Suara nyaring dari sirine ambulance memecah keramaian di sepanjang jalan ibu kota, Wendy terus merapalkan doa sembari menggenggam erat tangan seorang pria yang tengah tidak sadarkan diri dengan luka lebam dan luka sobek di sekitar wajahnya sementara para perawat tengah memasang oksigen untuk membantu Jevan bernafas.
Sungguh, Wendy tidak menyangka jika Rayen akan membuat luka yang terlihat cukup parah di banyak bagian tubuh pria jangkung itu. Wendy meringis beberapa kali tatkala paramedis membuka baju Jevan guna mempermudah proses penanganan. Terlihat luka lebam yang parah dan membiru, wajar saja ia melihat Jevan kesulitan bernafas ketika ambulance belum datang tadi.
"Jev, please ... J masih butuh lo, lo bertahan yah," Wendy terus menggenggam tangan lelaki itu dan sesekali menciuminya. Melihat keadaan sosok yang tengah sekarat di hadapannya membuat air mata Wendy tidak berhenti mengalir, ia tersadar tentang perasaan yang terus ia sanggah. Tersadar jika perasaannya berlabuh dan menetap pada sosok yang selama ini ia pikir telah tega meninggalkannya begitu saja.
Tapi setelah melihat ini semua, Wendy yakin Jevan memiliki alasan kuat mengapa ia pergi saat itu.
"Gue-gue mau dengerin penjelasan lo, jadi lo harus bertahan. Lo harus janji sama gue Jev," Wendy bermonolog dengan air mata yang tak henti-hentinya menetes. Ia tidak bisa menolak kekacauan dalam hatinya, rasanya sangat menyakitkan melihat Jevan terbaring tak berdaya.
****
"Ibu, silahkan tunggu di luar, kami akan melakukan penanganan," ujar seorang perawat ketika Wendy yang baru saja mengantar Jevan di bawa oleh beberapa perawat masuk ke ruang operasi. Jevan mengalami luka parah di bagian perut dan memerlukan tindakan operasi Laparatomi karna cedera abdomen yang di deritanya, begitu kata Dokter yang menangani pasien dengan kondisi serius.
Setelah sebelumnya pihak rumah sakit meminta persetujuan untuk tindakan itu, dengan gemetar Wendy menandatanganinya. Jevan kini telah masuk ke ruang operasi sementara Wendy hanya dapat menunggu jalannya proses operasi dengan gusar.
"CECE!!" Teriakkan dari ujung lorong rumah sakit membuat Wendy menoleh, di lihatnya sesosok lelaki dengan tampang panik bahkan pakaian yang di kenakannya terlihat asal. Sesampainya di hadapan Wendy, lelaki bernama Kakang itu segera menghambur ke dalam pelukannya.
Wendy segera terisak di dalam pelukan Kakang membuat Kakang mengusap punggung Wendy pelan,"ssstt ... Jangan nangis, dia pasti baik-baik aja, tenang, okay," dengan sebisanya Kakang mencoba untuk menenangkan. Memberi kenyamanan tanpa banyak bertanya hal yang mungkin belum pantas untuk di tanyakan.
Jika kalian penasaran mengapa Kakang bisa sampai di sana, tentu saja Wendy yang memintanya. Lagipula ia merasa Kakang sebagai seorang yang masih berstatus Manager dari Enam Hari wajib mengetahui keadaan artisnya.
"Dia bakalan selamat, kan, Kang?"
"Pasti. Jangan raguin anak keras kepala itu."
Bila di ingat operasi Laparotomi memang tidak memakan waktu terlalu lama mungkin sekitar lima hingga sepuluh jam saja. Seperti saat ini Jevan telah berada di ruang rawat inap setelah sebelumnya di bawa ke ruangan khusus. Walaupun kondisinya sudah stabil namun perkiraan ia di opname sekitar satu minggu kedepan. Dan pemulihan pasca operasi selama enam minggu.
"Masih belom sadar?" Tanya Kakang yang baru masuk ke dalam ruangan sambil membawa dua cup kopi di tangannya.
Wendy menggeleng lemah,"baru beberapa jam abis operasi gue ga berharap banyak dia bakalan cepet sadar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade (Jae x Wendy) Completed
FanficKayanya gue emang sial ketemu sama lo! - Wendy Tan Gue juga sial ketemu lo - Jevan Ardianto Park Blue Chicken 2020