Chaos

315 58 3
                                    







"Tante, saya pulang dulu, yah."

Olivia mengulum senyum sambil mengelus lembut pundak lelaki di hadapannya, "makasih yah, Nak. Udah bantuin Tante buat nidurin J. Biasanya dia susah banget kalo di kelonin sama Ommanya."

"Ga apa-apa Tante. J juga kan anak saya," Jevan ikut tersenyum hangat kepada wanita paruh baya itu, "tapi Tante ... Apa saya masih boleh buat ketemu J?" Tanya Jevan khawatir, tentu saja akan menjadi hal yang sangat menyedihkan jika acara mengajak sang putra tercinta tidur adalah kali terakhir mereka bertemu.

"Soal itu ... " Olivia menggantung kata-katanya, "biar nanti Tante nyoba bujuk Wendy buat ijinin kalian ketemu satu sama lain," Olivia tersenyum semakin lebar lalu menepuk bahu kokoh Jevan.

"Makasih banyak Tante! Saya janji saya akan jadi orang yang baik supaya Wendy ngijinin saya tetep deket sama J."

"Tante percaya kamu anak baik, Nak."








****

Di tempat lain sesosok Wanita dengan pakaian formalnya sibuk menyuruh sopir taksi yang ia tumpangi untuk bergegas, menancap pedal gas semakin kencang jika bisa menyalip saja di sela kendaraan yang memadati jalanan ibu kota. Namun sayang itu tidak mungkin terjadi mengingat ukurannya saja sangat tidak proporsional untuk menyelip di sana sini.

"Pak, ga bisa di cepetin aja yah?" Tanya Wendy gusar.

"Ngga bisa, Mbak di depan jalanan macet parah. Sabar sedikit tujuan udah deket kok, Mbak," sahut sang sopir yang membuat Wendy akhirnya menyerah. Lagipula sebanyak apapun protesnya tidak akan mengubah situasi.

Setelah beberapa saat bergelut dengan rasa kesalnya akhirnya sang sopir memarkirkan kendaraan di depan pagar rumah sang ibu, dari sana ia bisa melihat mobil lain keluar dari halaman rumah, mobil jenis sedan berwarna hitam yang asing, membuat Wendy semakin cemas.

Setelah membayar ongkos sesuai jumlah cargo, dengan langkah seribu wanita beranak satu itu memasuki rumah. Nafasnya hampir saja kandas setelah ia tahan di sepanjang perjalanan tadi.

"Ibun!!" Teriak Wendy sambil melangkahkan kaki dengan cepat ke arah dapur, namun sang ibu muncul dari tangga lantai dua sambil membawa beberapa pakaian untuk ia jemur.

"Ibun, Where is my son!"

"Ada apa Nak, kamu kenapa panik banget?"

"Dimana anak aku! DIMANA J!!" tanpa sadar suaranya meninggi membuat sang ibu sedikit terkejut.

Olivia menghela nafasnya pelan, "J lagi tidur di kamar, ada apa si Nak. Kamu duduk dulu di sofa ayo, Ibun ambilin minum-"

"Ga usah aku mau liat anak aku dulu," potong Wendy yang segera berlalu ke lantai dua dimana putranya berada.

Olivia menatap putri semata wayangnya itu yang berlari seperti di kejar setan. Hingga ia menyadari sesuatu yang pasti ada hubungannya dengan kedatangan Jevan beberapa jam yang lalu.

Tak berselang beberapa lama, Wendy terlihat berjalan turun dari tangga menuju ke tempat dimana sang ibu berada. Langkahnya terlihat lemas, matanya juga membengkak membuat Olivia merasa khawatir, apa yang telah terjadi kepada putrinya. Bahkan hari belum beranjak sore akan tetapi sang putri telah berada di rumah, tidak seperti biasanya.

"Ibun, aku harus gimana ... " ujarnya sambil menjatuhkan tubuhnya memeluk Olivia dengan erat sambil menangis sesenggukan. Olivia tidak bertanya apapun, ia ingin mencoba membuat putrinya yang bercerita sendiri yang perlu ia lakukan adalah mendengarkan dan menenangkan.

Lemonade (Jae x Wendy) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang