26 || Gila

79 27 3
                                    

Ada yang nembak gue dong guys! Tapi cuma ToD an:(

Aina Faj'ri

"Kenapa di sini?"

"ASTAGHFIRULLAH!" teriak Aina kaget.

"Saya tanya pelan-pelan kenapa kaget?" ucap Ilham terheran.

"Ih! Ngagetin tau! Tiba-tiba muncul di belakang saya!"

"Maaf. Kembali ke kelas! Belum ada bel istirahat, Aina!" kata Ilham menyuruh Aina kembali.

Ya, hari ini adalah hari piket nya dia untuk berkeliling mencari anak nakal. Lalu hap! Dia menemukan Aina di sini.

"Bapak piket hari ini?"

"Iya, tidak mau kembali ke kelas?"

"Yah, Pak! Ini lima menit lagi istirahat lho, kalo saya ke kelas, belum nyampe sana udah bel nanti. Jadi, percuma kalo balik."

"Tidak ada guru yang mengajar?"

"Enggak ada."

"Kenapa tidak bilang ke saya, nanti biar saya isi," kata Ilham menatap tajam Aina.

Lho, gue salah apaan?!

"Ya kan itu tugasnya ketua kelas."

Uhh! Pinter banget gue ngelesnya, azekk...

"Lain kali kalo ada jam kosong, beritahu guru yang piket hari itu, biar di kasih tugas pengganti."

"Ya mana mungkin ada yang mau bilang, enakan juga rebahan dari pada ngerjain tugas," sahut Aina sambil mengaduk esnya.

"Itu kamu atau teman kamu yang lebih suka rebahan? Saya lihat teman-teman kamu rajin-rajin semua kok."

"MANA ADA?! TEMEN SAYA BOBROK SEMUA, PAK!" seru Aina.

Yang benar saja, teman-temannya itu iya normal cuma Matthew. Selain itu gak ada! Semuanya suka jam kosong, lebih milih main game, ngerumpi, make up di kelas, dan nonton bokep bersama dari pada ngerjain tugas. Aina sangat menghapal nya!

"Bapak tau dari mana mereka semua rajin-rajin? Ngarang ya?" tanya Aina menantang.

"Terlihat saat mereka serius dalam pelajaran saya."

Ck!

"Bapak ini kayak gak pernah muda aja, Bapak kan galak, kalo pada berisik nanti di hukum. Hukumannya juga gila lagi, mending pada diem sambil nahan kantuk dari pada panas-panasan." Aina menjawabnya tanpa rasa bersalah karena sudah menjelek-jelekkan Ilham.

"Oh, ya? Emang hukuman yang saya berikan itu berlebihan? Menurut saya tidak. Itu saya berikan agar mereka jera, tidak mengulangi kesalahannya kembali."

"Coba aja ada hukuman tidur, saya bakalan buat masalah tiap hari," celetuk Aina polos.

"Nanti saya adakan."

"HAH?! Yang bener, Pak?"

"Iya."

"Kapan?"

"Kalo saya jadi kepala sekolahnya."

Hm.

Wajah Aina langsung datar, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Enggan menatap gurunya itu.

Jengkel iya, tapi gak bisa di salahin juga karena emang pertanyaannya yang ngawur.

Bel istirahat berbunyi, banyak siswa-siswi yang berhamburan keluar dari kelas menuju kantin, hendak mengisi perut yang keroncongan akibat pembelajaran yang menguras tenaga.

AINA FAJ'RI ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang