[Y/N] PoV
.
.
.
Entah sudah berapa lama aku menunggunya disini. Tapi yang jelas kedua tanganku yang menggenggam sebuah kotak berwarna merah hati dengan pita [f/c] sebagai hiasan sudah mati rasa karena kedinginan.Aku melihat jam tangan yang melingkar di lengan kiriku. Dan jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Tapi kenapa dia belum datang juga? Ini sudah lewat dua jam dari perjanjian kami.
Aku sudah mencoba mengirimkan pesan padanya tapi tak ada jawaban, aku juga sudah berkali-kali mencoba meneleponnya tapi percuma, tidak ada jawaban.
Apakah mungkin dia melupakannya? Tapi ia sudah janji padaku kalau ia akan datang.
Ingin rasanya aku segera pulang dan menghangatkan diri di dekat perapian, tapi bagaimana jika dia datang setelah aku pergi?
Sepuluh menit berlalu, dan aku masih belum melihat tanda-tanda kedatangannya.
Ya sudahlah. Mungkin sebaiknya aku pulang saja.
Aku beranjak dari bangku taman yang permukaannya sudah terpenuhi oleh salju dengan enggan.
Padahal rencananya aku akan menyatakan perasaanku padanya malam ini, tapi... Mungkin lain waktu.
Saat melewati sebuah kafe yang nampak sederhana namun memiliki kesan hangat, tanpa sengaja kedua netra [e/c]ku menemukan seorang pemuda bersurai merah sedang mengobrol dengan gadis bersurai kuning cerah.
Dadaku terasa sesak, dapat dipastikan kalau saat ini mataku sudah tergenangi air mata yang siap meluncur membasahi pipiku kapan saja.
Jadi ini ya alasan dia melupakan janjinya?
Sebenarnya siapa gadis itu? Aku tidak mengenalnya, tapi sepertinya dia mengenal gadis itu dengan baik. Mereka terlihat sangat dekat.
Tanpa ku duga, iris kuning keemasan gadis itu menatap mataku. Dan tidak lama kemudian pemuda yang duduk berhadapan dengannya juga menatapku.
Ah... Kenapa rasanya seperti tertangkap basah begini? Perasaan ini menggangguku.
Saat aku baru saja hendak melangkahkan kakiku untuk segera menjauh, pemuda bersurai merah bernama Riinu itu malah tersenyum cerah kearahku sambil melambai-lambaikan tangannya sebagai isyarat kalau ia memanggilku untuk mendekat.
Aku pun menurutinya walaupun dengan setengah hati.
Dan begitu berada di dekatnya, aku menyembunyikan kotak itu dibelakangku.
"Kebetulan sekali kau ada disini, aku baru saja berpikir untuk meneleponmu dan memanggilmu kesini" Ujarnya dengan ceria seperti biasa.
Sepertinya dia benar-benar sudah lupa dengan janjinya.
Aku hanya tersenyum sebagai tanggapan.
"Ruu-chan, ini teman masa kecilku [N/N]-chan. Dan [N/N]-chan, ini teman sekelasku, Ruu-chan" Ujarnya memperkenalkan kami.
Gadis itu tersenyum manis kearahku, ia mengulurkan tangannya. "Ruuko".
Aku pun menjabat tangannya dan membalas senyumannya. "[F/N]".
Tanpa basa-basi, Riinu menggeser kursi yang tadi ditempatinya kedekatku dan menggeser salah satu kursi kosong ke tempatnya.
"Kenapa masih berdiri? Sini duduk" Ucapnya yang menepuk pelan kursi itu beberapa kali.
Aku menurutinya dengan sebuah senyuman tipis.
"Eh...[N/N]-chan, kotak itu...?"
Aku melihat kotak yang kini berada di pangkuanku. Tadinya aku ingin memberikan ini saat menyatakan perasaan, tapi... Mungkin sebaiknya aku melupakannya. Karena mau dilihat darimana pun juga, Ruuko-san--gadis dengan surai kuning cerah itu--jauh lebih baik dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Stories [Complete]
FanfictionHanya sekumpulan cerita yang menceritakan tentang [Y/N] dan Sutopuri, dan cerita lainnya.