"Menurut Papa, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Charlotte bertanya pada Raja Claude mengenai sihir terlarang.
Raja Claude mengusap rambut pirangnya. "Kita tunggu saja."
"Tunggu?" Charlotte tidak percaya mendengar ucapan ayahnya.
Menurut Charlotte, apabila benar bahwa sihir terlarang itu sudah terbebas, bukankah lebih baik untuk melakukan tindak pencegahan seperti mencari tanaman wicalyptus?
"Betul. Kita tunggu saja." Raja Claude menegaskan pernyataannya. Ia lalu berjalan turun dari singgasananya dan menghampiri Charlotte.
"Sejak Kakekmu menggunakan sihir terlarang itu dan kami berhasil menyegelnya kembali dengan segenap kekuatan Papa dan Mamamu, belum pernah ada yang berhasil membebaskan sihir terlarang itu." Raja Claude mengusap pundak Charlotte.
"Kami menyimpan 'resep' untuk membebaskan sihir terlarang itu di dalam sini," Raja Claude menunjuk pelipisnya dan pelipis Charlotte, menandakan bahwa hanya mereka yang mengetahui bagaimana cara untuk membebaskan sihir terlarang itu.
"Bukankah--" potong Charlotte tergesa-gesa yang langsung disambut dengan penjelasan lanjutan dari Raja Claude.
"Betul, Nak. Resep tertulis dari bagaimana sihir terlarang itu dapat dibebaskan juga ada di Kerajaan Emerald dan Kerajaan Amber. Terkubur jauh di bawah tanah mereka tanpa ada yang tahu bagaimana cara mencarinya." Raja Claude kembali duduk di singgasananya.
Raja Claude melanjutkan penjelasannya, "maka dari itu, menurut Papa, alangkah bijaknya bagi kita untuk menunggu. Siapa tahu sesak di dada yang kamu dan Papa rasakan itu hanya karena seseorang tidak sengaja berdiri di atas tempat dikuburnya resep tertulis itu."
Charlotte mengangguk tanda mengerti. "Baiklah, Pa. Namun, jika kita merasakan rasa sesak ini lagi, aku akan langsung berangkat mencari tanaman wicalyptus."
"Baiklah. Papa tidak akan menghalangimu."
Setelah perbincangan yang serius dan melelahkan itu, Charlotte pamit untuk pergi ke kamarnya dan berbincang dengan Peter.
"Hei, Pete." Charlotte membuka percakapan sembari menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.
Peter yang sedang berada di pojok ruangan pun terbang ke samping ranjang Charlotte.
"Ternyata Papa juga merasakan bahwa sihir terlarang itu dibebaskan. Namun, sampai saat ini hal itu hanya berupa spekulasi belaka." Charlotte memejamkan matanya dan menghela napas berat.
Peter, sebagai sebuah sapu yang dapat berubah menjadi manusia, sudah bersama Charlotte selama sembilan belas tahun lamanya. Tentu saja Peter tahu segala aspek mengenai kehidupan Charlotte. Mulai dari bangun tidur sampai tertidur lagi. Hampir tidak ada rahasia di antara mereka.
"Celaka." Peter terdengar serius. "Apakah kamu ingin segera mencari tanaman wicalyptus itu?"
Charlotte menggeleng. "Tidak, tidak. Kata Papa, belum saatnya. Mari kita tunggu sebentar lagi, apakah nanti aku masih merasakan sesak di dada itu atau tidak."
Peter setuju mendengar pemikiran Charlotte. "Betul juga. Katanya, apabila kamu sudah merasakan sesak di dada itu sampai tiga kali jumlahnya, tandanya sihir terlarang itu sudah benar-benar terlepas."
"Yup." Charlotte terduduk di atas kasurnya.
"Namun, aku tidak akan menunggu sampai tiga kali. Jika aku merasakan rasa sesak itu untuk kali kedua, aku akan langsung mencari tanaman wicalyptus. Dan kamu akan berangkat bersamaku, Pete."
"Aye, aye. Dengan senang hati, Charlotte."
Begitulah kehidupan Peter dan Charlotte yang sudah bersama-sama sejak lahir. Mereka pasti akan melakukan petualangan mencari tanaman wicalyptus itu bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystallium ✔
FantasyCharlotte "Madelyn" Langston, Putri Mahkota Kerajaan Amethyst dengan jiwa petualang. Ia ingin naik naga dan kerap kali keluar istana dengan sihir penyamaran--menyamarkan warna mata dan rambutnya. Petualangannya dimulai ketika ia menemukan...