"Dengan ini, saudara Rayen dan Saudari Wendy resmi bercerai secara hukum."
Tokk ... Tokk ... Tokk ...
Suara nyaring dari ketukan palu menggema di seisi ruangan, dua sosok yang menjadi tujuan suara hanya menatap tanpa menoleh. Ruang persidangan kali itu hanya di isi oleh sepasang suami dan istri juga pengacara dari kedua belah pihak.
Sudah sejak dua bulan yang lalu ketika persidangan pertama di mulai, semuanya berjalan cukup mulus karna dari kedua belah pihak tidak menunda atau memperlambat jalannya perkara. Di tambah hak asuh anak yang juga tidak jadi masalah, apalagi harta gono-gini yang Wendy putuskan untuk tidak mendapatkan sepeserpun dari pria yang telah menjadi mantan suaminya.
Sesaat kebingungan melanda hatinya, apakah keputusan untuk berpisah dengan Rayen adalah hal yang benar atau tidak tapi dengan cepat Wendy menyanggahnya. Ia tau pasti jika di teruskan hanya akan membuat luka tidak ada gunanya tinggal di suatu tempat yang pondasinya rapuh, cepat atau lambat ia yakin akan runtuh juga.
Ya, sejak Rayen mendatangi flat sore itu Jevan segera menyuruhnya pulang dan membawa serta amplop coklat itu. Jevan tidak ingin Wendy terpengaruhi olehnya dalam mengambil keputusan walaupun awalnya wanita itu enggan untuk pulang mengingat keadaan Jevan yang masih membutuhkan seseorang yang merawatnya. Tapi Jevan memaksa dengan alasan akan memanggil seseorang yang bisa merawatnya, maka dengan terpaksa Wendypun menurut.
Setelah pulang ia langsung bicara kepada sang ibu, wanita itu jelas saja menangis pada saat mendengarnya. Belum lagi, Olivia mengkhawatirkan reaksi dari suaminya akan seperti apa karna Frans adalah sosok yang membuat pernikahan antara putrinya dan Rayen terjadi.
Sudah pasti lelaki itu akan marah besar apalagi jika mengetahui Jevan menjadi salah satu alasan di balik itu semua.
Dan tentu saja tebakan dari Olivia seratus persen benar, ketika Frans mengetahuinya sang ayah marah besar, jika saja saat itu Rayen tidak ikut campur dalam meredakan emosinya Frans mungkin akan memukuli Jevan sampai mati, sebegitu bencinya lelaki itu pada ayah dari cucunya.
Namun semua itu tidak berlangsung lama, karna bagaimanapun pernikahan itu bukan dirinya yang menjalani, emosi sesaat yang ada di hatinya langsung lenyap ketika melihat sang cucu yang lebih membutuhkan ketentraman di dalam keluarganya. Akan sangat buruk jika perceraian itu terjadi ketika J telah mengerti akan kondisi yang terjadi pada orangtuanya. Maka dengan berat hati Frans mengijinkan perceraian mereka dengan syarat, keduanya tidak akan menyesali keputusan masing-masing.
****
Usai persidangan, Wendy dan Rayen keluar dengan tubuh tegap tanpa saling menyapa ataupun melemparkan tatapan. Dengan baju serba hitam yang keduanya kenakan hanya aura sendu yang menyebar di antara mereka.
Wendy melangkah sambil berkali-kali menarik nafas lega karna hal menyakitkan yang selama ini ia tahan akhirnya bisa usai juga. Berhari-hari ia menangis entah kenapa sangat berada menghadapi sebuah perceraian walaupun hatinya tidak terlampau jatuh pada lelaki itu. Begitupun Rayen yang jelas mencintai Wendy harus memilih perpisahan yang terasa bagaikan neraka baginya.
"Sweetheart," sapa lelaki itu kala mereka sama-sama berada di depan ruang persidangan. Ya, panggilan sayang itu tidak akan pernah berubah bagi Rayen.
Wendy menoleh, akhirnya ia dapat menatap mantan suaminya.
"Can i hug you for the last time?" Tanya Rayen sembari menatap lamat wanita di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade (Jae x Wendy) Completed
FanfictionKayanya gue emang sial ketemu sama lo! - Wendy Tan Gue juga sial ketemu lo - Jevan Ardianto Park Blue Chicken 2020