Takut di unboxing gue tuh
Aina Faj'ri
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, mari masuk Pak, Bu." Abraham mempersilahkan mereka masuk. Sedangkan Liana mengambil minuman dan beberapa cemilan yang dia buat bersama bibi.
"Perkenalkan saya Juna dan ini istri saya, Mayang. Kami adalah orang tua Ilham."
"Iya, Pak, Bu. Saya Abraham dan istri saya Liana, yang duduk di sebelah Nak Ilham itu anak semata wayang saya namanya Aina," jelas Abraham.
Orang tua Ilham menatap Aina lekat sambil tersenyum. Aina yang di tatap seperti itu hanya dapat menundukkan kepala, setelah mencoba mengkondisikan wajah, hati, dan pikiran, Aina bangkit untuk salim.
"Ham, Mama mau lho sama anaknya Pak Abraham sama Bu Liana," kata Mayang, mamanya Ilham.
Ampun tante, Aina belum siap nikah, belum siap di buka segelnya. Dia sering membaca novel yang ehem, agak dewasa. Eh! Gak dewasa-dewasa banget, cuma ada lah adegan cium-cium manja. Buka segel itu sakit, keluar darah bahkan sampe nangis.
Kan jadi ngeri sendiri.
"Iya, Ilham juga mau."
Pak! Jangan gitu lah! Katanya mau bantuin Aina ngomong, kok malah jadi ikut mojokin Aina!
"Nak Aina juga udah sreg belum sama anak Tante?"
Waduh mati gue!
Ngomongnya gimana? Tolongin Aina sahabat!
"Ma, Ilham sama Aina baru dekat, jangan di tanyain macam-macam. Lagi pula ini belum waktunya Mama tanya kayak gitu, Aina gak bisa jawab juga."
Nah guys! Itu Pak Ilham ya, yang jawab. Bukan gue! Bagus sih dia peka terus ngomong sama Tante Mayang, mamanya, tapi kenapa harus ada gue nya astaga!
Pengen nangis akutu!
"Gak papa dong, kan cuma tanya. Kalo emang udah sreg kan bisa di umpetin dulu biar gak di ambil orang," balas Mayang.
"Nah bener tuh, Mbak. Di nikahin aja sekalian," tambah Liana.
"Ih, Bunda! Aina kan masih se--"
"Tunangan aja dulu," potong Liana.
Ini bunda kenapa sih, ngebet banget pengen punya mantu. Eh, siapa juga yang gak mau punya mantu kek Pak Ilham ye kan?
Wait, tunangan? Big no!
"Enggak! Aina belum siap."
"Tapi boleh dong--" ucapan Liana belum selesai karena di potong terlebih dahulu oleh Aina, "Pak, tolongin Aina dong! Kan tadi katanya mau bantu ngomong, ih!"
"Ma, Bun, benar kata Aina. Dia masih sekolah, lagi pula saya siap untuk menunggu Aina hingga lulus sekolah--"
"Aina juga mau kuliah, kerja. Jadi masih lama banget kalo buat nikah." Ilham mencoba menjelaskan perihal keinginan Aina. Menikah itu bukan hanya di tujukan satu orang, tetapi ke duanya. Jika memang salah satu belum siap, pihak lainnya tidak boleh memaksa.
"Maafin Tante ya, sayang, Tante gak maksud buat Aina terpojok. Tante siap kok nunggu Aina buat jadi menantu Tante, tapi sekarang Aina jadi putri Mama ya? Panggilnya harus Mama sama Papa!" kata Mayang. Dia merasa bersalah telah memojokkan calon menantunya.
"Iya, gak papa kok, Ma," jawab Aina. Dia juga jadi tidak enak karena menolak rencana yang di buat Liana maupun Mayang.
"Duh, udah waktunya jam makan, mari Pak Juna, Bu Mayang, dan Nak Ilham. Kita ke ruang makan." untuk mencairkan suasana, Abraham mengajak keluarga Ilham ke ruang makan untuk makan bersama.
🦂🦂🦂
"Dan!"
"Apaan?"
"Masa semalem orang tuanya Pak Ilham ke rumah gue."
Dani langsung merubah posisi duduknya menghadap Aina.
"Gimana-gimana? Lo tadi bilang kalo semalem orang tua Pak Ilham ke rumah lo?" tanyanya.
Aina mengangguk.
"Kok bisa, Na? Lo udah lamaran?!"
"Dani bloon gue kan masih sekolah! Ya kali udah lamaran! Lagian mereka cuma mau silaturahmi kok, walaupun ada bikin rencana buat nikahin gue sama Pak Ilham cepet-cepet. Tapi gue tolak karena masih mau sekolah," jelas Aina sambil memainkan hpnya.
"Nikah diem-diem kan seru, Na. Bisa ngerasain ena-ena juga sama suami, nanti video in terus kasih ke gue."
Dengan ekspresi datar, Aina menatap Dani. Di pikirnya bisa gitu nyembunyiin fakta segede itu? Dan lagi, ena-ena? Astaghfirullah... Minta di santet nih orang.
Apa cuma ena-ena yang di pikirin Dani setelah nikah?
"Dah lah, males gue ngomong sama lo! Mau ke kantin aja, bye!"
"Na! Belum istirahat!" teriak Dani memberitahu Aina. Memang benar belum ada bel istirahat, tapi waktunya kurang 10 menit. Aina mah bodo amat!
Sepanjang perjalanan ke kantin, sepi.
Iya, lah! Orang masih jam pembelajaran, otomatis seluruh siswa ada di dalam kelas.
"Kok gak ada satupun orang sih, anjir! Kan serem jalan sendirian." setelah itu Aina lari.
Setelah berada di kantin, Aina segera memesan minuman dingin karena dia sangat haus sejak masih di kelas, di tambah lagi untuk lari tadi. Lengkap sudah.
"Kok udah istirahat? Kan masih kurang beberapa menit," tanya mbak kantin.
"Aina haus, Mbak. Makanya ke sini, lagian tadi di kelas kosong, gak ada guru."
"Awas lho nanti ada guru piket, bisa kena hukum!" kata mbaknya setelah itu kembali ke dalam.
"Hoh?" gumam Aina.
Aina asik menyeruput es nya hingga tersisa seperempat gelas. Dia menenggaknya hingga tandas, lalu kembali memesan es yang sama.
Soal es, dia juaranya minum es. Pop ice, es sirup, es susu, pokoknya yang berkaitan dengan es, Aina suka! Bahkan bila minumannya habis dan es batunya masih, Aina tidak akan membuangnya. Dia akan memakannya hingga mengeluarkan suara gemeletuk di dalam mulut.
To Be Continue!
KAMU SEDANG MEMBACA
AINA FAJ'RI ✓
Teen FictionAina Faj'ri, seorang perempuan yang gemar sekali tertidur di kelas. Karena hobinya itu dia kerap kali dihukum oleh gurunya namun, itu tak membuatnya kapok. Hingga semua dimulai saat ia bertemu dengan seorang guru saat hendak membeli barang. Dari sit...