BAB 12: KERAGUAN

166 96 97
                                    

Mata Charlotte membulat sempurna. Bagaimana Arthur tahu bahwa aku adalah Luna?! batin Charlotte berkecamuk.

"A--aku." Charlotte tergagap. Ia benar-benar kebingungan sekaligus terkejut luar biasa.

"Begini, Charlotte. Mungkin aku telah melakukan sebuah kesalahan besar dengan berbohong padamu," kata Arthur yang lalu menghela napas berat.

"Aku tahu apa kebohonganmu. Kamu pemilik sihir tingkat empat kan?" tanya Charlotte setelah ia menenangkan dirinya sendiri.

Arthur mengangguk ragu. "Maaf kalau waktu itu aku berbohong tentang tingkat sihir yang kumiliki. Aku hanya tidak ingin kamu merasa terintimidasi atau semacamnya."

Charlotte mengernyitkan alisnya. "Aku tidak akan merasa terintimidasi. Konyol sekali."

"Maaf, maaf. Aku yang seenaknya menyimpulkan sendiri." Arthur merasa bersalah.

"Berarti, sejak pertemuan pertama kita di perpustakaan, kamu sudah tahu bahwa aku adalah Luna?" tanya Charlotte memastikan.

Arthur mengangguk pelan. "Aku sudah tahu. Makanya raut wajahku sedikit terkejut. Namun, kupikir pasti ada alasannya jika kamu pergi ke tempat umum dengan menggunakan sihir penyamaran."

"Betul. Aku tidak ingin ada yang mengenaliku. Terima kasih atas pengertiannya, Arthur." Charlotte mengelap ujung bibirnya dengan serbet.

"Nah, ayo kita berbincang di taman?" ajak Charlotte sambil berdiri. "Aku butuh udara segar."

Arthur dan Peter ikut berdiri serempak. Mereka bertiga lalu berjalan menuju pintu utama.

"Kurasa lebih baik aku berjalan tiga langkah di belakang kalian. Aku tidak ingin mengganggu privasi kalian." Peter mengambil tiga langkah ke belakang.

Charlotte mengangguk sambil menatap Peter. Sebetulnya, itu adalah bagian dari rencana. Charlotte ingin Peter tetap dapat mendengar apa yang akan dikatakan oleh Arthur agar ia juga bisa menilai apakah Pangeran Ruby tersebut mengatakan kebenaran atau kebohongan.

"Ayo, Arthur. Aku sangat penasaran dengan banyak hal." Charlotte berjalan di samping Arthur.

Arthur tersenyum dan merenggangkan tubuhnya. "Silakan, Putri. Tanyakan saja."

"Sudah kubilang jangan panggil aku Putri." Charlotte tertawa sambil menepuk pundak Arthur.

"Baiklah, Baiklah." Arthur juga tertawa. "Apa yang ingin kamu tanyakan, Charlotte?"

Charlotte terdiam sebentar. Sejujurnya, banyak sekali pertanyaan yang berseliweran di dalam otaknya, sampai-sampai ia bingung ingin menanyakan yang mana.

"Oke, pertanyaan pertama." Charlotte memulai percakapan.

Arthur menyimak dengan seksama.

"Kamu kan pemilik sihir tingkat empat yang dapat melihat identitas asli orang lain. Aku ingin bertanya, apakah benar Chandra adalah Chandra? Maksudku--apakah ia juga menyamar sepertiku?" tanya Charlotte. Itu adalah pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan.

Arthur menelan ludahnya. Ia berpikir keras apakah ia harus membocorkan identitas sahabatnya atau tetap menutupinya.

"Iya, dia hanya orang biasa." Akhirnya Arthur terpaksa berbohong untuk melindungi identitas sahabatnya itu.

Charlotte berhenti berjalan dan menatap Arthur sejenak. "Baiklah. Pertanyaan kedua."

"Mengapa kamu memujiku secara berlebihan sore itu? Kamu bilang kamu bertemu dengan Putri Mahkota Kerajaan Amethyst, dan bla bla bla. Untuk apa kamu melakukan itu? Padahal kamu sudah tahu bahwa aku adalah Charlotte," tanya Charlotte bertubi-tubi. Ia dapat merasakan ada hal yang tidak beres.

Crystallium ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang