Ikatan

448 72 4
                                    


Warn : adegan di bagian ini mengandung adegan dewasa jika masih di bawah umur silahkan untuk menskip chapter ini.


******
















"Lo, pasti nungguin gue yah?" Tanya Jevan, lelaki itu menatap lekat ke arah gadis manis yang tengah berkaca-kaca. Air matanya telah menggenang dan siap luruh hanya dengan sekali katupan mata.

Wendy tidak percaya dengan apa yang di lihatnya, ia merasa seperti tengah berhalusinasi apa benar Jevan berada di sana bersamanya. Apa semua itu sungguhan.

Tangan Wendy terulur, jemarinya mengusap lembut pipi tirus milik lelaki di hadapannya, dengan tatapan mata yang tidak dapat di artikan, ada sedih, marah dan terharu ketika melihat Jevan berdiri di depannya dengan keadaan baik-baik saja. Padahal Wendy hampir saja menyangka jika Jevan mengalami hal buruk yang di lakukan oleh keluarganya karna Wendy sendiri melihat bagaimana para lelaki dengan tubuh kekar itu membopong Jevan dalam keadaan tidak sadarkan diri.

"Lo ... Lo baik-baik aja?" Tanya Wendy sembari terus menatap Jevan. Kini air matanya telah luruh sempurna membasahi pipi meronanya.

"Gue baik-baik aja kaya yang lo liat sekarang. Kenapa lo nangis kaya gini, hm? Asal lo tau Dy, gue ga akan pernah ninggalin lo apapun yang terjadi, kecuali maut yang misahin kita," Jevan menghapus air mata di pipi gadis itu dengan lembut, lalu membawanya ke dalam pelukan penuh ketenangan dalam dada bidangnya. Mengusap lembut surai coklat milik Wendy membuat isakan semakin jelas terdengar dari bibir mungilnya.

"Maafin gue ... Maaf," ucap Wendy sambil terisak pilu, "maaf karna gue ga bisa nolong lo saat lo di bawa pergi, gue takut ... Gue takut ga bisa ketemu lo lagi," Wendy semakin menangis. Rasanya lega sekali berada di pelukan Jevan, gadis itu berharap bisa selalu ada di samping lelakinya.

"Ga apa-apa, gue ga apa-apa dan sekarang gue udah di sini sama lo," Jevan mengecup pangkal kepala Wendy menenangkannya sebisa mungkin.


*****



Wendy dan Jevan sekarang tengah berada di sofa panjang di ruang tamu rumah Wendy, semua penghuni rumah itu tengah berada di luar jadi hanya suara sendok dan garpu yang menemani mereka saat itu.

Jevan, lelaki bersurai coklat itu tengah sibuk dengan mie instan yang sedang lahap ia makan. Saat berpelukan tadi perut Jevan sempat bersuara cukup nyaring hingga Wendy mendengarnya.

Akhirnya dengan baik hati gadis itu membawa Jevan masuk ke rumahnya dan memberinya makanan instan karna Wendy merasa bingung harus memasak apa malam-malam begini.

"Apa orangtua lo ga ngasih lo makan?" Tanya Wendy di sela kenikmatan lelaki itu dengan mienya.

"Gue bisa makan apa aja di sana. Apapun yang gue mau," jawab Jevan dengan santainya, "tapi sayangnya gue gamau, soalnya gue berencana makan sama lo. Bukan makan sama lo tapi di masakin sama lo," lanjut Jevan, membuat gadis di sampingnya tersenyum.

"Ihh apasih Jev, ga jelas deh," protes Wendy sambil melayangkan cubitan ke arah lengan Jevan.

Sementara yang di cubit langsung bereaksi, Jevan melenguh kesakitan sambil merangsakan tubuhnya ke arah Wendy, "aww sakit Dy," keluhnya sambil terus mendesak Wendy hingga terjungkal ke belakang sementara tubuh Jevan juga ikut terjatuh di atasnya.

"Bangun Jev, berat tau," kesal Wendy sambil mencoba melepaskan tubuhnya dari tindihan Jevan.

Namun lelaki itu sama sekali tidak bergeming, tatapannya bahkan kini semakin intens, "lo, makin cantik kalo di liat dari deket," ucap Jevan, lelaki itu kini menahan tubuhnya dengan tangan yang berada di antara kepala Wendy.

Lemonade (Jae x Wendy) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang