29 || Jalan-jalan Berempat

76 26 9
                                    

Om dan Kakak!

Aina Faj'ri

"Ayo keluar."

"Kemana?"

"Jalan-jalan, biar kayak orang-orang."

"Dih, males ah. Aina mau tidur sambil nonton," jawabnya.

"Gak mau jalan-jalan sama Mas?"

"Lain kali deh."

"Terus Mas ngapain?" Ilham tidak tau harus berbuat apa sekarang. Mau pulang malas, tetap di rumah Aina tapi bingung mau ngapain.

"Sini ikut nonton! Katanya dulu kalo Aina nonton harus ngajak Mas."

"Ah, kamu masih ingat?" tanya Ilham.

"Masih dong. Sini baringan! Seru banget nih, pengen mewek."

Ilham pasrah, dia akhirnya ikut berbaring di samping Aina dengan posisi badan tengkurap memperhatikan layar laptop di depan mereka.

"Itu sampai mana?"

"Diem deh Mas!"

"Saya gak paham ceritanya, ulangi dari awal coba."

"Dih, masa saya harus nonton dari awal lagi?!"

"Saya gak paham ceritanya kalau enggak dari awal."

"Salah sendiri banyak ngomong tadi," gumam Aina pelan, sangat pelan. Tidak dapat di dengar laki-laki di sampingnya.

"Ulangi, Ai!"

Aina akhirnya menuruti perintah sang bapak guru tercinta. Dari pada gak fokus nonton, mending dia menuruti saja apa yang dikatakan Ilham.

"Itu mereka ngomongin apa?" tidak di jawab Aina, perempuan itu lebih fokus ke layar laptop.

"Saya gak paham, Ai."

"Berisik deh, Pak!"

"Kok nangis?"

Aina mempouse dramanya. Dia menatap Ilham malas.

"Bapak bisa diem gak?! Saya gak fokus nontonnya!"

"Gak usah nangis."

"Ya kan saya ke bawa suasana jadi pengen nangis, terharu."

"Lebay. Ayo keluar aja, nyari makan," ajak Ilham menarik lengan Aina.

"TUNGGU DULU!"

"Apa?"

"Saya mau ganti baju dulu!"

"Cepat!"

"Ya udah sana keluar dulu! Mau lihat saya ganti baju, eh?" ujar Aina.

Ilham baru tersadar, dia keluar dari kamar Aina ke ruang tamu.

"Kok keluar?"

"Aina ingin ganti baju, Yah."

"Mau jalan-jalan?" tanya Abraham di angguki Ilham.

"Boleh Ayah ikut?" Ilham mengernyitkan dahinya, bukan karena tidak suka. Tapi untuk apa ayah Aina ikut? Apa tidak takut menjadi nyamuk nanti?

"Ah, silahkan, Yah."

"Tenang, Nak, Ayah ajak Bunda juga. Biar gak jadi nyamuknya kamu sama Aina. Gini-gini Ayah pernah muda lho, jadi ngerti lah," guyon Abraham tertawa kecil.

Abraham pamit ke kamar, hendak memberi tahu Liana agar segera bersiap-siap.

Di mana Aina? Kenapa lama sekali.

AINA FAJ'RI ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang