Charlotte melangkahkan kakinya dengan gontai memasuki kamar tidur. Peter ternyata masih terduduk di atas ranjangnya, ia belum tertidur.
Ketika Charlotte tadi berdansa dengan Raymond, Peter memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri. Ingin mencari El, katanya.
"Charlotte? Apa yang terjadi? Kok wajahmu sedih sekali," sapa Peter begitu ia melihat raut wajah Charlotte.
Charlotte langsung duduk di ranjang samping Peter. "Banyak yang terjadi. Aku sangat bingung."
"Ayo ceritakan semuanya." Peter menatap Charlotte dengan penuh pengertian.
Charlotte menghela napas berat dan mulai menceritakan semuanya pada Peter yang menyimak dengan penuh seksama. Ketika Charlotte selesai menceritakan semuanya, giliran Peter yang memberikan reaksi.
"Arthur melamar kamu?!" pekik Peter yang diiringi dengan anggukkan Charlotte.
"Tapi kamu sukanya sama Raymond?!" pekik Peter lagi. Kali ini, Charlotte mengangguk dengan malu-malu.
"Tapi Raymond ternyata jahat dan mau menyatakan perang dengan Amethyst?!" Peter membelalakkan matanya.
Charlotte menghela napas panjang dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.
"Aku nggak tahu...," lirih Charlotte. "Menurutmu, apakah itu benar, Pete?"
Peter juga ikut berbaring di samping Charlotte. "Entahlah. Bisa jadi benar, mengingat sejarah Kerajaan Sapphire dan Kerajaan Amethyst yang sangat buruk...."
Charlotte membalikkan badannya dan menghadap Peter. "Sejujurnya aku takut bahwa semua yang diucapkan Arthur adalah kebenaran."
Peter menghela napas dan terdiam. Mereka berdua terdiam sejenak dan menatap langit-langit.
"Hei, Charlotte. Aku punya ide," kata Peter sambil terduduk di atas ranjang.
"Apa? Ide apa?" Charlotte yang juga merasa semangat ikut duduk di atas ranjang.
"Bagaimana kalau kamu bertemu lagi dengan Raymond untuk menanyakan kebenarannya?" Peter memberi saran.
"Ide bagus, tapi gimana caranya memberi tahu Raymond agar kita bisa bertemu lagi?" tanya Charlotte
Peter tampak berpikir sejenak. Lalu, ia menepukkan kedua tangannya. "Mudah saja. Besok, kamu tulis surat yang berisi bahwa kamu ingin bertemu dengan Raymond di taman dekat perpustakaan itu. Lalu, aku yang akan mengantarkannya."
Senyuman Charlotte mengembang sempurna. Ia lalu mengelus puncak kepala Peter. "Kamu pintar sekali, Pete."
Wajah Peter tersipu malu. Ia memang sapu yang menggemaskan. Apabila dipuji sedikit, pasti wajahnya akan memerah.
"Oh ya, waktu tadi aku berdansa dengan Raymond, apakah kamu berhasil bertemu dengan El?" tanya Charlotte setelah berhenti mengelus Peter.
Peter menggigit bibir bawahnya. Wajahnya lagi-lagi tersipu. "Iya, aku ketemu El."
"Terus, terus? Dia cantik nggak? Dia pakai gaun warna apa?" tanya Charlotte bertubi-tubi.
PST!
Kali ini wajah Peter benar-benar memerah sepenuhnya. Buru-buru ia membenamkan wajahnya di bawah bantal.
"Heeei, Pete, jangan malu begitu ah!" goda Charlotte sambil menggoyang-goyangkan tubuh Peter.
"Aku malu! Kamu jangan bertanya yang tidak-tidak dong," gerutu Peter di balik bantalnya. Wajahnya masih tersembunyi dengan baik.
"Hee? Aku tidak bertanya yang tidak-tidak kok. Aku kan hanya bertanya apakah El cantik atau tidak tadi?" Charlotte mengeluarkan pembelaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystallium ✔
FantasyCharlotte "Madelyn" Langston, Putri Mahkota Kerajaan Amethyst dengan jiwa petualang. Ia ingin naik naga dan kerap kali keluar istana dengan sihir penyamaran--menyamarkan warna mata dan rambutnya. Petualangannya dimulai ketika ia menemukan...