukannya terlebih dahulu. "Na, sejak awal gue tau kalo lo bakal bawa perubahan pesat buat gue, Dahlia, Anna, dan Anggia. Gue seneng banget karena sekarang udah gak pernah iri lagi sama orang lain, malah gue bisa ikut bahagia kalo mereka bahagia. Makasih banyak ya Na, udah bawa kita berempat ke detik ini. Cover emang bukan geng, itu cuma semacam sindiran buat kita, depannya bagus belakangnya bobrok. Cover juga terbuka buat siapa aja yang mau gabung, buat berteman, buat ngilangin stres dengan cara kumpul bareng. POKOKNYA AINA TER-THE BEST!!!"
"AINA DAEBAK!!"
"AINA GAK BOLEH SEDIH-SEDIH LAGI!"
"AINA PETAKILAN YOK, AJARIN GUE!"
Dani menghampiri Aina, dia ikut senang dengan berdirinya Cover, ada gunanya juga mereka bersama.
"Na, jadi diri lo sendiri ya, jangan coba-coba buat rumah diri lo biar kayak orang lain. Tau kan kalo semua orang punya keistimewaan masing-masing? Lo juga punya keistimewaan yang unggul dari yang lain, lo bisa buat orang disekeling lo ini nyaman, bahagia, berubah jadi lebih baik. Aina itu aneh, gak boleh waras cuma gara-gara cinta. Oke?" Aina terharu, dia menitihkan air matanya ketika Dani mengucapkan bahwa dia juga memiliki keistimewaan.
Keistimewaan itu tidak ia sadari, melainkan orang lain yang merasakan.
"Makasih banyak buat kalian semua, makasih udah bantu gue buat ngembaliin senyuman gue yang sempat hilang." bibir Aina bergetar, tak kuat menahan tangisannya yang sebentar lagi akan pecah.
Tak jauh berbeda dengan mereka, bahkan kini Disya sudah berderai air mata.
"G-gue sayang kalian semua, janji ya sama gue. Kalian bakal selalu ada buat siapa aja, bukan cuma gue. Kalian- AINA SAYANG KALIAN SEMUA!!" setelah berteriak dengan sangat keras, tangis yang tadi dia bendung sekarang pecah. Mereka menangis bersama.
Tak ada sepatah kata yang mereka ucapkan, mereka kembali berpelukan sambil sesenggukan.
Ini seperti perpisahan, tapi bukan, ini adalah awal dari kebahagiaan yang harus mereka raih bersama.
Setelah acara Teletubbies selesai, Dani dinobatkan sebagai laki-laki pertama yang masuk di Cover.
Berikut adalah susunan anggota inti Cover:
Ketua: Clarissa
Wakil ketua: Aina
Ketua bendahara: Disya
Ketua grup: Dahlia, Anna, Anggia, Dani.Mereka memiliki tugasnya masing-masing sebagai anggota inti. Itu sudah menjadi tanggung jawab mereka.
"Kalo kalian gak sanggup, bilang!" ucap Clarissa tegas.
Apa artinya? Sang ketua ingin mereka mengeluarkan suaranya untuk berpendapat, ikut andil membangun Cover dengan baik. Jika mereka tak sanggup dengan tanggung jawab tersebut seorang diri, Clarissa bersama Aina akan mencari cara lain.
"GUYS!! MOHON PERHATIANNYA SEBENTAR!"
Mereka masih berada di lapangan, walaupun matahari terasa menyengat namun jika dirasakan bersama sahabat, rasa panas itu akan hilang teralihkan oleh kebahagiaan.
"Kenapa sih ganggu aja?!"
"Ada apaan emang?"
"Kalo gak penting gue bunuh pokoknya!"
"Awas aja cuma bercanda."
"OKE OKE TENANG DULU!"
Mereka akhirnya merapatkan diri bergerombol di satu sisi dengan semua ketua kelas dari kelas 10 hingga kelas 12 berada di bagian depan. Berkumpul menjadi satu dengan para ketua lainnya.
Salah satu dari mereka maju.
"GUYS! KITA PARA KETUA TADI DISURUH KUMPUL SAMA GURU, SEKOLAHAN KITA BAKAL NGADAIN ACARA PERPISAHAN UNTUK KELAS 12. SO, SETIAP KELAS HARUS MENAMPILKAN SETIDAKNYA DUA ORANG ATAU LEBIH UNTUK BERPARTISIPASI. ADA YANG MAU DITANYAIN?"
"Tampil apa aja yang boleh?"
"KALIAN BISA TAMPILIN BAKAT KALIAN, BISA NYANYI, MENARI, DANCE COVER, DAN LAINNYA."
"Kapan acaranya diadain?"
To Be Continue!
KAMU SEDANG MEMBACA
AINA FAJ'RI ✓
Teen FictionAina Faj'ri, seorang perempuan yang gemar sekali tertidur di kelas. Karena hobinya itu dia kerap kali dihukum oleh gurunya namun, itu tak membuatnya kapok. Hingga semua dimulai saat ia bertemu dengan seorang guru saat hendak membeli barang. Dari sit...