"Sssstttt ... udah jangan pada nangis, heran deh gue, gue yang mau nikah kok lo pada yang nangis," cibir Wendy kepada tiga sahabatnya yang tengah tersedu, bahkan salah satunya tengah menggendong putrinya.
"L-lo, lo cantik banget Dy," Elgi menangis semakin kencang sementara Joya dan Irena ikut menangis sambil menatap wajah sahabatnya sesekali saling merangkul.
"Gue kira lo nangis karna gue langkah lagi," canda Wendy membuat si mata sipit itu meluncurkan tatapan mautnya. Sementara Wendy hanya tersenyum canggung.
Ya, lima bulan sudah pasca proses perceraian dan insiden pelamaran yang membuat Jevan hampir di pukuli oleh Frans. Setelah mendengar ungkapan sang calon mertua tentang permintaan tanggung jawab itu rasanya Jevan sedang bermimpi dan melayang ke langit ke tujuh.
Bahagia, tersenyum, ia hampir menangis. Begitu pula reaksi sama dari Wendy.
Maka buah yang harus Jevan petik dari keberaniannya adalah buah yang sungguh manis dan membuat indera di seluruh tubuhnya bersorak bahagia layaknya tawa beberapa makhluk menjengkelkan yang tak seperti biasanya membuat hatinya bahagia.
"Akhirnya, kesampean juga lo nyusul gue," itu sindiran sarkas seorang Sansan lelaki tak lajang satu-satunya yang berada dalam ruangan itu.
"Terharu gue," ujar yang satunya, lelaki bermata belo dengan rambut di tata sedikit bergelombang.
Sementara Bijar, si biang keladi sekaligus perantara dari takdir manis ini hanya menunjukkan tampang sombongnya.
"Lo, ada yang mau lo omongin?" Tanya Jevan sembari membetulkan kerah kemejanya.
Bijar hanya mengangkat bahunya acuh, "ga ada tuh," lanjutnya lalu kembali memfokuskan diri dengan senyuman tipis namun tulus.
Difta sedari tadi sibuk menundukkan kepala, entah sedang apa. Apa anak itu tengah memanjatkan do'a?
"Heh, diem mulu, kesambet lo," ujar Jevan sambil menepuk pundak lelaki yang berada di sampingnya.
Namun apa yang Jevan dapatkan, pelukan kencang di sertai isakkan lolos dengan lancar dari bibir si bungsu.
"Bang! Selamat yah! Gue ga nyangka lo akhirnya jadi bapak dari ponakkan kesayangan gue," Difta menangis dengan kencang sementara Jevan menepuk punggungnya.
"Sialan, gue kira lo kenapa," ujar Jevan sementara yang lain hanya menonton sambil sesekali terkikik,"itukan tanggung jawab gue, Dif. Gue emang bapak dari ponakan lo," Jevan berkelakar membuat Difta akhirnya berhenti menangis. Dan mendapat candaan dari yang lainnya.
"Mas, udah siap?" Tanya seorang wanita yang masuk ke dalam ruangan tunggu yang Jevan tempati. Ya jelas saja itu salah satu staff WO yang di sewanya.
"Sudah, Mbak," jawab Jevan tegas. Walaupun di balik ketegasannya siapapun akan tau betapa geroginya lelaki itu.
"Lo pasti bisa!"
"Santai, Man!"
"Semangat-semangat!"
"Demi malam pertama!"
Kelakar menggelikan dari para sahabat membuat Jevan ingin menendang para iblis itu satu persatu namun ia tidak punya waktu.
Dengan kemeja berwarna putih di lapisi tuxedo berwarna hitam pekat, celana bahan berwarna senada yang terpasang mantap di kaki jenjangnya tak lupa sepatu mengkilap di kedua kakinya, Jevan menghela nafasnya panjang sebelum membuka pintu. Ia berjalan menuju altar ke arah seorang pendeta yang menunggunya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade (Jae x Wendy) Completed
FanfictionKayanya gue emang sial ketemu sama lo! - Wendy Tan Gue juga sial ketemu lo - Jevan Ardianto Park Blue Chicken 2020