Sorry

429 78 9
                                    

Mata gadis itu terbuka perlahan, membiarkan sinar matahari pagi masuk ke dalam kornea matanya. Wendy terlihat linglung ia juga merasakan sesuatu menusuk bagian tangannya selang infus masih setia meneteskan cairannya melewati selang yang telah terpasang rapih. Ia melihat sekeliling ruangan yang ia tempati terasa asing, dan bau ruangan ini jelas khas seorang lelaki. Wendy seketika terlonjak ketika menyadari kamar itu memiliki banyak poster Enam Hari.

"Gue dimana ..." Lirihnya yang masih dengan kebingungan.

Tidak lama berselang pintu kamar terbuka menampakan sesosok lelaki yang membawa nampan berisi grlas dan semangkuk bubur di tangannya, "lo udah bangun?" Tanyanya yang masih berdiri di depannya.

"Ngapain lo ajak gue ke sini? Gue mau pulang!" Wendy meninggikan nada bicaranya sorot mata wanita itu terlihat penuh kebencian.

Jevan mendekati gadis itu dan tiba-tiba memposisikan dirinya berlutut di depan Wendy, "Dy, gue tau lo kesel sama gue, tapi gue minta maaf gue lakuin itu semua demi lo juga."

Wendy yang masih tidak faham dengan kelakuan pria itu melemparkan tatapan tajam, "lo ga usah sok baik, dan apa maksud lo sama semua ini! Gue ga butuh bantuan lo."

"Dy, tenang. Gue tau gue salah dan gue bakalan bertanggung jawab sama semua yang udah gue lakuin ke lo. Lo cuma harus bersabar-"

Tiba-tiba saja cairan bening turun dari pelupuk mata gadis itu membuat Jevan terdiam. Matanya menatap lurus penuh rasa bersalah kepada Wendy, ia merasa sangat bodoh telah melibatkan gadis itu tapi Jevan hanya ingin membantu gadis itu, membantunya memberi pelajaran kepada lelaki yang telah tega mencampakkannya demi wanita seperti Eriska.

"Dy ...." Lirih Jevan, tangannya tanpa sadar terulur dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Tangis gadis itu semakin pecah, terdengar sangat menyakitkan hingga membuat Jevan semakin memeluknya erat.

"Gue bener-bener minta maaf. Gue salah," Ucap Jevan sembari memeluk gadis itu.

*****

"By, sebenernya Jevan kenapa sih?" Tanya gadis bernama Elgi kepada kekasihnya yang saat ini tengah sibuk memakan roti berisi selai coklat sembari menatap ponselnya.

"Kenapa Jevan?" Tanyanya masih sambil menatap layar ponsel.

"Bisa-bisanya kamu tanya kenapa, dia itu yang pas konferensi pers ngaku-ngaku jadi pacarnya Wendy nyebelin banget tau ga!" Sekarang Elgi terlihat bicara dengan kesal.

Bijar yang sedari tadi menatap ponsel kini mengalihkan atensinya kepada kekasihnya, "aku juga gatau, dia dari awal kalo udah ada niat sikapnya selalu kaya gitu. Ga ada yang bisa ngelarang dia lakuin sesuatu yang dia mau," jawab Bijar terdengar putus asa. Ya memang temannya itu jika sudah memiliki niat tidak akan pernah mundur sedikitpun.

"Pernah dulu, dia ngelempar gitar cuma beberapa jam sebelum manggung dan dia ngelempar gitar itu ke salah satu Manager Enam Hari yang ketauan korupsi setelah beberapa bulan dia selidikin diem-diem."

"Loh, terus kalo gitarnya di lempar kalian manggungnya gimana?"

"Yang dia banting gitar aku By, yang kebetulan dia pinjem. Dan gitar dia baik-baik aja makanya konser kita tetep jalan."

Mendengar cerita kekasihnya Elgi melongo, "By, bukannya itu ekstrem yah ngerusakin gitar kamu?" Tanya Elgi sambil menopang dagunya dengan tangan dan menatap Bijar dengan mata yang menyipit malah nyaris hilang.

"Aku si ga apa-apa gitar bisa di beli lagi. Abis itu Jevan juga langsung gantiin gitar aku kok," jawab Bijar santai kini pandangannya kembali kepada ponselnya sementara di sisi lain Elgi malah berpikir Wendy harus jauh-jauh dari Jevan. Bagaimana jika lelaki itu seorang psycopath yang tidak kenal ampun dan bisa melukainya. Walaupun pemikiran itu terkesan berlebihan tetapi bisa saja itu terjadi walaupun Elgi telah mengenal Jevan lama tapi orang seperti itu memang biasanya tidak akan menunjukkan sifat aslinya bukan?

