Hilang

386 68 3
                                    

Sinar matahari menembus ke celah jendela kamar gadis yang masih tertidur dengan lelap. Gorden berwarna cream yang terpasang di jendelanya dapat sedikit menghalau silaunya namun tetap membuat netra gadis itu merespon dengan baik.

Wendy dapat merasakan setiap jengkal tubuhnya ngilu, serta pegal. Dia menyadari apa yang terjadi padanya semalam dengan lelaki itu, karna Wendy melakukannya dengan penuh kesadaran, ia tidak mabuk apalagi berhalusinasi tapi sekarang kasur di sampingnya bahkan telah kosong, seperti krjadian semalam hanyalah mimpi indah yang singkat baginya. Ya, tidak ada sosok siapapun di sana selain aroma tubuh Jevan yang masih tertinggal di atas sprei yang sekarang sudah terlihat tidak beraturan.

Wendy menghela nafasnya kasar, lalu melihat jari manis di tangan kirinya di lengkapi sebuah cincin perak cantik dengan sebuah permata di bagian tengahnya.

Membuktikan jika kejadian semalam bukan sebatas khayalan.

"Wendy Tan, kapan lo mau keluar dari kamar, ada kerjaan pagi kan?"

Suara yang jelas dan sedikit berteriak yang sangat Wendy kenal dari balik pintu menyadarkan pikirannya. Ah iyah walaupun tubuhnya sakit dan kakinya terasa tidak dapat menopang tubuhnya dengan benar. Ia harus profesional dengan pekerjaannya. Bukannya begitu?

"Iyah, gue mandi dulu," jawabnya sedikit lemas sambil mencoba turun dari atas kasur dan menyambar handuk yang tersampir di gantungan.

Wendy berjalan memasuki kamar mandi, menyalakan water heater. Memang tidak biasanya Wendy mandi dengan air hangat di pagi hari tetapi pagi ini Wendy terpaksa karna ingin meredakan nyeri dan pegal di seluruh tubuhnya.

Selang beberapa menit Wendy akhirnya selesai dengan urusannya. Gadis mungil itu keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuknya sebagai penutup tubuh, tanpa sengaja matanya malah terfokus pada ranjang yang berantakan. Ada bercak darah cukup jelas di sana, Wendy menghela nafasnya kasar mencoba meyakinkan diri jika ia telah
melepas mahkotanya pada sosok yang tepat. Lelaki yang serius mencintainya dan melakukan hal "itu" dengan penuh tanggung jawab.

Ya, Wendy berpegang dengan itu dan tangannya segera menarik sprei yang sejak tadi ia perhatikan dan menaruhnya di dalam keranjang yang berisi pakaian kotor lalu berjalan ke arah lemari, mengambil kemeja polos berwarna baby blue dan celana hitam jenis kulotnya. Memakainya dengan benar setelah itu ia bergegas memoles riasan di wajah pucatnya.

Apa sex untuk pertama kalinya sesakit itu hingga kini ia merasa tubuhnya benar-benar merespon dengan buruk efek dari kegiatan dewasa itu. Pikir Wendy.

"Hey, sini duduk, ayo kita sarapan bareng. Joy bikin nasi goreng kecap nih," ucap Elgi sembari menepuk spasi di sampingnya setelah melihat Wendy pergi ke arah kulkas yang berada di dekat meja makan dengan tampang lemasnya.

"Wahh kayanya lagi dapet rejeki nomplok nih sampe Kanjeng Ratu kerajinan bikin nasi goreng," canda Wendy yang segera duduk di samping Elgi sementara Joy masih terlihat sibuk di pantry.

"Katanya dia lagi di tawarin jadi BA nya produk lipstick terkenal yang itu, yang kemaren modelnya Pevita," jawab Elgi sembari menyendokkan nasi goreng dan memasukkan ke dalam mulutnya.

"Good News banget. Harusnya lebih dari nasi goreng kalo udah di daulat jadi BA produk sekelas itu," goda Wendy dengan suara sedikit kencang sembari memakan nasi goreng yang terasa biasa saja itu di lidahnya.

"Ehemm, ga usah lebay deh lo bedua. Gue juga belum taken kontrak, masih dalam sesi pembicaraan antar perusahaan. Sebenernya ada kabar lain yang bikin gue jauh lebih bersemangat buat masak nasi goreng pagi ini," jawab Joy menggantung sembari berseringai dengan tiga gelas jus jeruk di tangannya, dengan spontan Wendy dan Elgi memperhatikan lekat gadis jangkung itu, Joya segera menaruh jus yang ia buat untuk kedua temannya itu sebelum akhirnya ia berteriak, "GUE JADIAN SAMA SAMMY EDWINNNN !!!" Teriak Joya histeris hingga membuat telinga kedua sahabatnya yang sedari tadi menyimak berdengung hebat.

Lemonade (Jae x Wendy) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang