Jalan Kita

320 61 9
                                    

"Mas, tolong jagain J sebentar yah, aku mau panggang roti dulu," ucap seorang wanita berambut sedikit panjang berwarna kecoklatan dengan baju santainya ia memberikan seorang bocah laki laki berumur setahun ke pangkuan suaminya sementara ia tengah sibuk menyiapkan sarapan.

"Oke Sweetheart, c'mon come to Papa," ucap lelaki jangkung yang telah rapih dengan setelan kantornya menyambut bayi bermata sipit yang tengah mengulum mainan hingga air liur berceceran di sekitar mulut hingga dagunya.

"Apa Baby J mau kita titipin ke rumah Ibun?" Tanya lelaki itu sambil terus menggoda bocah yang masih asik dengan mainannya.

"Aku rasa, daripada di titip ke day care lebih baik di titip ke Ibun," jawab wanita yang kini berjalan ke arah meja makan sambil membawa sepiring roti panggang dan telur mata sapi lalu menaruhnya di atas meja. Dan ia kembali ke dapur, lalu membawakan segelas jus jeruk untuk sang suami.

"Thankyou Sweetheart," suaminya segera mengecup pelipis sang istri yang sedikit tertunduk untuk menaruh jus jeruk.

Wanita itu tersenyum simpul merasakan bibir hangat sang suami sambil melihat tingkah putranya yang kian hari kian menggemaskan. Wajahnya sangat mirip dengan sosok lelaki itu membuat Wendy sering kali menarik nafasnya berat.

"Tapi aku ga bisa anter jemput kamu dan J ke rumah ibun Sweetheart, hari ini ada beberapa meeting penting di kantor. Kamu bisa pulang sendiri kan?" Tanya sang suami sambil menyantap sarapannya sementara bocah lelaki bernama J itu telah berpindah ke gendongan ibunya.

"It's okay, aku bawa mobil sendiri, hari ini aku pulang sore kok," jawab wanita bernama belakang Tan itu.

"No, no, jangan di makan rambut Mommy," cegah Wendy memperingati sang putra yang ingin memakan helaian rambutnya. Sementara yang di peringatkan malah tersenyum dan menggeliatkan tubuhnya seperti cacing kecil.

"Aku harus berangkat sekarang Sweetheart," ucap lelaki jangkung itu setelah meneguk setengah gelas jus jeruk dan menghabiskan roti panggangnya, "apa persiapannya udah selesai?" Tanya sang suami yang di balas anggukan oleh Wendy.

Ya, pagi itu Wendy dan sang suami akan berangkat bersama walaupun di mobil yang berbeda. Setelah sang ibu yang memutuskan untuk berpindah rumah dari Puncak ke daerah yang sama dengan tempat tinggalnya Wendy jadi sering menitipkan sang putra ke rumah Olivia karna ia harus bekerja di perusahaan yang telah dua tahun terakhir menjadi tempat ia berkarir. Itu juga salah satu hal yang menjadi alasan sang ibu rela meninggalkan kabinnya dan berpindah ke tempat yang sama dengan putri dan cucu kesayangannya. Olivia tidak ingin melihat cucunya di titipkan di tempat penitipan anak.

Sesungguhnya sudah berkali-kali sang suami meminta Wendy untuk berhenti bekerja dan fokus saja mengurusi keluarga, lagipula pekerjaan sang suami memiliki gaji yang lebih dari cukup untuk membiayai keluarga kecil mereka. Menjadi salah satu CEO di perusahaan start up bukanlah hal yang bisa di anggap remeh. Tetapi Wendy selalu berkelit dan menolak, ia tetap ingin berkarir karna dunia Fashion adalah hal yang telah ia rintis sejak dulu dan itu adalah mimpi terbesarnya.

Tapi tetap saja, Wendy akan meluangkan banyak waktunya untuk mengurus sang putra dan suaminya. Buktinya di rumah sebesar itu tidak ada satupun pembantu yang ia pekerjakan.









Setelah mendudukkan J di baby seat yang berada di kursi belakang Wendy segera masuk ke kursi kemudi setelah berpamitan kepada sang suami dan mendapat kecupan singkat di keningnya sang suami berangkat terlebih dahulu karna mereka pergi ke tempat yang berlawanan arah.

Untuk beberapa saat Wendy melirik ke arah sang putra yang sedang sibuk dengan mainan karetnya, menggigiti mainan itu dengan giginya yang hanya beberapa.

Lemonade (Jae x Wendy) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang