forgive me

335 61 1
                                    









Setelah beberapa menit Jevan tidak juga kembali dari toilet, hati dan pikiran Olivia mulai resah karna merasa ia harus segera membuat Jevan pulang karna sang cucu tengah berada di kamarnya sendirian. Di sisi lain Olivia tidak ingin Jevan bertemu dengan darah dagingnya, memang semua terasa tidak benar tetapi ia terlalu cemas jika saja tujuan Jevan datang ke kediamannya hanya untuk mengambil J dan membawanya pergi jauh. Membayangkannya saja sudah membuatnya merasa takut.


Dan dengan segala pertimbangan akhirnya wanita itu menyusul Jevan ke lantai dua dimana toilet yang tadi ia tunjukkan berada di sana. Biarkan saja ia terlihat aneh, tapi rasa khawatir telah terlanjur menghantui pikirannya. Dan benar saja, baru saja matanya menoleh ke arah pangkal tangga, Olivia telah di kejutkan dengan pintu kamar utama yang terbuka lebar.

Sontak saja wanita paruh baya itu berlari ke dalam kamarnya dan berteriak memanggil nama cucunya. Namun nihil, J sama sekali tidak berada di sana. Box bayi yang harusnya di tempati bocah itu terlihat kosong tidak berpenghuni begitu juga dengan toilet yang ia tunjukkan telah kosong. Kaki Olivia begitu lemas hingga tidak mampu menopang berat tubuhnya, membuat gadis itu terjatuh lemas ke lantai dengan air mata yang berjatuhan dari mata yang telah penuh dengan keriput itu.

"Oh my god, where is he ..." Olivia menangis lirih sambil mengedarkan pandangannya. Tetapi ia telah kehilangan tenaga untuk mencari sosok bocah itu yang ia telah pastikan sedang bersama ayah kandungnya.


"Tante ..."

Namun tiba-tiba saja, sebuah suara yang sama sekali tidak asing menyapanya dari arah belakang membuat Olivia segera menoleh dan di dapatinya dua sosok yang tengah melihatnya, yang satu dengan menggendong yang lainnya.

"Oh my god, my heart. Baby come here," Olivia segera bangun dari posisi duduknya dan meraih J dengan posesif ke dalam pangkuannya.

"Ohh, My Grandchild ... " Lirih Olivia sembari menciumi J seolah anak itu habis mengalami insiden penculikan. Jevan yang melihat reaksi berlebihan Olivia hanya bisa tersenyum kecut, ternyata wanita tengah mencoba melindungi cucunya dari ayah kandungnya sendiri. Apa sebahaya itu dirinya di mata mereka.



"Tante, saya tadi ga sengaja denger J nangis di kamar jadi saya-"

"It's okay, kita bisa ngobrol di bawah," potong Olivia tanpa memedulikan darimana Jevan mengetahui nama cucunya yang bahkan belum lancar bicara.





*****



Masih dengan pemandangan yang sama, Olivia memeluk cucunya dengan posesif bahkan ketika mereka duduk santai di sofa ruang tamu sekalipun. Pemandangan yang sangat menyakitkan di mata Jevan Olivia bahkan tidak memperhatikan hal itu sedari tadi.

"Tante ..." Sapa Jevan terlebih dahulu membuat wanita yang tengah memeluk erat cucunya itu menoleh, "apa, apa J-"

"Iya benar, J memang putra biologis mu, Nak," tanpa di duga kata-kata Olivia membuat rahang Jevan terjatuh, belum selesai bertanyapun wanita itu telah menjawab bagaikan cenayang. Tegas, tanpa basa-basi yang membuat suasana lebih dramatis. Dan akhirnya Jevan menyadari jika Olivia telah mengetahui maksud dan tujuannya bertamu.

"Tante tau, apa maksud dan tujuan kamu. Tante tau pasti hari ini pasti datang dan J akan ketemu Ayah biologisnya, tapi ... " Olivia menggantung perkatannya, "tapi, maaf Tante ga bisa biarin kamu bawa J pergi," Olivia menatap dingin kepada Jevan membuat rasa sakit yang lelaki itu rasakan lebih dari sebelumnya. Jevan sangat mengenal wanita baik di hadapannya, Olivia bukan sosok asing baginya tetapi tatapan mata itu seolah menjadi jarak yang membentang di antara mereka

Lemonade (Jae x Wendy) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang