BAB 11: RENCANA

182 96 73
                                    

"Charlotte! Ayo cepat bangun. Hari ini adalah hari terakhirmu di Amethyst kan." Peter terbang di atas Charlotte untuk membangunkannya.

"Ngantuk ah, Pete...," keluh Charlotte yang langsung membalikkan badannya.

"Kamu mau tahu nggak siapa penulis surat itu?!"

Kalimat Peter sukses membangunkan Charlotte dari tidurnya.

"Lima menit, Pete. Aku mandi dulu." Charlotte langsung turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.

Jarum jam menunjukkan pukul sembilan ketika Charlotte selesai mandi. Ia sudah mengenakan terusan berwarna biru muda yang manis. Peter yang masih berterbangan di langit-langit kamar langsung melesat turun untuk menyambut Charlotte.

"Apa rencanamu, Pete?" tanya Charlotte sambil berjalan menuju halaman depan.

"Menurutku, sebaiknya kamu pergi ke perpustakaan itu, lalu melihat apakah penulis tersebut membalas suratnya atau tidak. Nah, setelah kamu membalas surat itu, kamu bisa bersembunyi di suatu tempat yang tidak terlihat, tapi tetap di dekat rak agar kamu bisa melihat siapa yang mengambil surat itu." Peter menjelaskan dengan rinci.

"Ayo naik. Kujelaskan sambil terbang," kata Peter yang sudah berada di halaman kerajaan.

Charlotte menaiki Peter dan mereka pun mulai bergerak menuju Perpustakaan Zona Bebas dan Netral.

"Begini, ada dua kemungkinan yang bisa terjadi." Peter melanjutkan penjelasannya. "Satu, orang yang mengambil surat itu adalah sang penulis surat."

"Yang kedua?" Charlotte mendengarkan dengan seksama.

"Yang kedua, bisa saja orang yang mengambil surat itu adalah sang pengambil surat sebelumnya." Peter menjelaskan dengan yakin. "Aku ragu suratmu yang kemarin itu jatuh. Pasti ada sabotase di baliknya."

Peter memang sapu terbang yang cerdas dan menyukai teori-teori konspirasi semacam ini. Baginya, hal seperti menebak teka-teki dan menyelesaikan puzzle selalu menyenangkan.

Setelah mereka mendarat di halaman Perpustakaan Zona Bebas dan Netral, Charlotte segera turun dari Peter dan berlari menuju pintu perpustakaan.

"Semoga beruntung, Charlotte!" seru Peter dari halaman. Charlotte hanya mengacungkan jempolnya saja. Ia sedang terburu-buru.

Sesampainya di lantai sepuluh, Charlotte menuju rak tersebut dan meraih buku bersampul biru keemasan yang sudah berulang kali diambilnya selama seminggu ini. Ia sudah tidak sabar untuk melihat apa yang akan dibalas oleh sang penulis surat tersebut.

Masih tidak membalas?

Charlotte kali ini benar-benar kebingungan. Tidak salah lagi, ia sudah menyelipkan surat tersebut dengan benar kemarin. Tidak mungkin surat itu terjatuh. Kecuali....

Charlotte langsung mengeluarkan pulpennya dan menulis surat balasan:

:)

Yup, hanya itu saja yang Charlotte tulis. Surat itu dimaksudkan untuk menjadi pancingan bagi siapapun yang akan mengambilnya. Charlotte sudah bertekad untuk menunggu di perpustakaan sampai ada orang yang meraih buku itu dan mengambil secarik kertas tersebut.

Menit demi menit berlalu, satu jam pun berlalu tanpa terasa. Charlotte masih duduk dengan setia sambil membaca sembarang buku yang ia pilih. Ia sengaja duduk cukup jauh dari rak tersebut, tetapi masih tetap dalam jangkauan pandangnya.

Setelah ia menunggu beberapa menit lagi, seorang pria berambut merah datang mendekati rak itu dan meraih buku bersampul biru keemasan tersebut.

Ia lalu segera membalik halaman belakangnya dan menemukan secarik kertas. Raut wajahnya tampak kebingungan, tapi ia tetap mengantongi kertas tersebut dan berjalan pergi setelah menaruh kembali buku tersebut di rak.

Crystallium ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang