Semua orang langsung ngangkat tangan mereka buat ngajuin berbagai pertanyaan. Beberapa di antara mereka kaliatan lagi nyatet sesuatu kaya biasanya.
Sebenernya gue udah sangat biasa dengan acara-acara kaya gini tapi gue bisa liat jelas gimana Wendy kebingungan.
"Silahkan yang di sana," ucap gue ke seorang reporter cewe yang keliatannya seorang wartawan dari sebuah platform pergosipan selebriti.
"Baik, saya akan mengajukan dua pertanyaan. Yang pertama, bagaimana kalian bisa bertemu dan mulai berkencan, dan yang kedua sejak kapan kalian berkencan diam-diam hingga tidak terendus media?"
Pertanyaan yang bener-bener bagus dan gue butuhin, "baik, kita ketemu udah lama, karna Wendy ini juga salah satu mantan stylist di sebuah agensi ternama. Dan karna antar agensi kita juga selalu ada interaksi, di sanalah kita akhirnya ketemu," jawab gue sambil malingin muka ke arah Wendy dan tersenyum secerah mungkin, "dan sejak kapan kita pacaran, saya dan Wendy udah pacaran sejak setengah tahun yang lalu," lanjut gue.
"Jadi, gimana soal hubungan Mas Jevan sama Mbak Eriska?"
Tanya salah satu wartawan yang bikin gue tersenyum kecut.
"Kita udah pisah, udah lama banget saya sama Eris putus. Dan maaf juga kabar ini pasti bikin kalian bingung."
*****
Kata-kata seorang Jevan kali itu membuat Gadis di sebelahnya tidak lagi dapat menyembunyikan kekesalannya. Wendy mengepalkan kedua tangannya sambil menatap kearah Jevan yang masih sibuk meladeni berbagai pertanyaan dari para wartawan.
"Udah gila dasar Jevan gila," maki Wendy dalam hati mendengar ocehan Jevan yang dia rasa hanya ocehan ga berguna.
Tangan lancang Jevan tiba-tiba menarik tangan Wendy membuat gadis itu kelihatan ingin menendang tangan Jevan secara brutal, namun sayang hal itu tidak bisa Wendy lakukan karna terlalu banyak kamera yang menyorotinya.
Dan untungnya semua sandiwara yang seorang Jevan lakukan sudah berakhir dalam waktu hanya hitungan jam karna jika tidak mungkin Wendy sudah tidak tahan lagi dan membongkar kebohongan lelaki itu.
Dan yang tersisa sekarang hanya kekesalan di hati Wendy sementara Jevan kelihatan baik-baik saja dan malah santai menikmati segelas cola di ruang istirahat.
Dengan penuh amarah Wendy menghampiri lelaki jangkung yang mengenakan kemeja kotak-kotak itu dan merebut segelas cola yang sedang Jevan minum. Wendy meletakkan gelas itu secara kasar di atas meja bahkan hentakan gelas itu menimbulkan suara yang lumayan nyaring.
"Lo udah gila yah? Lo kenapa si bilang hal-hal ngawur kaya gitu di depan publik!" Bentak Wendy, untungnya di ruangan itu tidak ada oranglain selain mereka berdua. Tentu saja itu karna Jevan yang meminta ruang untuk dirinya dan Wendy.
"Kita udah sepakat, jadi lo buat apa bentak gue dan ngeluarin tenaga lo sia-sia," ketengilan Jevan membuat Wendy naik pitam, gadis itu dengan gerakan agresif menyiram Jevan dengan segelas Cola yang ada di atas meja. Tepat mengenai wajah lelaki itu.
"Lagi ... Lagi lo siram gue?" Tanya Jevan yang masih dengan mata yang tertutup karna siraman cola yang membuatnya kesulitan membuka mata.
"Sekarang gue tau, sekarang gue tau kenapa gue nyiram lo di Velvet waktu itu. Harusnya gue ga perlu repot-repot buat memohon sama cowo kaya lo demi kerjaan gue. Dasar cowo sialan," maki Wendy, ia segera ngambil tasnya yang berada di atas meja dan pergi keluar dari ruangan.
