Perfect(Root x Lyraa)

202 14 2
                                    

2nd PoV
.
.
.
Penjelasan guru di depan kelas tak begitu jelas di pendengaranmu karena kau yang fokus memperhatikan pemuda bersurai kuning cerah di kelasmu yang sudah terpilih menjadi ketua OSIS sejak tahun pertama masuk sekolah. Ya, siapa lagi kalau bukan Root?

Banyak yang menganggap pemuda bersuara manis itu sosok yang sempurna yang juga memiliki kehidupan sempurna. Bagaimana tidak? Wajahnya tampan, iris emasnya terlihat begitu menawan, selalu mendapatkan peringkat pertama, suaranya manis juga lembut, pandai bermain alat musik, mampu melakukan semuanya dengan baik, berkharisma, dan jangan lupakan bahwa ia berasal dari keluarga kaya yang terkenal akan kesuksesannya.

Dengan semua itu, wajar jika banyak gadis menjadikan pemuda itu sebagai pangeran berkuda putih idamannya kan? Begitu juga dirimu.

Kau yang baru menjadi murid pindahan beberapa hari yang lalu dibuat terpesona oleh senyumannya yang nampak begitu manis juga lembut disaat yang bersamaan.

Kesan ketua OSIS yang galak dan menyeramkan lenyap begitu saja saat kau bertemu dengannya yang begitu ramah dan murah senyum.

"Lyraa-san" Panggil pemuda kuning cerah itu membuyarkan lamunanmu.

Kau pun sedikit tersentak kaget saat orang yang kau lamunkan malah muncul dihadapanmu secara tiba-tiba.

Melihat reaksimu yang nampak kaget, ia pun tertawa kecil. "Ahaha, maaf, aku mengagetkanmu ya?"

Suara tawanya terdengar begitu manis membuat jantungmu berdegup kencang.

"T-tidak masalah" Ucapmu setengah gugup.

"Tadi aku melihatmu melamun, jadi sepertinya kau tidak mencatat tugas yang diberikan Sensei ya?" Tanyanya yang belum juga menghilangkan senyuman ramahnya.

"Ahaha... Y-ya... Begitulah..." Jawabmu yang setengah malu karena ketahuan melamun oleh orang yang kau sukai.

Root duduk di bangku yang sedang kosong di hadapanmu. Iris emasnya menatap lembut iris pink keabuanmu dengan tatapan lembutnya yang sedikit memancarkan kekhawatiran. "Kenapa melamun? Kau baik-baik saja kan? Kalau ada masalah katakan saja, aku siap menjadi pendengarmu"

Kau mengibaskan kedua tanganmu untuk menyangkal perkataannya. "Aku tidak apa-apa kok, tidak ada masalah yang serius!"

"Lalu, kenapa melamun? Kau tidak membohongiku kan?" Tanyanya memastikan.

Kau menjadi bingung harus menjawab apa. Di satu sisi kau tidak tega membohonginya, tapi disisi lain kau juga tidak bisa mengatakan kalau kau sedang memikirkannya.

"Ah, itu... Aku tidak begitu suka pelajaran sejarah, jadi... Ku pikir lebih baik kalau aku melamun saja..." Jawabmu setengah ragu.

Tawa kecilnya yang begitu manis pun kembali terdengar olehmu. "Ternyata kita punya satu kesamaan ya?"

Wajahmu memerah. Mengetahui kau mempunyai suatu kecocokan dengan orang yang kau sukai saja sudah bisa membuatmu senang.

"Tapi suka atau tidak, tetap saja kau harus memperhatikan. Kau tidak mau ikut kelas tambahan saat liburan nanti karena nilaimu kurang kan?" Ucapnya.

Kau hanya menanggapinya dengan tawa hambarmu.

"Begini saja, bagaimana kalau kita mengerjakan tugas ini di perpustakaan? Kau bisa menyalin soal di buku catatanku saat aku mencari buku disana, dan setelah itu kita bekerja sama untuk mengerjakan tugasnya" Usulnya.

"Memangnya kau tidak sibuk?" Tanyamu.

Walaupun kau ingin mengerjakan tugas berdua dengannya, kau tetap tidak ingin membuatnya mengabaikan tugas-tugasnya sebagai ketua OSIS.

Our Stories [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang