BAB 6: SIHIR TERLARANG

248 112 85
                                    

Aku ingin memulai dengan kalimat mentari bersinar cerah di atas Kerajaan Amethyst lagi, tapi tampaknya kalian sudah bosan dengan adegan di pagi hari. Betulkah begitu?

Mungkin kalian lebih suka adegan di malam hari seperti ketika Peter mengobrol dengan Charlotte atau ketika Arthur berjalan-jalan bersama Charlotte di malam hari. Padahal sebetulnya, justru lebih banyak kejadian yang terjadi di pagi hari.

Seperti biasa, Charlotte terbangun dari tidurnya. Namun, kali ini tidak dengan kerusuhan yang ditimbulkan oleh ketiga adik kembarnya. Faktanya, Cassie, Christine, dan Celine sedang belajar Matematika dengan giat.

Charlotte yang telah bangun pun kemudian merapikan tempat tidurnya sendiri. Betapa mandirinya Putri Mahkota Kerajaan Amethyst ini.

Setelah mandi dan bersiap-siap dengan sihir penyamaran, ia mengajak Peter untuk sekali lagi pergi ke Perpustakaan Zona Bebas dan Netral untuk bersurat-suratan dengan orang asing itu.

"Pete, apa kamu nggak bosan ketika nungguin aku dua jam di depan perpustakaan itu?" tanya Charlotte ketika mereka sedang terbang untuk menuju Perpustakaan Zona Bebas dan Netral.

Peter yang mendengar pertanyaan itu tiba-tiba terdiam karena tersipu.

"Eh, Pete, kok diem?" Charlotte yang merasakan keheningan di antara mereka menegur Peter.

"Ekhem." Peter berdeham. "Anu--aku nggak sendiri sih...."

Mata Charlotte sedikit membelalak dan ia mencondongkan tubuhnya ke depan, menyebabkan sapu terbangnya sedikit tidak seimbang.

"Heh, Charlotte, jangan gitu ah," tegur Peter. "Nanti kita jatuh lagi."

"Nggak usah mengalihkan pembicaraan, Pete. Mending kamu cerita siapa yang temenin kamu selama aku di atas," desak Charlotte dengan senyum usil.

"Eh--ehm, anu, aku..., ada seorang gadis yang entah kenapa dia selalu ke sana dan ngajak aku ngobrol biar nggak bosan." Peter tergagap untuk memulai ceritanya.

"Oh!" seru Charlotte. "Jangan-jangan gadis yang waktu itu aku lihat?!"

Peter terdiam sebentar dan menyahut dengan suara pelan. "Iya.... Itu pertemuan pertama kami. Setelah kami mengobrol lebih lanjut, ternyata ia seru sekali."

Charlotte tertawa kencang. "Baguslah, Pete! Aku khawatir kamu akan kebosanan setengah mati karena nungguin aku."

"Nggak kok...," jawab Peter dengan pelan yang menandakan bahwa ia sangat malu dan tersipu saat ini.

Tak terasa mereka sudah sampai di Perpustakaan Zona Bebas dan Netral. Peter memarkirkan dirinya di tempat biasa dan Charlotte kembali naik ke atas. Ia langsung buru-buru mencari buku bersampul biru keemasan yang menjadi medianya untuk surat-suratan bersama orang asing tersebut.

Benar saja, ia menemukan surat yang terselip di halaman belakang buku itu, yang bertuliskan:

Salam untukmu, Putri Amethyst. Senang berkenalan denganmu.

Jantung Charlotte hampir copot membaca kalimat pertama dari surat itu. Bagaimana ia tahu bahwa dirinya adalah 'Putri Amethyst'?! Atau mungkin ia hanya menyebut iseng saja seperti yang kerap kali dilakukan oleh seorang pujangga? Pikiran Charlotte diselimuti kebingungan. Namun, ia tetap melanjutkan membaca.

Tebakanmu salah, Putri. Aku juga menulis ini saat Raja Siang sedang bertakhta, tapi tampaknya lebih pagi darimu.
Aku penasaran... apakah kita pernah atau akan bertemu langsung ya?

Salam,
Pangeran.

Pangeran! Tidak salah lagi! batin Charlotte kalang kabut. Ia semakin yakin bahwa penulis surat itu adalah Pangeran Arthur yang ia temui tadi malam. Yang harus ia lakukan sekarang adalah menulis surat balasan dan mendesaknya untuk mengakui identitasnya.

Crystallium ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang