Sudah satu bulan sejak kejadian Wendy terbaring di tempat tidur milik lelaki itu, sudah sejak saat itu juga ia kembali bekerja di JYPE seolah tidak pernah terjadi apa-apa antara dirinya dan Jevan.
Semua orang di perusahaan tau jika kisah cinta di saat konferensi pers itu hanyalah sebuah karangan belaka. Karna itu tidak ada satupun di antara mereka yang bertanya dan masing-masing dari mereka bekerja seperti biasa.
Semua Media juga hanya mengabarkan yang baik-baik saja, respon dari Hariku juga sama baiknya. Sementara wanita ular yang bernama Eriska itu berhasil di bungkam dengan ancaman dari petinggi perusaan yang mengancam pemutusan kontrak jika di dirinya berani membuka skandal.
Sudah terlihat seperti apa pentingnya Jevan dan Enam Hari bagi perusahaan.
"Eh anjir ... Anjir ..." Tiba-tiba suara dari seseorang membuka pintu studio dengan tergesa-gesa.
"Kenapa lo?" Tanya Sansan yang tengah menidurkan badannya di atas sofa.
"Tadi gue liat Eris njir tatapannya serem banget," ucap Wasa sambil bergidik ngeri sementara Jevan malah tak acuh dan sibuk dengan gitarnya.
Tidak lama sebuah suara menyusul membuka pintu mengalihkan atensi mereka dan terlihatlah sesosok lelaki dengan rambut hitam legam mengenakan kacamata bulat membuat semua mata melongo, "rambut lo kenapa?" Tanya si Wasa heran, biasanya Kakang memang memiliki rambut warna warni dan terlihat janggal ketika warna rambut alaminya terlihat.
"Gue buang sial, iyakan Jev?" Kakang melemparkan tatapan seolah memperingati lelaki itu agar tidak berbuat ulah dan menimbulkan kesialan dalam grup.
"Kenapa, kenapa lo liatin gue?" Tanya Jevan yang dapat membaca gelagat managernya itu.
Kakang hanya melirik sinis ke arah lain, "kalian, ayo cepetan ke ruang wardrobe, udah mau jam 9 malem nih," titah si Kakang.
"Bentar lagi palalo, ini masih jam 5 sore kali," balas si Wasa. Memang waktu masih terlalu sore untuk di sebut sebentar lagi.
*****
Sementara di tempat lain, Wendy baru saja selesai mengurus beberapa model di perusahaannya untuk majalah musim panas. Rasanya sulit sekali menghadapi Eriska karna terus menuduhnya melakukan kesalahan hingga mengatakan Wendy menjambak rambutnya.
Tentu saja semua terasa masuk akal jika di kaitkan dengan kekesalan model itu karna kekasihnya kini berstatus kekasih stylist itu di mata publik. Walaupun semua orang di perusahaan tau kebenarannya tetapi tetap saja dia tidak suka pada gadis itu.
"Hey, bisa ga kita ngobrol sebentar?" Tiba-tiba Eris menyapa Wendy yang tengah sibuk merapihkan tas serta perlengkapan lainnya.
Tentu saja gadis itu tidak punya pilihan lain selain mengiyakan dan akhirnya mereka berada di sebuah ruangan tempat di manapara model biasa beristirahat. Tentu saja area Private milik model sekelas Eriska Brown berbeda, lebih istimewa dan berbeda dari yang lain.
"Ada apa?" Tanya Wendy saat mereka hanya berdua di ruangan itu.
"Hmm, apa yah sebutan yang pas gue panggil buat lo, pelakor, bitch, atau apa?" Kata-kata yang sungguh buruk lolos di telinga seorang gadis innocent itu.
Wendy menarik napasnya perlahan, "apa yang sebenernya kamu mau omongin ke saya? Saya harus kerja saya ga punya waktu banyak buat omongin hal yang ga penting di sini," jawab Wendy dengan ekspresi dinginnya. Rasanya malas sekali teribat lagi dengan orang-orangnya Jevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemonade (Jae x Wendy) Completed
FanfictionKayanya gue emang sial ketemu sama lo! - Wendy Tan Gue juga sial ketemu lo - Jevan Ardianto Park Blue Chicken 2020