Gak seru ah kalo gak ada adegan jambak-jambakan!
Dani Hamid
"Woah, ada cewek centil nih." seseorang mencegat langkah Aina.
Pagi ini Aina berangkat lebih awal, entah setan apa yang merasukinya. Abraham tadi sekalian mengantarkannya karena ada acara.
Ya Allah, pagi-pagi udah dapet musibah aja gue - batinnya.
"Lo- ngomong sama siapa?" tanya Aina menatap malas perempuan yang ada di hadapannya saat ini.
Jika di pikir-pikir, dia tidak pernah membuat onar dengan perempuan ini, tapi kenapa malah di labrak.
"Sialan! Gue ngomong sama lo! Jadi cewek tuh bisa gak sih gak usah centil?! Lo pikir muka lo cantik? Gak sama sekali! Lebih cantikkan siapa guys?"
"CLARISSA LAH KEMANA-MANA!!" teriak dayang-dayang Clarissa.
"Oh, nama lo Clarissa?"
"Yes! Clarissa double S!" jawab Clarissa.
"Gue udah kasih peringatan ke lo supaya jauhin Pak Ilham, tapi apa? Lo masih deket sama Pak Ilham!" lanjutnya.
"Emang lo siapanya? Adek? Pacar? Calon istri? Istri? Pak Ilham pernah deklarasiin kalo lo milik dia?" ucapan Aina membuat Clarissa bungkam.
Benar, dia memang buka siapa-siapa. Tapi pak Ilham adalah gebetannya! Sudah sejak lama dia menyukai guru tampan itu, dia juga sering melabrak perempuan lain yang terang-terangan menyukai pak Ilham.
"Gue emang bukan siapa-siapanya--"
Perkataan Clarissa di potong oleh Aina, "Nah, kalo bukan siapa-siapanya, terus kenapa lo jadi sewot? Orang bukan gue yang deketin tuh guru!"
Clarisa memicingkan matanya lalu berkata, "Halah! Terus maksud lo, Pak Ilham gitu yang suka sama lo? Yang ngejar-ngejar lo? Alasan yang sangat-sangat klasik! Pokoknya gue peringatin sekali lagi jangan dekat-dekat Pak Ilham, atau lo bakal tau akibatnya."
"Apa akibatnya?" tanya Aina dengan wajah sepolos mungkin.
"Apa ya, Bil?" bukannya menjawab, Clarissa malah bertanya kepada salah satu dayangnya yang bernama Bila.
"Lah, gue mana tau, Cla."
"Sialan! Pokoknya jangan pernah deketin Pak Ilham lagi! Bye!" setelah itu mereka bertiga pergi.
Aina menaikkan salah satu alisnya, merasa aneh dengan kelakuan sang pelabrak. Ada ya orang kek gitu?
Aina bersikap bodo amat, berjalan menuju kelasnya.
Ada-ada saja - pikirnya.
"Matthew, lo sayang temen gak?" tanya Aina setelah sampai di kelas.
Dia menghampiri Matthew si anak terpandai di kelas untuk meminta contekan matematika.
"Apa?"
"Bagi contekan dong, nanti gue traktir makan di kantin, serius. Eh, plus minumannya juga." perkataan Aina sukses membuat Matthew mengernyitkan dahi.
"Lo bisa kerjain sendiri, masih ada waktu."
"Otak gue gak sebagus otak lo, gak tau aja waktu pembagian otak, gue ketiduran makanya kebagian dikit."
"Alasan!"
"Ayolah! Janji gue traktir!"
Kemudian terlihat membuka tasnya, mengambil buku tulis bersampul kertas warna coklat.
Oh, gini ya kalo anak rajin. Semua buku di sampulin, udah di kasih kertas coklat masih di kasih sampul plastik, mantavv - batinnya.
"Sebelum bel, bukunya harus udah di balikin!" katanya.
"Kayak gini?" Aina membalikkan buku Matthew. Bukan memberikan tapi membalikkan! Kalian pahamkan?
Wajah datar Matthew tercetak jelas, membuat Aina menyengir lalu kembali ke bangkunya untuk mencatat kembali jawaban Matthew di buku tugasnya.
Hanya butuh beberapa menit saja Aina sudah dapat menyalin semua jawaban milik Matthew, kemudian dia memberikan buku tersebut kepada sang empunya sambil berkata terima kasih.
"Na, pinjem tugas MTK ya?!" ucap Dani membuka buku Aina.
"Anjir, tumben udah semua?" lanjutnya.
"Iya dong, Aina gitu loh!" ucap Aina menyombongkan diri, padahal sudah jelas bahwa itu bukan hasil pemikirannya sendiri.
Sekilas Aina melirik Matthew, dia di kejutkan dengan tatapan Matthew yang mengarah kepadanya.
Aina tau!
"Sorry, Matth," cengir Aina menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Dan, gue tadi nyontek punyanya Matthew hehe..."
"Udah gue duga! Gak mungkin lo bisa ngerjain ini."
"Sembarang banget!" dengus Aina kesal.
Dani menatap Matthew sambil mengangkat buku Aina, seakan tahu bahwa Dani sedang meminta persetujuan untuk mencontek jawaban miliknya, Matthew mengangguk.
🦂🦂🦂
"Dan, kemarin ada yang nembak gue tau nggak?!"
"Enggak," balas Dani.
"Kampret! Beneran kemarin ada yang nembak gue. Tapi waktu gue tebak itu cuma ToD an doi malah bilang kok tau, kan ketahuan sama gue." Aina menjelaskannya kepada Dani. Dani pun menyimak dengan baik, mengangguk-angguk mengerti.
"Terus?"
"Teruskan sebelumnya Pak Ilham sama gue, tapi istirahat jadi gue suruh pergi. Terus si cowok itu nembak gue, terus ngobrol sebentar. Terus Pak Ilham dateng lagi karena ada yang lupa di kasih tau. And lo tau apa yang terjadi setelahnya?"
"Apaan?!" tanya Dani malas. Tunggu saja nanti bila yang akan di dengarnya tidak menarik, dia akan menampol Aina.
"Pak Ilham bilang ke cowok yang nembak gue kalo jangan ganggu gue karena gue punya dia. Uluu so sweet," jawab Aina sambil menutup pipinya dengan tangan.
"Udah?"
"Bentar masih ada satu berita lagi, tadi pagi gue habis di labrak dong yeyyy!"
"HAH?! YANG BENER?"
"He em."
"Gimana? Maksudnya kok bisa?" tanya Dani yang kini penasaran.
"Tadi kan gue berangkatnya pagi banget, nah ada gengnya Clarissa cegat gue. Terus suruh jauhin Pak Ilham. Gue pancing aja kalo Pak Ilham yang deketin gue, tapi emang kenyataannya gitu sih. Kan Pak Ilham yang deketin gue, sampai ke rumah buat ketemu Ayah sama Bunda."
"Gila sih, Na. Terus ada adegan jambak-jambakan gak?" Aina menggeleng.
"AELAH! GAK SERU ANJIRR!! Dah lah bye, gue mau ngapel ke sebelah!" Dani meninggalkan Aina yang tengah kesal karena dia pikir Dani akan terkejut. Eh, ternyata--
To Be Continue!
KAMU SEDANG MEMBACA
AINA FAJ'RI ✓
Teen FictionAina Faj'ri, seorang perempuan yang gemar sekali tertidur di kelas. Karena hobinya itu dia kerap kali dihukum oleh gurunya namun, itu tak membuatnya kapok. Hingga semua dimulai saat ia bertemu dengan seorang guru saat hendak membeli barang. Dari sit...