Hatinya kalut, perasaan Wendy tidak karuan. Rasa kesalnya karna ucapan Jevan pada sesi wawancara tadi yang menurutnya sudah kelewatan untuk sejenis candaan sama sekali tidak lucu. Wendy merasa bingung bagaimana ia harus menghadapi semua kekacauan yang di lakukan lelaki itu. Memikirkannya saja membuat kepala Wendy rasanya akan pecah.
"Ce, Cece lo mau kemana Ce?" Tanya seseorang ketika ia melewati lobby. Suara yang Wendy sudah tau dari siapa itu berasal. Wendy menghentikan langkahnya dan berbalik, terlihat Difta tengah menatapnya dengan wajah bingung. Walaupun Wendy sudah tau pasti jika Difta mendengar semua konferensi pers yang telah ia dan Jevan lakukan.
"Mau minum sesuatu ga sama gue?" Tanya Difta ragu-ragu. Wendy merasa ajakan Difta bukanlah hal yang buruk, hitung-hitung ia meredakan emosi setelah menyiram seorang artis papan atas untuk yang kedua kalinya.
"Mau minum dimana?"
*****
"Sialan," cerca Jevan sambil membersihkan sisa cola yang membasahi bajunya. Ia merasa heran kenapa stylistnya itu sangat suka menumpahkan sesuatu kepadanya, apa itu sebuah kebiasaan dari wanita bernama Wendy itu atau hanya karna kesal. Pasalnya itu bukan pertama kalinya Jevan mendapatkan siraman dari sosok yang sama.
Suara langkah seseorang membuat lelaki jangkung itu menoleh, di lihatnya sesosok lelaki dengan wajah kesalnya muncul dari pantulan cermin.
"Lo kenapa sih Jev?" Tanya sosok itu sambil berkacak pinggang.
"Apanya yang kenapa?" Tanya Jevan sambil membalikan badannya.
"Lo kenapa hobi banget bikin masalah di saat karir Enam Hari lagi cemerlang-cemerlangnya. Kenapa lo akhir-akhir ini terus-terusan bikin skandal yang bikin fans Enam Hari bingung?" Tanya si Kakang dengan menggebu-gebu, "lo udah ilang akal yah?" Lanjutnya.
"Gue ga ngerti skandal apa yang lo maksud dan gue ga bikin keributan apapun," jawaban Jevan membuat lelaki berambut pink itu semakin emosi. Bagaimana bisa artisnya itu malah menyangkal perbuatan yang sudah jelas seluruh manusia di muka bumi tau, "lo juga tau Hariku ga suka sama hubungan gue dan Eris, bukannya lebih baik buat gue kalo menjalin hubungan sama orang lain?"
"Tapi ga stylist kita juga lah. Gue tau lo cuma main-main sama perasaan Wendy. Udahlah Jev sampe kapan lo jadi cowo brengsek kaya gini?"
"Gimana kalo sekarang lo berenti ngomong seuatu yang bikin gue makin kesel?" Tanya Jevan dengan tatapan dinginnya. Kakang yang merasa bahwa lelaki di hadapannya bisa membuat keonaran saat itu juga akhirnya memutuskan untuk berhenti membuka mulutnya.
"Jev, yang harus lo tau, semua yang lo lakuin saat ini pasti bakalan bikin lo nyesel pada waktunya. Berpikirlah sebelum bertindak."
Peringatan dari Kakang membuat Jevan semakin kesal. Lelaki itu tanpa sadar menggertakan giginya dan mengepalkan tangannya. Jevan merasa tidak ada satupun orang yang akan mengerti atas apa yang sedang ia lakukan. Dan tidak akan ada yang mengerti kecuali dirinya sendiri.
Bersambung ...
Berikan Vote & Komentar kalian jika menyukai cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade (Jae x Wendy) Completed
FanfictionKayanya gue emang sial ketemu sama lo! - Wendy Tan Gue juga sial ketemu lo - Jevan Ardianto Park Blue Chicken 2020