Thank You(Satomi x Colon)

229 30 1
                                    

Colon PoV
.
.
.
Di hari ulang tahunku yang ke tujuh ini, Ayah pergi meninggalku dan Ibu tanpa alasan yang jelas. Aku ingin mencegah Ayah untuk pergi karena bagaimana pun juga, Ayah harus bertanggung jawab pada Ibu. Tapi Ibu melarangku dan dengan lembutnya mengatakan kalau aku harus menghargai keputusan Ayah.

Tapi ya sudahlah. Dari dulu Ayah memang tidak menyayangiku dan Ibu. Ayah bahkan tega memukuli Ibu begitu jumlah uang yang Ibu berikan tidak sesuai dengan keinginan Ayah. Setidaknya dengan kepergian Ayah, aku dan Ibu bisa terlepas dari belenggunya.

Sejak Ayah pergi, Ibu bekerja lebih keras membanting tulang. Dan sebenarnya aku sangat ingin membantu Ibu, tapi Ibu melarangku dengan alasan kalau anak kecil sepertiku tidak seharusnya bekerja.

Saat aku berusia delapan tahun, ada seorang pria yang melamar Ibuku. Dan pria itu juga mempunyai seorang anak laki-laki yang sepertinya umurnya tidak jauh berbeda denganku.

Ibu menerima lamaran pria itu, dan aku menyetujuinya karena setidaknya Ibu tidak perlu bekerja lagi dengan kehadiran pria itu.

Saat ini Ibu dan orang itu sedang berbicara di ruang tengah. Dan dengan alasan pembicaraan orang dewasa Ibu pun memintaku dan anak laki-laki yang masih belum ku ketahui namanya untuk menunggu di ruang tamu.

Anak laki-laki dengan surai pink itu mendekatiku, ia mengulurkan tangannya padaku.

"Satomi" Ucapnya dengan senyuman tipis.

"Sato-Nii?" Ulangku karena aku kurang jelas mendengarnya.

Dia tertawa kecil. "Karena aku memang lebih tua darimu, dan sebentar lagi aku akan menjadi kakakmu, panggil saja aku begitu"

Aku hanya terdiam karena saat ku kira dia orang yang dingin ternyata dia orang yang cukup ramah.

"Namamu?" Tanyanya.

"Ah, namaku Colon" Jawabku dengan suara kecil yang entah masih bisa di dengarnya atau tidak.

Itulah saat pertama kali aku bertemu dengannya. Sejak saat itu aku dan Sato-Nii sering bermain bersama. Dan sejak Ibu menikah dengan Papa, aura seorang kakak dari Sato-Nii semakin terasa olehku.

Selain pandai dalam pelajaran juga dalam olahraga, ternyata Sato-Nii juga pandai dalam memainkan karet dan membentuknya menjadi berbagai bentuk.

"Satu, dua, tiga. Jadilah menara!" Ucapnya yang memperlihatkan karet yang sudah dibentuknya menjadi menara.

Our Stories [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang