36. merelakan?

65 13 0
                                    

Sekarang yugyeom lagi uring-uringan sejak tadi pagi ia mengirim chat ke yura sama sekali tidak ada balasan, bahkan ia sampai nyepam chatnya, lalu di telpon juga tidak aktif.

"aish kamu kemana si raa" yugyeom mengacak rambutnya frustasi

"lagi gak bisa diganggu kali gy si yura" seru bambam menenangkan yugyeom

"gak biasanya yura kayak gini bam aish"

"kan dia lagi dirumah orang tua nya, sapa tau lagi kumpul disana jadi gak sempet buat buka hp" bambam berpikir positif agar yugyeom bisa tenang

"nanti malem mungkin ada kabar, udah percaya aja sama yura" lanjut bambam


****

Yura sedang duduk di depan meja riasnya, dengan mata yang masih sembab lalu lingkaran hitam di sekitar kedua matanya membuat yura merasa bersalah. Ia harus memilih mana antara ayahnya atau kekasihnya.

Suara ketukan pintu kamar mengalihkan lamunannya. Bunda berdiri di sisi pintu membuat yura ingin menangis lagi, bunda saja tidak bisa berbuat apa-apa, lalu bagaimana denganku, pikir yura.

"kamu belum ganti baju nak?"
Tak ada jawaban dari yura

"maafin bunda gak bisa berbuat banyak untuk kamu" ucap bunda sedih membuat yura tak tega

"bun, yura mau cari kebahagiaan yura sendiri, yura gak mau dikekang, yura bahagia sama yugyeom, bunda juga tau yugyeom seperti apa, dia juga sayang sama yura" air mata yura. Kembali turun

"maafin bunda sayang" ucap bunda sambil memeluk yura

"yura gak mau bun, yura mau sama yugyeom" tangis yura malah menjadi

"kamu ketemu dulu ya sayang sama orang yang akan dijodohin ke kamu, kamu bisa nolak kalo kamu gak suka setelah makan malam nya selesai"

"sekarang kamu ganti baju, bunda tunggu di bawah" yura hanya mengangguk kecil






Yura menatap ayahnya dengan tatapan memelas, tapi sama sekali tidak dihiraukan oleh ayahnya.

"jaga sikap kamu saat calon kamu datang" ucap ayahnya dingin

"yah... " yura memasang wajah memelas nya

Tak lama terdengar suara bel bunyi, wonpil membukakan pintu nya, terlihatlah sebuah keluarga yang akan menjadi besannya?

Yura hanya bisa menunduk, ia tak sanggup melihat siapa pria yang akan dijodohin padanya.

"ooh apa ini yura anakmu?" tanya seorang wanita paruh baya menghampiri yura

Yura hanya tersenyum tipis "iya tante"

"wah cantik sekali, lihatlah kak, cantikkan"

Yura beralih menengok ke anaknya tante itu, bagaikan sebuah hantaman yang yura dapat melihat siapa pria itu, sepertinya pria itu sama terkejutnya dengan dirinya.

Kenapa harus dia?
Rasa bersalah yang kemarin saja belum terobati, ini mau aku tolak lagi, aku seperti orang jahat di depan dia, pikir yura.

Yura masih berpikir apa ini mimpi?
Apa dia mau mengorbankan perasaan nya lagi?
Kalau tidak bagaimana dengan yugyeom?
Kalau dia terima perjodohan ini bagaimana?

Mereka semua saling berbincang di meja makan, yura masih larut dengan pikirannya begitupun pria itu.

Setelah makan selesai ayahnya yura mulai berbicara serius, tapi sempat di jeda oleh ucapan pria yang akan dijodohkan pada yura.

"maaf om saya memotong ucapan om, apa boleh saya ngomong berdua bersama yura terlebih dahulu?" ucap pria itu

"ooh boleh tentu saja, yura ajak ke taman belakang sana" ayahnya yura menyuruhnya

"iya yah"

Sekarang yura dan pria itu tengah berada di taman belakang rumah yura.

"aku gak nyangka kalo itu kamu ra" ucap pria itu

Yura hanya bisa terdiam ia gak tau mau ngomong apa

"kalo kamu mau batalin, kamu langsung bilang aja ke aku, nanti aku yang bilang ke papi"

Pria itu menghela nafas sebelum melanjutkan omongannya.

"kalo aku boleh egois aku gak mau batalin perjodohan ini ra, dimana kesempatan aku buat milikin kamu di depan mata, aku suka sama kamu udah dari lama, aku selalu memperlihatkan perhatian aku ke kamu, tapi kamu sama sekali gak melirik aku, tapi perasaan gak bisa dipaksa kan ra? aku tau kamu cuman anggap aku sebagai sahabat, dan aku tau kamu sayang sama yugyeom, kamu udah berapa kali nolak aku ra? Kalo perjodohan ini juga kamu tolak, berarti udah 3x kamu nolak aku"

Yura sudah menagis tersedu-sedu, ia ngerasa seperti orang jahat di dekat pria itu, tanpa ragu lagi yura langsung berhambur ke pelukan nya.

"maaf maafin a-ku hiks hiks maafin aku udah banyak nyakitin kamu, maafin aku udah gak balas perasaan kamu hiks, maaf maaf banget selama ini aku kurang ngertiin kamu, maafin aku hiks" yura menangis di pelukan pria tersebut hingga terisak

"kamu gak perlu minta maaf, aku tulus sayang sama kamu, cinta gak semuanya harus memiliki, kalo bahagia kamu bukan di aku, berarti aku harus rela ngelepas kamu dan membiarkan kamu bahagia dengan caramu, aku dukung kamu sama yugy, tapi tolong aku minta kamu harus bahagia" pria itu menenangkan yura dipelukan nya

"aku harus ngelakuin apa? Biar membalas semua kebaikan kamu hiks" yura melepaskan pelukannya dan menatap mata pria tersebut

"kamu gak harus ngelakuin apa-apa ra, kamu harus bahagia itu aja permintaan aku, aku akan bahagia dengan sendirinya"

"maafin aku, aku gak tau mau ngomong apa lagi, kamu selalu ngertiin aku, tapi aku gak pernah ngertiin kamu, tolong jangan pergi aku gak mau kehilangan sahabat kayak kamu" ujar yura masih dengan tangisnya

'sahabat, ikatan itu yang selalu kamu bilang ra' ~

"hapus air mata kamu, ayok kita ke ruang makan lagi, kita omongin baik-baik ke ayah kamu dan papi" ucap pria itu lalu menghapus air mata yura dengan ibu jarinya

Yura dan pria itu pergi ke ruang makan lagi.



****


Yuraa 💚

Sayang kamu udah sampai dirumah?

Gimana kabar kedua orangtua kamu sama bang wonpil?

Sayang? Kok gak dibls?

Kamu kemana, telpon kamu gak aktif?

Ra, kamu gak kabarin aku seharian, kamu gak kangen sama aku?

Ra kamu kemana sih, di telpon gak aktif di chat gak dibls

Ra ini udah malem dan kamu belum kabarin aku :(

Yugyeom sedang berada di kamarnya sekarang, ia menatap layar ponselnya yang menyuguhkan chat spam yang ia lakukan ke nomor yura, tak ada balasan sama sekali dari yura.

'kamu kemana ra?' 






Vote and comen  🐥

[2] Ramalan Cinta? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang