BAB 31: KEKACAUAN

117 51 63
                                    

Raja Robert menahan emosi mendengar perkataan Elizabeth. Namun, dengan sihir terlarang yang mengalir dalam tubuh Elizabeth, Raja Robert tahu bahwa sangat tidak mungkin untuk melawan anaknya saat ini. Lebih baik ia menurut saja. 

Toh, benar juga kata Elizabeth: setidaknya yang membebaskan sihir terlarang itu masih anggota keluarga Kerajaan Sapphire.

"Baiklah. Ayo kita berangkat menuju Kerajaan Amethyst," kata Raja Robert pada akhirnya.

Elizabeth tidak langsung menjawab perkataan ayahnya. Ia malah menutup matanya dan menangkupkan kedua tangannya. Mulutnya komat-kamit seperti sedang merapalkan sesuatu. 

Sepersekian detik kemudian, tanah terasa bergetar dan angin kencang bertiup. Petir menggelegar dengan gagah, menciptakan kilatan yang menyilaukan mata.

"Mereka sudah bangkit," kata Elizabeth datar.

"Me--mereka siapa?" tanya Raja Robert takut-takut.

"Para prajurit tangguh Benua Crystallium yang telah meninggal selama lima puluh tahun terakhir. Sekitar...." Elizabeth tampak berpikir sejenak. "Ah, lima puluh ribu prajurit."

"Terima kasih karena pada Raja Charlie karena telah memicu Perang Lima Kerajaan, kita jadi punya banyak mayat prajurit," lanjut Elizabeth sambil tertawa kencang.

"Astaga, Ayah lupa bahwa sihir terlarang dapat membangkitkan para prajurit yang sudah meninggal." Raja Robert menepuk dahinya. "Kalau begitu, apakah seluruh rakyat Benua Crystallium sudah terpengaruh oleh sihir terlarang?"

"Mari kita lihat." Elizabeth menutup matanya lagi. Ia lalu merapalkan jalinan mantra aneh untuk mencari tahu apakah sihir terlarangnya telah berhasil mempengaruhi orang lain atau belum.

"Sudah. Seluruh dunia sudah tunduk pada Kerajaan Sapphire," kata Elizabeth setelah ia membuka matanya. Raja Robert tertawa bahagia.

---

Kerajaan Emerald, beberapa menit sebelumnya

"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Ayah?!" pekik Pangeran Isaac panik.

Jika kalian penasaran apakah Pangeran Isaac selamat setelah pertarungan dengan Elizabeth atau tidak, jawabannya adalah ya, dia selamat. Beruntung naga yang ia tunggangi dapat menyelamatkan dirinya dengan cepat.

"Kalau begitu, kita harus pergi ke Kerajaan Amber dan menggali resep itu. Berdoa saja bahwa Elizabeth belum mengambil resep itu," kata Raja Edith memberi saran.

"Seharusnya sih ia tidak mengambil resep itu. Ia langsung pulang begitu saja setelah merebut rambut itu dariku." Isaac tampak berpikir sejenak.

"Baiklah, ayo kita berangkat ke Amber sekarang." Raja Edith bangkit dari duduknya. "Diam-diam saja ya."

Emerald dan Amber hanya dipisahkan oleh hutan rimbun yang dapat ditembus dalam waktu dua puluh menit.

Walaupun begitu, tentu saja rakyat dari kedua negara tersebut tidak boleh masuk sembarangan. Dibutuhkan surat izin untuk keluar-masuk dua negara.

Namun, untuk anggota keluarga kerajaan diberikan pengecualian. Mereka boleh keluar-masuk dengan bebas, selama tidak membawa senjata dan alat berbahaya lainnya.

Maka dari itu, Raja Edith dan Pangeran Isaac dapat dengan mudah berangkat ke wilayah Amber dan kembali lagi ke Kerajaan Emerald.

Sesampainya mereka di Kerajaan Emerald, mereka melepas lelah dan memutuskan untuk mengubur resep itu di bawah tanah mereka.

"Bersumpahlah bahwa kamu tidak akan kelepasan bicara lagi." Raja Edith menatap tegas putra tunggalnya.

"Iya, Ayah. Aku bersumpah. Maafkan aku." Isaac tertunduk, menyesali perbuatannya.

Crystallium ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang