Alexa 75 || Kematian

4.9K 321 272
                                    

#Spesial Part ReyAlexa

Kepergian diriku adalah kebahagiaan untukmu.
Jagalah dia yang sangat mencintaimu.
Karena hanya dia yang pantas berada di sampingmu.

_Dhiva Dealova

Pupus – Hanin Dhiya

<><><>

Seorang gadis mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke meja, dengan tatapan fokus pada layar ponselnya yang memperlihatkan roomchat nya dengan seseorang. Malam ini, ia sudah ada janji dengan seseorang di cafe ini, yang katanya ingin membicarakan sesuatu kepadanya. Entah lah itu apa, awalnya ia menolak. Namun ini menyangkut tentang dirinya, jadi mau tidak mau ia harus datang ke tempat ini, pukul 07.30.

"Alexa."

Sang pemilik nama mendongak, menatap seorang gadis yang kini sudah duduk di kursi di hadapannya. Alexa meletakan ponselnya di atas meja, dan tersenyum sekilas kepada seseorang yang sudah lama ia tunggu. Gadis itu adalah Dhiva.

"Udah lama nunggu? Sorry tadi jalanan macet." ucap Dhiva, wajahnya yang pucat menyita perhatian Alexa

"Muka lo pucet. Ngapain ngajakin gue ketemuan?" ujar Alexa

"Gak papa, kok. Gue masih kuat sebelum gue nyampein sesuatu ke lo." kata Dhiva, tersenyum tipis menutupi perasaannya yang berbanding balik dengan senyumannya

"Apa?"

Dhiva lantas menunduk. Menautkan kedua tangannya membentuk sebuah kepalan. Semua yang akan ia katakan ini sudah ia pikirkan matang-matang. Jadi apa pun resikonya akan siap ia hadapi. Termasuk menahan sakit hati yang tidak akan pernah habis dan selesai sampai ia mati sekali pun nanti.

"Gagal ginjal gue, udah stadium akhir, Xa." ucap Dhiva, membuat Alexa tercengang

"Maksud lo?" tanya Alexa, tidak percaya

Dhiva mendongak menatap Alexa, tegar. "Hidup gue gak akan lama lagi. Karena itu gue mau minta satu sama lo sebelum gue pergi. Boleh, kan?"

Tidak ada jawaban dari Alexa, karena gadis itu masih diam. Sama sekali tidak mengerti apa yang akan Dhiva rencanakan. Bukan. Lebih tepatnya apa yang Tuhan rencanakan.

"Kenapa lo gak cari donor ginjal?" tanya Alexa, "Lo tau, kalau ini dibiarin bisa bahaya buat lo."

"Dan lo pun sama, Xa. Lo nutupin ini dari semua orang, dan lo gak coba cari pendonor ginjal buat lo." timpal Dhiva, membalikkan ucapan Alexa, membuat gadis itu kicep

"Karena gue punya alasan tersendiri." ucap Alexa

"Sama halnya dengan gue. Tapi mungkin kita beda alasan. Kalau lo mungkin lakuin semua ini karena lo gak mau membebani orang lain. Sedangkan gue, dari dulu gue udah jadi beban hidup orang lain. Terutama keluarga Rey. Dan alasan gue untuk gak cari donor ginjal, karena gue udah capek sama hidup gue. Gue gak punya apa-apa selain keluarga Rey. Bahkan selama ini gue hidup atas kebaikan keluarga Rey." jelas Dhiva

Alexa mengehela nafasnya berat, "Jadi apa yang lo minta ke gue sekarang? Lo gak mungkin pergi gitu aja ninggalin Rey."

"Balikan sama, Rey. Sebelum gue pergi nanti."

Pernyataan itu sukses membuat Alexa terdiam. Bagaimana mungkin Dhiva dengan gamblangnya mengatakan seperti itu. Disaat hatinya saja sangat mencintai Rey. Alexa benar-benar tidak tahu apa jalan pikiran seorang Dhiva.

"Lo mungkin gampang ngomong kek gitu, Kak. Tapi buat gue gak." tukas Alexa, dingin

"Kenapa?"

"Gue gak bisa." tolak Alexa, memalingkan wajahnya kesal

Alexa -The Badgirl-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang