Jarum jam baru menunjukkan pukul lima pagi ketika Raja Hannes sudah terbangun dari tidurnya. Buru-buru, ia membangunkan Arthur dan tiga puluh orang pengawalnya.
"Aku butuh kalian untuk menulis selebaran yang berisi bahwa Kerajaan Amethyst dan Kerajaan Ruby sudah melebur, dengan tampuk kekuasaan saat ini dipegang oleh Raja Hannes Campbell," perintah Raja Hannes ketika semuanya sudah berkumpul.
"Satu orang harus menulis seratus selebaran sebelum pukul tujuh nanti. Aku yang akan menggandakan selebaran-selebaran itu," lanjut Raja Hannes.
Apabila kalian masih ingat penjelasanku mengenai sihir tingkat lima, menggandakan barang juga termasuk kekuatan dari pemilik sihir tingkat lima.
Ingat, mereka hanya dapat menggandakan, tidak dapat memperbanyak.
Maka, tetap saja mereka harus menulis secara manual seratus selebaran, agar nanti ketika digandakan jumlahnya akan menjadi dua ratus.
Jika kalian bertanya, mengapa tidak gandakan berlipat saja, seperti dari dua ratus lalu gandakan lagi menjadi empat ratus, dan seterusnya?
Jawabannya adalah: sihir ini memiliki batasannya tersendiri. Sebuah barang yang sudah digandakan tidak dapat digandakan kembali.
Terdengar melelahkan, tetapi begitulah cara kerjanya.
Dengan adanya tiga puluh dua orang (yup, Raja Hannes dan Arthur juga akan ikut menulis) yang menulis seratus selebaran masing-masing orangnya, mereka akan mendapatkan jumlah selebaran yang lebih dari cukup.
"Siap, Yang Mulia!" seru para pengawal serempak. Mereka pun mulai menulis.
Di sela-sela penulisannya, Arthur bertanya kepada Ayahnya, "menurut Ayah, apakah kerajaan lain akan menerima perubahan ini?"
"Tentu saja." Raja Hannes masih fokus menulis. "Lebih tepatnya, mau tidak mau, mereka harus menerima perubahan ini."
"Oh!" seru Raja Hannes seolah mendapat ide cemerlang. "Tambahkan di bagian bawahnya: bersiaplah Kerajaan Sapphire."
"Siap, Yang Mulia!" Para pengawal serempak mengangguk. Mereka lalu fokus menulis selebaran itu lagi.
"Ide yang sangat bagus, Ayah. Mereka pasti akan menyerahkan sihir terlarang itu," kata Arthur bangga.
Raja Hannes tersenyum miring menanggapi pujian anaknya itu. "Omong-omong, apakah kamu tidak sedih karena harus melawan sahabatmu sendiri?"
Arthur tampak berpikir sejenak. Kemudian, ia menggeleng.
"Raymond memang sahabatku sejak kecil dan aku benar-benar menganggapnya sebagai sahabat. Namun, harus kuakui bahwa aku lebih mementingkan diriku sendiri dan Kerajaan Ruby dibandingkan orang lain. Meskipun ia adalah sahabatku sekalipun," jawab Arthur jujur.
"Sekalipun ia adalah gadis yang kamu cintai?" tanya Raja Hannes memancing.
Arthur mengernyitkan alisnya. "Aku tahu ke mana arah percakapan ini, Ayah."
"Dan ya, jawabannya adalah aku juga akan lebih mementingkan diriku sendiri dan Kerajaan Ruby. Sekalipun ia adalah gadis yang aku cintai."
"Bagus, bagus." Raja Hannes tertawa kencang. "Ternyata Ayah tidak salah mendidikmu."
"Lagipula," lanjut Raja Hannes sambil tetap fokus menulis. "Ada baiknya kamu mencari gadis yang sevisi denganmu. Sama-sama berambisi untuk menaklukan dunia. Seperti Ibumu, Ratu Monica. Dia sangat mendukung Ayah dalam melancarkan aksi ini."
Arthur menggeleng. "Sudahlah, Ayah. Aku sudah memutuskan untuk mencintai Putri Charlotte dengan caraku sendiri dan aku akan membuatnya mencintaiku juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystallium ✔
FantasyCharlotte "Madelyn" Langston, Putri Mahkota Kerajaan Amethyst dengan jiwa petualang. Ia ingin naik naga dan kerap kali keluar istana dengan sihir penyamaran--menyamarkan warna mata dan rambutnya. Petualangannya dimulai ketika ia menemukan...