Malam hari pun tiba dan Charlotte tidak bisa tidur. Ia kerap membolak-balikkan badannya karena gelisah. Tampaknya, banyak sekali yang berada di pikirannya saat ini.
Mulai dari memikirkan jawaban atas pertanyaan Peter, masalah terbebasnya sihir terlarang, kemungkinan beraliansi dengan Kerajaan Ruby, hingga siapakah penulis dari surat iseng itu.
Peter yang tidak tahan dengan kegelisahan Charlotte bertanya dari ranjang sebelah, "Charlotte, kamu masih mikirin jawaban atas pertanyaanku tadi ya?"
"Kamu sih, nanyanya bikin kepikiran kan." Charlotte sekarang membalikkan badannya dan menghadap Peter. "Tapi nggak hanya itu kok. Aku juga gelisah karena sihir terlarang."
Peter tersenyum penuh pengertian. Matanya tampak menahan kantuk, tetapi ia berusaha tetap terjaga untuk menghibur Charlotte. "Hei, hei. Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Lebih baik sekarang kamu tidur."
"Besok kita ke perpustakaan lagi dan melihat balasan dari penulis surat itu. Lalu, dalam dua hari kita akan berangkat mencari tanaman wicalyptus yang bisa menjadi penawar bagi sihir terlarang itu," lanjut Peter.
Charlotte menghela napas berat. "Betul juga sih. Aku hanya merasa... bahwa semua ini terlalu berat dan tiba-tiba. Aku bahkan baru berusia sembilan belas tahun!"
"Aku juga baru sembilan belas. Malah aku sebenarnya adalah sapu kan?! Tenang saja, Charlotte. Kita akan menanggung beban ini bersama-sama." Peter berusaha meneguhkan hati Charlotte.
Rupanya kalimat Peter berhasil menenangkan hati Charlotte. Dalam sekejap, ia pun jatuh tertidur.
---
Malam berganti menjadi pagi dan suara burung-burung kecil yang berkicau membangunkan Charlotte dari tidur lelapnya. Ia merenggangkan tubuhnya dan melihat ke samping. Oh, tentu saja Peter sudah menjadi sapu terbang lagi, batinnya.
Ia segera bangkit dari ranjang dan bergegas bersiap-siap. Banyak sekali hal yang harus ia lakukan hari ini. Satu hari lagi menuju pencarian bunga wicalyptus, Charlotte meneguhkan dirinya.
Setelah bersiap-siap dan mengenakan terusan berwarna kuning dengan renda-renda putih, ia menyamarkan warna mata dan rambutnya menjadi cokelat muda. Charlotte pun memanggil Peter dan mereka sudah siap untuk berangkat.
Di atas sapu terbang dalam perjalanan menuju Perpustakaan Zona Bebas dan Netral, Peter bertanya pada Charlotte, "apakah kamu akan senang jika memang Chandra yang menulis surat itu?"
Charlotte terdiam. Entah mengapa Peter si Sapu Terbang ini terasa bagai perwakilan dari hati kecil Charlotte. Seperti seolah seluruh pertanyaan yang ingin Charlotte tanyakan pada dirinya sendiri selalu meluncur keluar dari bibir Peter.
"Entahlah, Pete. Aku sendiri pun masih bingung atas berbagai hal yang terjadi. Apalagi urusan hati dan perasaan," jawab Charlotte jujur.
"Semoga apapun itu hasilnya nanti, kamu akan bahagia, Charlotte." Peter memarkirkan dirinya di halaman perpustakaan.
Charlotte segera berlari turun dan naik ke lantai sepuluh, buru-buru ingin membaca balasan dari surat tersebut.
Mengapa tidak membalas?
Charlotte mengernyitkan alisnya membaca balasan tersebut. Eh? Apa maksudnya? Aku kan jelas-jelas sudah membalas kemarin. Charlotte mencoba mengingat-ngingat dan bahkan meragukan dirinya yang terkadang teledor. Mungkin saja ia salah menyelipkan surat tersebut dan malah menjatuhkannya.
Tanpa pikir panjang, Charlotte lalu mengeluarkan kertas yang dibawanya dan menulis hal yang sama persis seperti suratnya kemarin: kamu adalah bulan. Charlotte lalu menyelipkannya di halaman belakang buku, memastikan dengan teliti bahwa ia benar-benar menaruhnya dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystallium ✔
FantasyCharlotte "Madelyn" Langston, Putri Mahkota Kerajaan Amethyst dengan jiwa petualang. Ia ingin naik naga dan kerap kali keluar istana dengan sihir penyamaran--menyamarkan warna mata dan rambutnya. Petualangannya dimulai ketika ia menemukan...