Son

350 63 10
                                    





Wendy perlahan memundurkan langkahnya, menatap terkejut ke arah sosok yang kini tengah berdiri menatapnya, mata, rambut dan tubuh tinggi yang terlihat familiar, pria itu tidak tersenyum atau terlihat sedih, ekspresinya datar.

Tidak selangkahpun ia bergerak begitu juga sosok di depannya yang tiba-tiba mengunci pintu dengan satu tangannya, tidak Wendy tidak takut hanya saja pemandangan itu terlalu mendadak untuk di pertontonkan di depan matanya.

"Udah lama ga ketemu," tutur pria itu sekarang langkahnya semakin menghapus jarak di antara mereka, "lo ga banyak berubah," lanjutnya hingga hanya berjarak beberapa meter dari sang wanita.

"L-lo, lo mau apa kesini?" Tanya Wendy dengan nada gugup bahkab suaranya bergetar.

"Gue kangen, pengen ketemu lo, apa gue salah?" Tanya Jevan penuh selidik, sedari tadi Wendy terus mengepalkan tangannya entah kenapa Wendy tidak ingin lelaki itu melihat cincin yang terpasang di jari tengahnya. Ya karna di jari manisnya telah terpasang cincin kawinnya dengan Rayen.

Tangan Jevan terangkat mengarah ke salah satu pipi Wendy, namun dengan secepat kilat, Wendy menghempaskan tangan lelaki itu membuat Jevan tersenyum sinis, "hey, ada apa sama lo? Kenapa lo bersikap kasar ke gue, lo sama sekali ga kangen sama gue?" Tanya Jevan penuh rasa kesal. Ternyata apa yang orang-orang katakan padanya benar, Wendy, gadis itu telah mengkhianatinya.

"Mau ngapain lo kesini! Dimana orang-orang!!" Wendy mulai bicara dengan nada sedikit meninggi sambil menggigit bibir bagian dalamnya. Ahh sekarang ia merasa sedikit ketakutan kepada lelaki di hadapannya.

"Kenapa lo malah perhatiin oranglain? KENAPA GA PERHATIIN GUE, KENAPA!!" Tanpa sadar Jevan mencengkram pergelangan tangan gadis itu hingga ia melenguh kesakitan, "BILANG KALO LO CINTA SAMA GUE, BILANG KALO KITA BAIK-BAIK AJA, BILANG KALO LO SETIA SAMA GUE!"

"Jev lepas, sakit ..."

"Semua yang oranglain bilang tentang pernikahan lo sama oranglain salah, kan? Lo tau kan gue balik cuma buat lo? Ahh liat cincin ini, lo masih pake cincin ini, cincin yang melambangkan ikatan kita berdua, lo masih cinta sama gue kan-"

"Engga, lo salah ... " Wendy mencekat perkataan Jevan sambil melepas paksa tangannya yang di cengkram hingga memerah itu, "gue emang udah nikah sama oranglain dan ... Gue udah ga cinta sama lo-"

"NO!" Jevan dengan kasar memeluk Wendy, sangat erat hingga wanita itu kesulitan bernafas, "gue nunggu dua tahun, gue berjuang dua tahun di perusahaan keluarga gue karna cuma itu syaratnya biar gue bisa milih pendamping hidup gue sendiri. Gue ninggalin lo buat kembali, gue lakuin semuanya demi hubungan kita," Jevan melepas sejenak pelukannya dari Wendy, ia menangis, merengek seperti anak kecil untuk pertama kali dalam hidupnya di depan wanita itu. Menangkup pipi Wendy yang terlihat tengah ketakutan, "jadi tolong, tolong bilang kalo itu semua ga bener! Gue tau lo masih sayang sama gue, gue bisa liat dari mata lo dengan jelas, jadi gue mohon," kali itu Jevan menggenggam tangan Wendy sembari mengecupnya, bahkan ia masih menangis pilu seperti bocah yang akan kehilangan mainan kesayangannya, "gue mohon, bilang kalo itu semua ga bener."

Wendy dengan kasar melepas genggaman tangannya dari Jevan, menatap nyalang pada Jevan yang tengah menangis, ya tanpa ampun sedikitpun, "itu semua bener dan lo terlambat Jev, lo bener-bener udah kehilangan gue."

"I WILL NEVER LET YOU GO!" kali itu, suara tangisan Jevan terhenti, berganti dengan suara baritonnya yang tegas dan terkesan menakutkan, "gue udah memohon sama lo, gue udah nangis di depan lo, gue udah berharap kebaikan hati lo tapi lo sama sekali ga hargain perjuangan gue?" Dengan senyum kecutnya Jevan mendorong tubuh ringan Wendy hingga punggungnya menyentuh tembok.

Lemonade (Jae x Wendy) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang