*FOLLOW SEBELUM BACA
Genre: Teen fiction - Action - Romance
Theoderic Kaisar Angkasa nama lengkapnya. Sering di panggil Kai oleh orang terdekatnya, cowok yang terlahir dengan wajah bak dewa Yunani, Alis tebal, Netra setajam pisau, Hidung nan Bangir...
"Semua akan berubah pada waktunya. Termasuk hati dan perasaan" •Khiara• . .
HAPPY READING...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ya ampun, Khiara tuh makin hari makin mirip tau sama Khaira!?!"
"Mereka tuh sodara kembar?"
"Identik banget sih parah!"
"Eh, tapi gue lebih suka Khaira sih! Ramah! Yang ini mah sombong"
"Tapi Khiara tuh cantik banget! Malah lebih cantik dari Khaira"
"Cakep tapi sombong mau jadi apa?"
"Lo tau gak sih?!? Kaisar deketin dia!"
"Ih pasti gara-gara dia mirip Khaira"
"Sumpah deh! Mirip banget ini mah"
"Ibarat copas"
Jika di dalam film kartun, mungkin saat ini kuping Khiara sudah mengepulkan asap dengan wajah memerah, tak lupa muncul dua tanduk iblis di atas kepalanya.
Saat ini gadis cantik itu sedang melintasi koridor. Ia benar-benar merasa mendidih selalu menjadi bahan pembicaraan siswa siswi bermulut rombeng itu. Sejak baru sampai di parkiran dirinya sudah menjadi sorotan.
Memang sejak awal ia masuk sih sebenarnya, tapi entah kenapa. Saat ini Khiara menjadi lebih baper mendengar bisikan-bisikan Saiton itu.
Apalagi saat mendengar mereka mulai membanding-bandingkan si khaira-khaira itu dengan dirinya. Ingatkan, Wanita adalah kaum yang sangat amat tidak suka jika di bandingkan. Apalagi dengan wanita lainnya.
Khiara menghembus nafas pelan, lalu memejamkan matanya sekilas. "Oke Khiara, sabar-sabar orang sabar Semakin bar-bar" gumamnya menenangkan diri. Kemudian setelah itu melanjutkan langkahnya menuju kelasnya yang berada di lantai 3.
Begitu Khiara menginjakkan kakinya di kelas, suasana kelas yang awalnya ramai berubah jadi hening. Khiara menatapnya mereka aneh. Tapi tanpa perduli tetap langsung berjalan menuju mejanya.
Disana juga sudah ada Erlyn yang juga tengah menatapnya. Tanpa memperdulikan Erlyn, Khiara hanya diam menatap ponselnya. Sedangkan Erlyn, sejak tadi mulutnya sudah gatal ingin mengatakan sesuatu tapi takut dengan tatapan Khiara.