*****

Saat ini, dua orang tengah berbagi aura yang sama, aura yang membuat siapapun yang melihatnya dapat merasakan kecanggungan dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Wendy masih terdiam sambil memalingkan pandangannya ke arah jendela sementara Jevan masih sibuk melihat ke kanan dan ke kiri. Takut jika mata mereka bertemu, jujur saja rasanya sangat aneh bagi Jevan. Berdua di kamarnya dengan seorang gadis yang masih mengenakan pakaian formal dan tampang yang semraut.

Setelah Jevan bujuk dengan beberapa trik akhirnya gadis itu mau memakan bubur yang Jevan sediakan. Jevan memberitahunya jika ia tidak makan maka tidak ada jalan keluar untuk pergi dari kamarnya karna tubuhnya tidak akan kuat bahkan hanya untuk berjalan ke depan rumah. Dengan polosnya Wendy mengikuti apa yang Jevan katakan. Yang gadis itu inginkan hanyalah segera keluar dari rumah itu dan tidur di rumahnya sendiri.

"Dy, lo jangan cari kerjaan lain yah? Lo tetep kerja di perusahaan yang sama sama gue gue bakal jamin lo bakal baik-baik aja," ucap Jevan tiba-tiba membuat gadis itu menatapnya kesal.

"Bisa-bisanya lo bilang bakal baik-baik aja setelah lo yang bikin gue kaya gini. Gue gamau ngomong sama lo jadi lebih baik lo diem," kata-kata tajam Wendy berhasil membungkam Jevan. Lelaki itu sangat terkejut, ia tidak mengira jika kata-kata yang ia terima akan sekejam itu.

Andai aja lo tau Dy apa alesan gue lakuin ini. Batin Jevan, ia sangat sadar resiko di benci oleh gadis itu. Jevan yang awalnya tidak menaruh simpati pada Wendy si gadis bodoh yang bahkan selalu menangis dan hampir manjatuhkan diri dari jembatan layang karna seorang bajingan yang mencampakkannya. Malah membuat Jevan merasa bersalah saat ini. Sungguh keadaan yang membingungkan. Harusnya Jevan tidak usah menarik gadis ini hanya karna emosi sesaatnya, tapi mau di katakan apalagi nasi telah menjadi bubur, yang harus Jevan lakukan hanya memastikan jika tidak ada korban karna kelakuannya.

*****

"Jadi sekarang aku harus gimana? Papa sama Mamanya Jevan pasti ga akan tinggal diem kalo tau aku selingkuh sama kamu!" Eriska terlihat frustasi di hadapan kekasih gelapnya.

Galang adalah seorang Model papan atas yang juga menjadi partnernya dalam berbagai project pemotretan. Selain partnernya Galang juga merupakan sahabat dekat dari Jevan. Lebih gilanya lagi Galang merupakan kekasih Wendy, gadis yang tengah terluka, lebih tepatnya gadis bodoh yang tidak mengetahui jika kekasihnya telah berselingkuh selama bertahun-tahun di belakangnya.

"Ga mungkin dia lakuin hal sembrono kaya gitu. Lagian orangtua kalian juga udah kenal deket," ucap Lelaki yang tengah menghisap sebatang rokok di apartmennya itu. Tidak peduli seberapa frustasinya sang kekasih, bagi Galang asal Eriska tidak lari dari pelukannya sekalipun hanya menjadi kekasih gelap ia rela.

"Kamu ga perlu pusing mikirin itu. Lagipula aku yakin keluarga Jevan cuma suka sama kamu dan gimanapun kalian bakalan tetep nikah suatu saat nanti."

"Kalo gitu, apa kamu ga apa-apa tetep di posisi ini?" Tanya Eriska.

"Aku rela jadi yang terakhir asal tetep sama kamu," ucap lelaki itu sambil menarik Eriska ke dalam pelukannya dan tentu saja sama sekali tidak ada penolakan. Mereka melakukan perselingkuhan lagi dan lagi tanpa sadar orang-orang di sekitarnya terluka.


Bersambung ....

Bagaimana cerita ini? Silahkan berikan komentar. Cerita akan di update setelah 15+ vote!


Lemonade (Jae x Wendy) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang