Anak rebahan di suruh lari? Uhh tepar.
Aina Faj'ri
"Pak tolong bukan gerbangnya dong, saya kan cuma telat tiga menit," bujuk Aina.
"Gak bisa Dik, namanya telat ya telat. Masuknya nanti ya nunggu Bu Rita."
Bu Rita adalah guru BK yang sedang bertugas menghukum siswa-siswi yang terlambat hari ini. Beliau bukan guru yang killer, tapi cenderung tegas.
"Yah, Pak."
Akhirnya Aina menyerah, dia mencari tempat duduk untuk menunggu Bu Rita datang.
5 menit kemudian,
"Ayo yang telat silahkan masuk dan baris yang rapi!"
Memang yang telat bukan hanya Aina saja, tapi hanya Aina lah yang protes.
Semuanya berbaris dengan rapi, tanpa suara.
"Tidak ada suara ya! Ibu gak mau hukum kalian yang berat-berat, kalian lari lapangan enam kali. Setelah itu kembali ke kelas!"
"Kok enam, Bu? Lima aja ya, Bu," tawar anak lain.
"Ya sudah lima kali. Ayo laksanakan!"
"Terima kasih, Bu."
Semuanya lari tanpa terkecuali. Aina baru mendapatkan 2 putaran sudah ngos-ngosan, beginilah kalo anak rebahan di suruh lari.
"Anjir gue gak kuat, mana kurang tiga putaran lagi. Sesek sesek nih paru-paru." Aina bermonolog, kemudian melanjutkan larinya. Tidak sekencang tadi, hanya lari kecil saja yang penting lima putaran.
Oke, kurang sekali lagi, Na. Cemungutt! - batin Aina memberi semangat.
Setelah menyelesaikan hukumannya, Aina berjalan ke kelasnya yang ia yakini sedang dalam KMB.
Kalo gue masuk, nanti bakalan di hukum lagi. Tapi kalo gak masuk nanti di kira bolos, nanti di aduin sama ayah bunda lagi. Kan gawat - batinnya.
"Masuk aja kali ya, oke lah! Ketok pintu, salam, terus jelasin aja. Fighting Aina Faj'ri!" gumam Aina semangat.
Tok tok tok
"Assalamualaikum, Pak. Maaf saya telat masuk, tadi saya kesiangan terus dapet hukuman dari Bu Rita jadi tambah kesiangan masuk kelasnya," ucap Aina secepat mungkin.
"Waalaikumsalam. Telat berapa menit sebelum masuk gerbang?"
"Tiga menit, Pak."
"Di tambah sama lama hukuman Bu Rita?" tanya Ilham.
Kenapa sih gue gak langsung di suruh duduk aja, pegel tau!
Karena gue gak tau berapa lama gue di hukum, jadi gue cuma bisa geleng kepala aja. Kan gue emang beneran gak tau.
"Berapa kali kamu membuat kesalahan di jam pelajaran saya?"
"Du- dua kali, Pak."
"Yakin?"
Aina mengangguk.
"Duduk dan dengarkan penjelasan saya!"
"I-iya, Pak. Terima kasih." anjir gue kenapa jadi gugup ngomong sama doi? Padahal semalem aja gue berani nolak dia. Ya walaupun-- ya pokoknya gitu deh.
Gue duduk di samping Dani, dia keliatan banget nahan ketawa. Gue tatap datar aja, males juga ngeladeninnya.
🦂🦂🦂
"Kenapa bisa telat, Na?" tanya Dani.
"Kesiangan."
"Btw, thanks ya Aina Faj'ri buat semalem."
"Yoi, Dan. Jagain juga si Disya!"
"Siap, Queen!"
"Dih."
"Ngantin gak?"
"Kuy!"
"Tau gak, Na. Kemarin gue kesepian banget tau, gue kaget kenapa tiba-tiba lo marah sama gue. Waktu gue ngajak lo ke kantin juga lo nolak, malah pergi sama Aldo yang notabenya gak pernah deket sama lo. Sakit hati gue, Na lo lebih milih dia dari pada gue."
"Lo cerewet banget sih, Dan! Kayak cewek tau nggak. Lagian itu cuma bagian dari rencana, ya kali gue marah sama ngejauh cuma gara-gara cemburu. Euhh!"
Sumpah si Dani abis di prank kemarin jadi tambah cerewet, ishh. Ngomong juga gak pake jeda. Nyerocos ae.
"Mau pesen apa, Na? Gue yang traktir hari ini," kata Dani.
"Makan-makan nih. Azekkk... Gue mau es jeruk, somay, sama mie ayam. Lo yang bayar ya, sip."
"Oke, gue pesen dulu." sebelum Dani pergi buat ke stand, gue nanya sama dia kok Disya gak di ajak ngantin bareng.
Kata dia bentar lagi juga dateng, dan bener kira-kira 2 menit kemudian Disya dateng tapi cuma sendiri.
"Kok sendiri, Dis? Temen lo mana?"
"Dia lagi nyalin tugas di kelas jadi gak bisa ikut."
"Dani ganteng datang."
"Yey makan!" teriak gue.
"Kalo makan aja lo cepet. Nih buat lo, ini buat kamu Dis."
"Aku kamu azekkk..."
"Iyalah, jomblo iri bilang bos!"
"Mana ada bos iri sama babu," jawab gue. Gedeg gue kalo ada yang bilang iri bilang bos.
"Tai lo, Na!"
Selama makan sih gak ada masalah, tapi yang bikin gedeg tuh si Dani sama Disya mesra-mesraan mulu. Kan gue jadi pengen, tapi ya gitu.
"Mukanya biasa aja atuh neng," kata Dani, mungkin dia lihat ekspresi yang gue tampilin.
"Ck! Tau di sini ada gue kenapa malah mesra-mesraan?! Mau pamer?" balas gue.
"Halah! Gak usah ngiri, noh di belakang lo ada Pak Ilham. Minta mesra-mesraan sama calon lo gih dari pada ganggu gue!"
"Mana ad--" bener. Ada Pak Ilham di belakang gue, gue kirain tadi si Dani cuma ngibul ternyata asli.
"Udah makannya?" tanya dia. Gue ngangguk aja.
"Ikut aku yuk!"
"Kemana? Ngapain?"
"Ke ruangan ku, temenin aku makan."
"Kan bisa makan sendiri!"
"Gak enak gak ada temennya, Ai."
"Oh, aku cuma temen?!"
"Gak, gak gitu, Ai."
"Ayo!" pfttt... Sebenernya gue gak marah atau ngambek, gue cuma iseng aja jahilin nih guru satu. Asli mukanya lucu waktu gue bilang cuma temen.
"Ai, jangan marah, aku gak maksud ngomong gitu."
"Hmm."
Di ruangan nya,
Gue masih pura-pura marah. Dia duduk di kursi yang biasa dia duduki, sedangkan gue ada di kursi seberangnya.Dia ngebuka laci, entah mau ambil apa. Dan sedetik kemudian ada dua batang coklat di tangannya.
Uwahhh
"Jangan marah lagi ya?" bujuknya sambil nyodorin coklat itu ke gue.
Gue LULUH DONG! SIAPA GITU YANG NOLAK COKLAT, DUA BATANG LAGI!!
"Aku nggak marah," sahutku lalu menyerobot coklatnya.
To Be Continue!
KAMU SEDANG MEMBACA
AINA FAJ'RI ✓
Teen FictionAina Faj'ri, seorang perempuan yang gemar sekali tertidur di kelas. Karena hobinya itu dia kerap kali dihukum oleh gurunya namun, itu tak membuatnya kapok. Hingga semua dimulai saat ia bertemu dengan seorang guru saat hendak membeli barang. Dari sit...